Sukses

Tekanan Ekonomi Global 2023 Reda, Jokowi: Apa yang Dulu Dibayangkan Tak Terjadi

Presiden Jokowi menyatakan jika tekanan ekonomi global terhadap ekonomi Indonesia sudah agak mereda, sehingga apa yang dulu dibayangkan ternyata banyak yang tidak terjadi.

Liputan6.com, Jakarta Dana Moneter Internasional (IMF) kembali merevisi perkiraan pertumbuhan ekonomi global di tahun 2023 menjadi lebih baik. Sebelumnya proyeksi pertumbuhan ekonomi global di tahun 2022 diperkirakan sebesar 3,4 persen menjadi 2,9 persen pada 2023. itu naik dari perkirakan awal sebesar 2,7 persen pada bulan Oktober lalu.

Hal ini juga diaminkan oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) saat menghadiri acara Mandiri Investment Forum (IMF) 2023, di Hotel Fairmont, Jakarta, Rabu (1/2).

"Tadi pagi saya mendapatkan informasi, bahwa tekanan ekonomi global terhadap ekonomi kita sudah agak mereda. Apa yang dulu kita bayang-bayangkan ternyata banyak yang tidak terjadi. Ini patut kita syukuri," ujar Jokowi.

Jokowi menambahkan ekonomi Indonesia di 2022 diperkirakan sebesar 5,2 hingga 5,3 persen yoy. Kemudian inflasi masih terkendali di angka 5,51 persen dan PMI Manufaktur juga tumbuh ekspansif 50,9.

"Kita harus optimis jangan sampai ada yang pesimis. Harus optimis," tandas Kepala Negara itu.

Sebagai informasi, Menteri Keuangan (Menkeu), Sri Mulyani Indrawati mengatakan, prospek ekonomi global yang diprediksi 'gelap' oleh Dana Moneter Internasional atau International Monetary Fund (IMF) bukan menakut-nakuti. Namun itu bentuk suatu kewaspadaan.

Menkeu menyebut, tahun depan Indonesia diperkirakan masih bisa menjaga pertumbuhan ekonomi.Namun, di sisi lain tekanan akan muncul bertubi-tubi karena seperti apa yang disampaikan IMF bahwa tahun 2023 akan gelap.

"Itu yang disebutkan gelap, kalau saya mengatakan begitu saya dianggap menakut-nakuti, tapi sebetulnya enggak, hanya ingin menyampaikan bahwa risiko itu sangat ada dan oleh karena itu kita harus waspada," kata Menkeu dalam Leaders Talk Series #2 dengan tema ‘Indonesia Energy Investment Landscape’, Rabu (26/10).

Kendati begitu, Sri Mulyani menyampaikan, momentum pemulihan ekonomi Indonesia cukup baik. Pertumbuhan ekonomi RI diperkirakan masih cukup kuat. Sri Mulyani berharap kuartal ketiga bisa tumbuh di atas 5,5 persen. Namun, di kuartal IV-2022, pemerintah Indonesia harus waspada terhadap trend pelemahan ekonomi dunia.

 

Reporter: Siti Ayu Rachma

Sumber: Merdeka.com

2 dari 3 halaman

Sri Mulyani Tepis IMF yang Pangkas Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 2023, Yakin Tumbuh 5 Persen

Lembaga Moneter Internasional atau IMF memangkas pertumbuhan ekonomi Indonesia menjadi 4,3 persen pada 2023. Menteri Keuangan Sri Mulyani ikut merespons lebih rendahnya proyeksi IMF perihal pertumbuhan ekonomi nasional.

Bendahara negara ini justru yakin pertumbuhan ekonomi Indonesia masih di kisaran 5 persen dengan penopang beberapa hal seperti konsumsi domestik.

"Proyeksi untuk 2023 pertumbuhan ekonomi Indonesia masih akan tetap di dalam kisaran 5% atau bahkan mendekati asumsi APBN 2023 yaitu 5,3 persen meskipun tetap kita juga kenali atau kita lihat," kata Sri Mulyani saat Konferensi Pers KSSK: Hasil Rapat Berkala KSSK I Tahun 2023, Selasa (1/2/2023).

Dia menyebutkan momentum pertumbuhan ekonomi Indonesia masih sangat kuat di 2023 kelanjutan dari 2022. Meski belum diumumkan secara resmi BPS, dia memprediksi pertumbuhan ekonomi kuartal IV 2022 masih di atas 5 persen. Sehingga total pertumbuhan ekonomi Indonesia 2022 berkisar 5,2 sampai 5,3 persen.

Momentum yang baik juga ditopang keputusan Presiden Joko Widodo menghentikan PPKM yang mendorong mobilitas masyarakat kian tinggi.

"Mobilitas masyarakat kita lihat di mana-mana sudah luar biasa ini lebih tinggi lagi dibandingkan Kuartal keempat kemarin yang sudah mengalami peningkatan karena pada akhir tahun ada perayaan Natal dan liburan akhir tahun ini masih berlanjut dan lebih baik lagi dibandingkan tahun 2021," jelas dia.

Sehingga pertumbuhan ekonomi kuartal I 2023 diyakini lebih kuat dibandingkan periode yang sama di 2022 yang kala itu omicorn mulai menyebar. 

Momen Ramadan Hari Raya Lebaran dinilai akan menjadi penopang pertumbuhan dan pemulihan ekonomi Indonesia seiring peningkatan konsumsi masyarakat.

Dari isi inflasi tetap terjaga dan ada indikasi tekanan harga menurun sehingga mampu mendorong konsumsi di masyarakat.

Kendati diakui Sri Mulyani koreksi akan terjadi dari sisi ekspor. Namun tetap kondisi pemulihan ekonomi nasional dinilai masih berjalan atau relatif lebih baik dari prediksi IMF.

"Termasuk dari RRT yang dengan pembukaan ekonominya itu dampaknya akan sangat signifikan kepada dunia Jadi berbagai faktor ini menimbulkan suatu proyeksi untuk 2023 pertumbuhan ekonomi Indonesia masih akan tetap di dalam kisaran 5% atau bahkan mendekati asumsi APBN 2023 yaitu 5,3 persen," dia menandaskan.

3 dari 3 halaman

Proyeksi IMF

Lembaga Moneter Internasional atau IMF memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia melambat menjadi 4,3 persen pada 2023. 

Proyeksi tersebut turun dibandingkan perkiraan sebelumnya yang dirilis Oktober, di mana IMF meramal pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa mencapai 5 persen.

Padahal, IMF justru menaikkan prediksi pertumbuhan ekonomi global tahun ini menjadi 2,9 persen. Naik 0,2 poin persentase dari perkiraan sebelumnya di bulan Oktober.

Ini terungkap dari laporan IMF bertajuk World Economic Outlook Update seperti dikutip dari laman resmi IMF, Selasa (31/1/2023).

"Pertumbuhan di negara-negara ASEAN-5 (Indonesia,Malaysia, Filipina, Singapura, Thailand) juga diproyeksikan melambat menjadi 4,3 persen pada tahun 2023 dan kemudian meningkat menjadi 4,7 persen pada tahun 2024," bunyi laporan tersebut.

Secara global, pertumbuhan emerging market dan developing economies diproyeksikan naik secara moderat dari 3,9 persen pada 2022 menjadi 4 persen pada 2023. Kemudian naik lagi jadi 4,2 persen pada 2024.

Ini terjadi revisi naik sebesar 0,3 poin persentase untuk tahun 2023 dan revisi ke bawah sebesar 0,1 poin persentase untuk tahun 2024.

"Sekitar setengah dari pasar negara berkembang dan ekonomi berkembang memiliki pertumbuhan yang lebih rendah pada tahun 2023 dibandingkan tahun 2022," penjelasan IMF.

Sementara pertumbuhan ekonomi negara-negara di Asia yang sedang berkembang dan berkembang diperkirakan akan meningkat pada 2023 dan 2024 masing-masing menjadi 5,3 persen dan 5,2 persen.

Ini setelah perlambatan yang lebih dalam dari perkiraan pada tahun 2022 menjadi 4,3 persen disebabkan oleh ekonomi China.

"Perlambatan PDB riil Tiongkok pada kuartal keempat tahun 2022 menyiratkan penurunan 0,2 poin persentase untuk pertumbuhan 2022 menjadi 3,0 persen—pertama kali dalam lebih dari 40 tahun dengan pertumbuhan China di bawah rata-rata global," kata IMF.

Pertumbuhan di Cina diproyeksikan meningkat menjadi 5,2 persen pada tahun 2023, mencerminkan mobilitas yang meningkat pesat, dan turun menjadi 4,5 persen pada 2024 sebelum menetap di bawah 4 persen dalam jangka menengah di tengah penurunan bisnis dinamisme dan lambatnya kemajuan reformasi struktural.

Pertumbuhan di India akan menurun dari 6,8 persen pada tahun 2022 menjadi 6,1 persen pada tahun 2023 sebelum meningkat menjadi 6,8 persen pada tahun 2024, dengan ketahanan permintaan domestik meskipun hambatan eksternal.