Liputan6.com, Jakarta - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan, ekonomi digital menjadi salah satu sektor yang tumbuh dengan signifikan. Hal ini ditandai dengan terus berkembangnya aktivitas perdagangan secara digital.
Pada 2020, layanan ekspor global yang dilakukan secara digital telah mencapai 64 persen dan terbukti mampu bertahan di masa pandemi.
Baca Juga
Transformasi digital juga telah mendorong ekonomi digital tampil sebagai kekuatan baru perekonomian di Asia Tenggara. Tercatat pada 2021, nilai ekonomi digital di Asia Tenggara sebesar USD174 miliar, dan jumlah tersebut bahkan diprediksi dapat meningkat mencapai USD1 triliun pada 2030.
Advertisement
Menko Airlangga Hartarto mengatakan, startup menjadi bagian ekosistem digital yang penting dalam mempercepat pertumbuhan ekonomi. Indonesia merupakan negara peringkat ke-5 dengan jumlah startup terbesar yaitu 2.477 unit 9 Unicorn dan 2 Decacorn yaitu GoTo dan J&T Express.
"Start-up berperan dalam penciptaan lapangan kerja, meningkatkan kesejahteraan, dan berkontribusi pada ekonomi yang berkelanjutan melalui solusi dan inovasi yang ditawarkannya,” ungkap dia saat menyampaikan keynote speech secara virtual dalam Seminar Nasional The 12th UI Studentpreneur, Rabu (1/2/2023).
Meski demikian, berdasarkan laporan Masyarakat Industri Kreatif Teknologi dan Komunikasi Indonesia, startup masih terus menemukan kendala terkait sulitnya akses permodalan.
Untuk itu, Pemerintah berupaya memberikan dukungan bagi startup, seperti program pelatihan dari Kementerian Kominfo, program business matchmaking seperti Sekolah Beta, Gerakan Nasional 1000 Startup Digital, Start-up Studio Indonesia, Hub.id, dan Program STARTUP4INDUSTRY.ID dari Kementerian Perindustrian.
Wirausaha Produktif
Selain itu, Pemerintah juga telah memberikan perhatian khusus kepada penciptaan wirausaha produktif yang salah satunya melalui implementasi Peraturan Presiden Nomor 2 tahun 2022 tentang Pengembangan Kewirausahaan Nasional, sehingga diharapkan mampu merealisasikan target penciptaan 500 start-up pada tahun 2024.
Dalam kesempatan tersebut, Menko Airlangga juga turut berpesan pada generasi muda sebagai digital native untuk dapat membekali diri dengan literasi digital dan menguasai keterampilan digital sehingga dapat menjadi talenta digital yang mampu berpartisipasi dalam proses transformasi digital di tanah air.
“Menghadapi tantangan ke depan, generasi milenials dan generasi Z dituntut memiliki karakter yang mampu beradaptasi tinggi, fleksibel, kreatif, technology savvy, empati, dan mampu berpikir kritis sebagai modal utama untuk menghadapi era digitalisasi yang bergerak secara dinamis,” pungkas Menko Airlangga.
Advertisement
Luhut Beberkan Tantangan Transformasi Digital di Indonesia, Apa Saja?
Sebelumnya, Menteri Koordinator Maritim dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan, mengungkap bagaimana seluruh instansi pemerintah harus bertransformasi digital.
"Saya baru sadar pentingnya digitalisasi dan pengembangan industri teknologi saat pandemi," kata Luhut dalam acara Google for Indonesia di Jakarta, Rabu (7/12/2022).
Karena hal tersebut, Luhut dan seluruh pihak di pemerintahan mulai mengadopsi digitalisasi.
"Segala proses manual pemerintahan yang dikerjakan secara manual, kini bisa dilakukan lebih efisien lewat digitalisasi."
Alhasil, terlihat dengan jelas bagaimana ekonomi digital di Indonesia berkembang dengan pesat dari sebelumnya.
Dari ekonomi internet, diketahui sudah mencapai USD 77 miliar di 2022. Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan angka ini diprediksi akan naik hingga USD 130 miliar pada 2025.
Sektor lainnya juga ikut mengalami kenaikan hingga double digit. Sektor e-commerce menjadi pemimpin dengan angka USD 59 miliar dan akan tembus USD 95 miliar pada 2025.
Meski menyambut baik transformasi digital di segala sektor, Luhut juga mengakui hal tersebut masih jauh dari sempurna dan masih ada tantangan.
Salah satu tantangan itu adalah penetrasi internet di Indonesia ketinggalan dari negara-negara, seperti Thailand, Vietnam, dan Malaysia.
"Walau ada peningkatan, saat ini baru 53,73 persen penduduk di Indonesia yang dapat menikmati internet," ujar Luhut.
Selain itu, kualitas sinyal telepon dan internet pun masih belum bisa dinikmati secara merata oleh masyarakat, khususnya yang tinggal di bagian Timur Indonesia.
"2018 ada sekitar 37 persen kota atau desa di Indonesia tidak memiliki cakupan sinyal, sedangkan pada 2021 sudah tinggal 27 persen," paparnya.
Saat ini, masih ada 8 persen desa di Indonesia yang belum dapat menikmati internetan. "Pada 2018 itu 24 persen dari total penduduk Indonesia tidak bisa menikmati internet," ucapnya.
Koneksi Internet
Luhut juga menyebutkan, koneksi internet di Tanah Air masih lambat daripada negara lain, seperti Jepang, Vietnam, Filipina, dan Thailand.
"Kecepatan koneksi internet di Indonesia masih lebih rendah dibandingkan negara lain," katanya.
Disebutkan, kecepatan internet yang diakses menggunakan perangkat mobile meningkat hingga 3.40Mbps dalam 12 bulan hingga awal 2022.
Meski begitu, Luhut mengungkap pemerintah akan meningkatkan investasi untuk membangun infrastruktur yang diperlukan untuk mempercepat transformasi digital di Indonesia.
"Dengan rencana investasi pengembangan ekonomi digital ini, diprediksi mampu mencapai target visi emas Indonesia pada 2045," pungkasnya.
Advertisement