Liputan6.com, Jakarta Salah satu fisikawan nuklir yang ikut mendirikan Subway 60 tahun lalu dan telah tiada pada November 2021 silam Peter Buck meninggalkan wasiat. Miliarder ini memutuskan untuk memberikan 50 persen harta dari gerai sandwich tersebut ke yayasan Peter and Lucia Buck Foundation (PCLB).
Yayasan amal yang dia dirikan bersama mendiang istri sejak 1999 memberikan pengumuman tersebut pada hari Selasa waktu setempat.
Menurut laporan awal bulan Januari 2023, penjualan Subway berhasil mencapai lebih dari USD 10 miliar. Jadi, donasi yang diberikan sebanyak USD 5 miliar atau mungkin lebih.
Advertisement
Yayasan Buck mendukung berbagai hal, termasuk pendidikan, jurnalisme, kedokteran, dan konservasi lahan. Keluarga Buck pun menjadi salah satu pemilik tanah terbesar di Maine, dengan lebih dari 1,3 juta hektare lahan hutan yang dipegang oleh Tall Timbers Trust.
Selain itu, yayasan ini juga berfokus pada peningkatan kualitas hidup di Danbury, Connecticut, tempat tinggal keluarga Buck.
Sebelum pemberian ini, Forbes menghitung bahwa keluarga Buck telah memberikan setidaknya USD 580 juta kepada yayasan tersebut sejak didirikan.
"Hadiah ini akan memungkinkan yayasan untuk memperluas upaya filantropisnya dan berdampak pada lebih banyak kehidupan, terutama pekerjaan kami untuk menciptakan peluang pendidikan bagi semua siswa, pekerjaan yang sangat diperhatikan oleh Dr. Buck," kata Direktur Eksekutif PCLB Carrie Schindele melansir Forbes, Rabu (1/2/2023).
Namun, Schindele tidak menyertakan komentar apa pun mengenai anggota keluarga Buck. Seorang pengacara yang mewakili keluarga pun enggan berkomentar di luar siaran pers.
Â
Isi Surat Wasiat
Salinan surat wasiat Buck seperti yang diperoleh Forbes menunjukkan bahwa dia menjadikan kedua putranya, Christopher dan William Buck, bersama dengan Ben Benoit, Kepala Pejabat Keuangan PCLB, sebagai pelaksana tanah miliknya.
Baik Christopher maupun William duduk di dewan direksi yayasan. Christopher, yang mendirikan organisasi berita nirlaba Retro Report, menjabat sebagai direktur yayasan.
Surat wasiat, yang sebagian disunting, menunjuk pada dua perjanjian perwalian yang menguraikan sebagian besar rencana Buck untuk kekayaannya.
Porsi surat wasiat yang dibagikan untuk umum tidak merinci apa yang akan terjadi pada "entitas bisnisnya", meskipun disebutkan bahwa mereka merupakan disebut sebagai porsi yang signifikan dari nilai tanah Buck.
Surat itu membahas harta pribadi Buck — termasuk perhiasan, mobil, dan koleksi seni, perangko, dan koin — yang dibagi rata di antara kedua putranya.
Â
Advertisement
Awal Mula Usaha
Salah satu pendiri Subway, Fred DeLuca, meninggal pada 2015. Ketika Buck meninggal pada 2021, Forbes memperkirakan kekayaan bersihnya mencapai USD 1,7 miliar.
Jika penjualan yang dihasilkan Subway benar-benar mencapai USD 10 miliar, di mana sesuai permintaan Buck sebesar USD 5 miliar disumbangkan maka ini akan menjadi salah satu donasi terbesar bagi yayasan amal dalam setahun.
Sebelumnya ada miliarder Bill Gates yang mengatakan akan mendonasikan USD 20 miliar kepada Bill & Melinda Gates Foundation sebagai bagian dari rencana untuk meningkatkan pemberian hibah tahunan yayasan sebesar 50 persen pada 2026.
Pemberian saham Subway kepada yayasan keluarga Buck juga sekaligus menghapus kemungkinan besar tagihan pajak yang besar yang harus ditanggung ahli waris Buck jika Subway dijual. Pada tahun lalu, miliarder lain telah melakukan langkah serupa untuk memberikan perusahaan mereka.
Subway berdiri sejak 1965, ketika DeLuca yang berusia 17 tahun meminta nasihat teman dan keluarga Buck bagaimana cara membayar kuliah.
Buck kemudian memberinya USD 1.000, yang dia gunakan untuk meluncurkan "Pete's Subway Submarines", sebuah toko sandwich yang namanya didedikasikan untuk menghormati Buck.
Kedai ini berganti nama menjadi Subway, bisnis ini berkembang selama beberapa dekade berikutnya dari satu toko di Bridgeport, Connecticut menjadi lebih dari 40.000 lokasi.
Â