Liputan6.com, Jakarta Banyak orang memulai usaha dari nol hingga akhirnya bisa meraih kesuksesan. Namun, ada juga yang berjuang untuk meneruskan usaha yang telah dirintis pendahulu mereka. Salah satunya adalah Cherry Lenggogeni (32 tahun).
Perempuan asli Payakumbuh, Sumatera Barat itu kini tengah mengembangkan usaha rendang warisan sang ibu."Awal mulanya ini usaha mamaku dulunya. Mamaku mulai dari tahun 1987, tapi dulu gak ada merek dan logo, lebih ke bikin aja," kata Cherry kepada Liputan6.com.
Setelah berlangsung lama, akhirnya pada 2020, Cherry berinisiatif merintis usaha rendang ibunya dengan serius. Dengan membuat packaging yang lebih menarik, dan mencantumkan logo hingga merek. Tujuannya, agar produk rendang buatannya lebih mudah dikenal konsumen.
Advertisement
"Aku bilang ke mamah untuk diseriusin, mamah bilang kalau mau diseriusin ya kerjain sendiri, barulah aku buat logo dan merek, pokoknya punya identitas," ungkapnya.
Nama mereknya adalah Rendang Kampung Guci (RKG). RKG ini merupakan rendang artisan. Yang membedakan produk RKG dari produsen rendang lain yakni RKG membawa nilai nostalgia dalam tiap masakan.
Selain itu, RKG menggunakan teknik pengolahan dan cara masak zaman dahulu, resep turun temurun sehingga konsumen bisa menikmati cita rasa yang khas.
"Kita rendang artisan, rendang yang dibuat secara tradisional menggunakan kayu bakar, dan proses ekstraksinya secara tradisional tidak pakai mesin. Kelapanya harus diparut menggunakan tenaga manusia. Karena kita rendang artisan jadi memiliki cita rasa yang berbeda, dan bumbu rendangnya lebih kering," ujarnya.
Adapun ketika hendak memulai usaha, Cherry mengalami kesulitan dari segi permodalan. Tapi saat itu Cherry memutuskan untuk meminjam ke BRI sebesar Rp 10 juta pada tahun 2021 untuk menambah modal. Tak berselang lama, Cherry pun kembali meminjam ke BRI sebesar Rp 50 juta untuk membeli peralatan.
Dalam sekali produksi rendang, Cherry mampu mengolah 12 kilogram daging sapi. Namun, dalam sebulan bisa memproduksi hingga 40 kilogram. Cherry dibantu oleh 4 pekerja dalam mengolah daging sapi tersebut.
"Karena kita rendang artisan, semua prosesnya harus segar. Misalnya, aku beli daging hari ini untuk produksi besok, dan kelapa dipetik hari ini maka besoknya harus segera diparut, memang prosesnya itu panjang mulai dari subuh sampai sore. Kita dibantu 4 orang pekerja, produksi maksimal 5 hari," ujarnya.
Untuk pemasaran, produk rendangnya telah terjual ke seluruh Indonesia. Namun, 75 persen pasarnya berada di pulau Jawa terutama Jakarta. Secara internasional, rendang milik Cherry telah di ekspor ke Abu Dhabi.
Saat ini RKG sedang mengurus izin ekspor ke Brunei Darussalam dan mendesain kemasan baru yang cocok dengan pasar Australia. Jumlah negara tujuan ekspor diharapkan bertambah antara 1-4 negara tiap tahunnya selama 5 tahun ke depan.
Kata Cherry, terkadang, banyak juga orang Indonesia yang membawa rendang ketika sedang jalan-jalan keluar negeri, misalnya ke Australia atau pun Amerika Serikat.
"Kan kalau lagi jalan-jalan misalnya ke Australia malas untuk cari makan, mereka suka bawa rendang, dan ke Amerika pun. Produk rendang ini lolos buat masuk. Namun, yang kami rutin kirim ke Abu Dhabi karena ada buyer di sana," ujarnya.
Disamping itu, Cherry juga aktif memasarkan rendangnya melalui marketplace seperti Shopee, Tokopedia, Padi UMKM milik BUMN, hingga melalui media sosial.
Produk rendangnya bervariasi, terdiri dari rendang Suwir, rendang daging, rendang paru basah, rendang paru kering. Keempat produk rendang itu dijual dengan harga Rp 95.000 per 250 gram.
Sementara, ada produk rendang daun kayu, rendang telur, dan rendang ubi dijual dengan harga Rp 47.000 per 250 gram.
"Yang best seller itu rendang suwir sapi, karena kita buatnya tidak pedas sehingga aman dimakan oleh anak-anak. Dan best seller kedua adalah rendah telur," katanya.
Dalam sebulan omzet menjual produk rendang ini cukup fantastis, sebesar Rp 30 juta per bulan.
Â
CSR BRI
Selain aktif sebagai pengusaha rendang, perempuan 32 tahun ini juga aktif sebagai ketua Kelompok Wanita Rendang Mungka Tangah, Sumatera Barat. Lantaran di sana banyak perempuan yang juga memproduksi rendang, namun pengemasan produknya belum bagus. Oleh karena itu, Cherry hadir untuk membantu mereka mengembangkan usaha.
"Aku tinggal di Payakumbuh, tapi kita bikinnya di Mungka Tangah, memang ibu-ibu itu jualan rendang. Mereka selama ini produksi dan jual aja gak rapih, mereka tidak punya izin edar, kalau gitu kan tidak bisa dimasukkan ke toko oleh-oleh. Jadi, saya bisa bantu ibu-ibu untuk urusin izin-izin," ujarnya.
Sebagai informasi, Kelompok Usaha Wanita Rendang Mungka Tangah itu terdiri dari 6 orang, termasuk Cherry.
Dalam prosesnya, ternyata usaha milik Cherry mendapat Juara 2 Program CSR BRI Peduli Pemberdayaan Kelompok Usaha Perempuan.
Cherry pun mengaku terkejut, kelompok usahanya bisa menjadi juara, karena sebelumnya tidak ada pemberitahuan untuk mengikuti program tersebut.
Menurut Cherry banyak manfaat yang dirasakan menjadi mitra BRI, selain mendapatkan permodalan, BRI juga mengajak usaha rendang miliknya ke Bazar yang diadakan di Jakarta pada September 2022 lalu.
Di sisi lain, Cherry sangat bersyukur bisa menjadi salah satu nasabah BRI, karena dalam pengajuan pinjaman mudah, dan sumber daya manusia di BRI nya pun sangat kooperatif dengan UMKM termasuk dengannya.
"Kebetulan Mantri bagian Kreditur yang menangani aku baik dan kooperatif banget, saya berharap bisa terus membantu UMKM agar berkembang, terutama terkait pendanaan. Kedepannya semoga BRI bisa lebih dari ini," pungkasnya.
Advertisement