Liputan6.com, Jakarta - Kurs USD atau dolar Amerika Serikat terhadap Rupiah pada Selasa hari ini, 31 Januari 2023 terpantau masih berada di sekitar Rp 15.000.
Berdasarkan pantauan di laman resmi Bank Indonesia, Selasa (31/1/2023) kurs jual USD terhadap rupiah hari ini berada di Rp 15.053,90 per USD berbeda tipis dari Rp 15.052,89 di hari sebelumnya.
Sementara kurs beli dipatok Rp 14.904,10.Â
Advertisement
Kemudian nilai kurs jual Poundsterling Inggris berdiri di Rp 18.635,22 per pound dan kurs beli Rp 18.443,82. Sedangkan nilai jual Euro berada di Rp 16.372,62, dan kus beli sebesar Rp 16.203,74.
Dolar Australia kini memiliki nilai jual sebesar Rp 10.667,19 per AUD dengan kurs beli Rp 10.558,06 per AUD.
Selanjutnya, di kawasan Asia, kurs jual Yen Jepang yang berada di Rp 11.606,71 per 100 Yen dan harga beli Rp 11.488,55 per 100 Yen.
Kurs jual Yuan China kini Rp 2.230,04 untuk jual dan Rp 2.207,46 untuk kurs beli.
Won Korea Selatan kini memiliki kurs jual Rp 12,26 dan kurs beli Rp 12,14 per Won. Kemudian ada kurs jual dolar Hong Kong yang berdiri di Rp 1.921,46 per HKD dan kurs beli Rp 1.902,32.
Berlanjut di kurs jual dan beli negara tetangga Asia Tenggara.
Kurs jual dolar Singapura hari ini dipatok Rp 11.466,14 dan kurs beli Rp 11.347,72 per SGD. Adapun harga jual Ringgit Malaysia kini di Rp 3.547,10 per Ringgit dan kurs beli Rp 3.508,50.Â
Sementara kurs jual Peso Filipina saat ini sebesar Rp 276,02 dan kurs beli Rp 273,12 per PHP.
Kurs Rupiah Perkasa di Awal Pekan, tapi Berpotensi Tembus 15.000 per Dolar AS
Penguatan terjadi pada nilai tukar Rupiah pada Senin pagi, 30 Januari 2023.
Nilai tukar rupiah menguat pada Senin pagi seiring pasar menunggu hasil pertemuan pertama Komite Pasar Terbuka Federal atau The Federal Open Market Committee (FOMC) pekan ini.
Kurs rupiah pada Senin pagi dibuka menguat 11 poin atau 0,07 persen ke posisi 14.975 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Jumat (27/1) 14.986 per dolar AS.
"Rupiah relatif akan bergerak sideways (datar) hari ini ke kisaran Rp14.926 per dolar AS hingga Rp15.022 per dolar AS," kata Analis Pasar Uang Bank Mandiri Reny Eka Putri dikutip dari Antara, Senin (30/1/2023).
Reny menuturkan pada akhir bulan data-data domestik cenderung minim sehingga pelaku pasar akan lebih terpengaruh oleh sentimen dari eksternal seperti pertemuan FOMC pada pekan ini terkait kebijakan suku bunga acuan di Amerika Serikat (AS).
Pergerakan tenang menjelang pertemuan kebijakan dari bank sentral AS (Federal Reserve/Fed), Bank Sentral Eropa (ECB) dan Bank Sentral Inggris (BoE) pekan ini.
The Fed secara luas diperkirakan akan memberikan kenaikan suku bunga 25 basis poin (bps), sementara ECB dan BoE kemungkinan akan menaikkan suku bunga masing-masing sebesar 50 basis poin.
Menurut Reny, perkiraan kenaikan suku bunga acuan AS, Fed Funds Rate, sebesar 25 (bps) sesuai dengan perkembangan data-data ekonomi AS terakhir dengan tekanan inflasi yang mulai menurun.Adv
Advertisement
Rupiah Lebih Perkasa dari Ringgit Malaysia dan Rupee India di Awal 2023
Sebelumnnya, Bank Indonesia (BI) melaporkan, nilai tukar rupiah pada Januari 2023 terus menunjukan penguatan, sehingga turut mendukung stabilitas perekonomian Indonesia.
"Rupiah pada awal tahun 2023 mengalami apresiasi. Sampai dengan 18 Januari 2023 menguat 3,18 persen secara point to point, dan 1,2 persen secara rerata dibandingkan desember 2022," terang Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo, Kamis (19/1/2023).
Perry menyatakan, kurs rupiah pada awal tahun ini lebih perkasa dibanding mata uang sejumlah negara tetangga, semisal ringgit Malaysia, peso Filipina, hingga rupee India.
"Penguatan rupiah tersebut relatif lebih baik dibandingkan apresiasi mata uang sejumlah negara berkembang lainnya. Seperti, Filipina 2,08 persen ptp year to date, malaysia 2,04 persen ptp year to date, dan India 1,83 persen ptp year to date," jelasnya.
Faktor Rupiah Lebih Perkasa dari Ringgit Malaysia dan Rupee India
Perry mengungkapkan, penguatan nilai tukar rupiah tersebut didorong oleh aliran modal masuk asing (capital inflow) ke pasar keuangan domestik.
"Itu sejalan dengan persepsi positif investor terhadap prospek ekonomi domestik yang tetap baik, dengan stabilitas yang terjaga imbal hasil aset keuangan domestik yang tetap menarik dan ketidakpastian pasar keuangan global yang sedikit mereda," ungkapnya.
Menurut dia, penguatan rupiah akan terus berlanjut ke depan. Sehingga memastikan ketahanan ekonomi domestik terhadap ancaman resesi yang melanda sejumlah negara maju dunia.
"Ke depan, faktor-faktor fundamental ini mendasarkan kepada perkiraan Bank Indonesia, bahwa nilai tukar rupiah ke depan akan terus menguat. Sejalan dengan prospek ekonomi yang semakin baik, dan karenanya akan mendorong penurunan inflasi lebih lanjut," tuturnya.
Advertisement