Sukses

Incar Pasar Ekspor, Pelindo Siapkan Pengapalan Langsung dari Belawan ke India

Pelindo bersama konsorsium INA (Indonesia Investment Authority) tengah merancang pengapalan langsung (direct call) dari Pelabuhan Belawan ke sejumlah negara, secara bertahap.

Liputan6.com, Jakarta PT Pelabuhan Indonesia Persero (Pelindo) bersama konsorsium INA (Indonesia Investment Authority) tengah merancang pengapalan langsung (direct call) dari Pelabuhan Belawan ke sejumlah negara, secara bertahap. Salah satu negara yang sedang dibidik adalah India.

India dipilih sebagai salah satu tujuan prioritas karena potensinya yang besar, dan posisinya yang strategis sebagai pintu gerbang Asia Selatan. Selama ini, nilai dan volume perdagangan antara Indonesia dan India juga terus meningkat.

Data perdagangan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UN Comtrade) mencatat, nilai perdagangan kedua negara pada 2016 hanya USD 16,92 miliar. Lima tahun kemudian, pada 2021, nilainya naik hampir 25 persen menjadi USD 20,96 miliar. Diperkirakan, jumlah ini akan terus meningkat seiring dengan pertumbuhan ekonomi di kedua negara.

Dari India, Indonesia banyak mendatangkan kendaraan bermotor, peralatan telekomunikasi, bahan bakar, daging kerbau, serta pakan ternak.

Sebaliknya, Indonesia banyak mengekspor batu bara (nilainya mencapai USD 4,3 miliar pada 2021), produk kelapa sawit (USD 3,4 miliar), besi dan baja (USD 1 miliar), bahan kimia (USD 575 juta), serta karet (USD 331 juta).

Sebagian dari komoditas ekspor ke India ini dikapalkan dari Sumatera yang dikenal sebagai penghasil komoditas perkebunan melalui Pelabuhan Belawan (Sumatra Utara), Pelabuhan Perawang (Riau), dan sejumlah pelabuhan milik swasta di sepanjang Sungai Siak, Provinsi Riau.

Sayangnya, pengangkutan komoditas ekspor selama ini tak bisa dikapalkan langsung menuju negara tujuan. Peti kemas dari Riau harus dikirim dulu ke Belawan. Untuk selanjutnya dari Belawan musti mampir dulu ke pelabuhan transit di luar negeri, untuk digabungkan dengan peti kemas lain.

 

2 dari 3 halaman

Eksportir

Akibatnya, para eksportir musti menanggung biaya sea freight yang mahal dan waktu tempuh lebih lama. Selain itu, negara harus menghabiskan banyak devisa karena sebagian besar jasa pengapalan dibayar dalam mata uang asing.

“Pelayaran direct call akan menjadi salah satu ikhtiar penting untuk meningkatkan daya saing eksportir, sekaligus menghemat devisa,” kata Arya Sinulingga, Stafsus III Kementerian BUMN, di Jakarta.

Pelabuhan Belawan berpeluang besar memberikan layanan direct call terlebih dengan digandengnya DP World oleh INA sebagai mitra strategis dalam Konsorsium INA, Agustus 2022 lalu. DP World merupakan operator global yang memiliki jaringan dengan shipping line dan 60 pelabuhan internasional yang tersebar di lima benua.

Selain menggandeng mitra global, Belawan bakal dikembangkan melalui optimalisasi infrastruktur, peningkatan kinerja, dan penerapan sistem IT yang terintegrasi. Diharapkan, kinerja bongkar muat Pelabuhan Belawan akan meningkat dan waktu sandar kapal (port stay) dapat berkurang. Dengan demikian, Belawan dapat masuk ke dalam jaringan ekosistem logistik global.

3 dari 3 halaman

Erick Thohir Puas, Merger Bawa Pelindo jadi Operator Terminal Petikemas Terbesar ke-8 Dunia

Menteri BUMN Erick Thohir mengaku puas akan kinerja PT Pelabuhan Indonesia (Persero) atau Pelindo pasca merger, meski belum genap 2 tahun. Dia mengacu pada capaian kontribusi perusahaan dalam beberapa waktu kebelakang.

Erick menilai merger tersebut terbukti mampu meningkatkan posisi Pelindo menjadi operator terminal petikemas terbesar ke-8 di dunia.

Enam+03:02VIDEO: Ancaman Resesi Global, Indonesia Bisa Lindungi Warganya? "Merger terbukti mempermudah koordinasi pengelolaan pelabuhan di seluruh Indonesia. Dampaknya, kontribusi terhadap negara melalui dividen, PNBP, konsesi, dan pajak penghasilan, juga meningkat signifikan," ujar Erick saat menghadiri acara Pelindo Forum di Ciawi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat (Jabar), mengutip keterangan resmi, Kamis (19/1/2023).

Dalam dua tahun terakhir, konsesi Pelindo mencapai Rp 360 miliar pada 2021 dan meningkat menjadi Rp 473 miliar pada 2022. Sama halnya dari PNBP yang tercatat sebesar Rp 157 miliar pada 2021 dan Rp 173 miliar pada 2022.

Kemudian, PPh Pelindo pada 2022 mencapai Rp 1,815 triliun atau naik dari tahun sebelumnya yang sebesar Rp 1,185 triliun. Sedangkan, dividen Pelindo menyentuh angka Rp 1,317 triliun pada 2022 atau naik signifikan dibandingkan 2021 yang sebesar Rp 560 miliar.

"Kalau kita lihat, total kontribusi Pelindo kepada negara selama 2021 hingga 2022 mencapai Rp 6,03 triliun. Angka ini per Oktober 2022, bisa lebih tinggi lagi kalau sudah final. Target kita di 2025 itu mencapai Rp 21 triliun," beber Erick.

Dia mengatakan, penggabungan Pelindo tak hanya meningkatkan kekuatan operasional, finansial, dan SDM, melainkan juga mampu meningkatkan sinergisitas antarpelabuhan, jaringan pelayaran terintegrasi, dan peningkatan konektivitas hinterland yang mendorong efisiensi rantai serta mengurangi biaya logistik.

Optimalisasi jaringan hub and spoke melalui kerja sama dengan shipping lines dan business partners bertujuan memperkecil gap dan in-balance cargo, khususnya di Indonesia bagian timur dan penurunan biaya logistik.

"Pelindo memiliki 31 inisiatif strategis yang akan diimplementasikan sejak 2021 hingga 2025. Targetnya harus mampu menciptakan nilai tambah sebesar Rp 5,8 triliun," lanjut Erick.