Liputan6.com, Jakarta - Harga minyak turun pada perdagangan Jumat di tengah sesi yang penuh gejolak, Penurunan harga minyak dunia ini terjadi setelah keluarnya data pekerjaan AS yang kuat sehingga menimbulkan kekhawatiran mengenai kenaikan suku bunga yang lebih tinggi lagi.
Selain itu, penurunan harga minyak dunia ini juga terjadi karena investor tengah mencari kejelasan lebih lanjut tentang rencana embargo Uni Eropa yang akan segera terjadi pada produk olahan minyak Rusia.
Baca Juga
Mengutip CNBC, Jumat (4/1/2023), harga minyak mentah Brent berjangka turun USD 2,43 atau 3 persen menjadi USD 79,74 per barel, setelah naik ke sesi tertinggi USD 84,20 per barel. Sedangkan harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS turun USD 2,66 atau 3,4 persen menjadi USD 73,22, setelah sebelumnya naik menjadi USD 78,00 per barel.
Advertisement
Data pekerjaan AS meningkat tajam pada bulan Januari di tengah pasar tenaga kerja yang terus-menerus tangguh, tetapi moderasi lebih lanjut dalam kenaikan upah akan memberikan kenyamanan bagi Federal Reserve dalam perjuangannya melawan inflasi.
"Pelaku pasar belum dapat memutuskan apakah harus gugup menghadapiresesi atau lebih khawatir tentang Federal Reserve yang agresif untuk menaikkan suku bunga," kata analis Price Futures Group, Phil Flynn.
Bank sentral AS pada hari Rabu masih tetap menaikkan suku bunga acuan tetapi dengan nilai yang lebih rendah jika dibandingkan dengan bulan-bulan sebelumnya. Namun pembuat kebijakan monete rini juga memproyeksikan bahwa peningkatan suku bung aini akan berkelanjutan sesuai dengan target.
Analis pasar Phillip Nova Priyanka Sachdeva menjelaskan, kenaikan suku bunga pada 2023 kemungkinan akan membebani ekonomi AS dan Eropa, meningkatkan kekhawatiran perlambatan ekonomi yang kemungkinan besar akan mengurangi permintaan minyak mentah global.
Embargo
Investor juga tengah menunggu keterangan lebih lanjut mengenai perkembangan larangan Uni Eropa pada produk olahan minyak Rusia yang kemungkinan akan dilakukan pada 5 Februari. Saat ini negara-negara anggota Uni Eropa tengah mencari kesepakatan pada hari Jumat untuk menetapkan batas harga untuk produk minyak Rusia.
Rusia mengatakan pada hari Jumat bahwa embargo Uni eropa pada produk minyak sulingan Rusia akan menyebabkan ketidakseimbangan lebih lanjut di pasar energi global.
"Rincian pasti tentang batasan itu dan bagaimana mereka akan menerapkannya masih belum jelas," kata ekonom komoditas Capital Economics Bill Weatherburn. Hal ini menambahkan ketidakpastian harga.
"Belum ada data dari China untuk menunjukkan sejauh mana pemulihan permintaan minyak mentah China."
Analis ANZ mencatat lonjakan lalu lintas yang tajam di 15 kota terbesar China setelah liburan Tahun Baru Imlek, tetapi mengatakan bahwa pedagang China "relatif tidak ada".
Advertisement
Perdagangan Kemarin
Harga minyak dunia menetap lebih rendah karena pesanan pabrik industri di Amerika Serikat (AS) turun. Sementara dolar menguat, membuat harga minyak mentah lebih mahal untuk pembeli non-Amerika.
Melansir laman CNBC, Jumat (3/2/2023), harga minyak mentah berjangka Brent menetap di posisi USD 81,98 per barel, turun 86 sen, atau 1,04 persen. Sedangkan harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) menetap di level USD 75,77 per barel, turun 64 sen, atau 0,84 persen.
Saat pesanan baru untuk barang manufaktur AS naik pada bulan Desember, ternyata pesanan untuk peralatan industri dan mesin lainnya turun, menurut data Departemen Perdagangan terbaru.
“Hal itu menyoroti lebih banyak perlambatan ekonomi, terutama di sisi industri, yang berdampak negatif bagi minyak bumi,” kata John Kilduff, partner di Again Capital.
Menurut Jim Ritterbusch dari Ritterbusch and Associates rebound terjadi dalam indeks dolar, yang mencapai level terendah sembilan bulan di awal sesi karena taruhan kenaikan suku bunga Federal Reserve AS yang lebih lemah. Hal ini juga membebani harga minyak.
Greenback yang lebih kuat membuat minyak yang dihargakan dalam dolar lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya.
The Fed menaikkan suku bunga sesuai targetnya sebesar seperempat persentase poin di awal minggu. Bahkan terus menjanjikan "peningkatan berkelanjutan" dalam biaya pinjaman sebagai bagian dari perjuangannya melawan inflasi.
"Inflasi agak mereda tetapi tetap tinggi," kata Bank Sentral AS dalam sebuah pernyataan yang menandai pengakuan eksplisit atas kemajuan yang dibuat dalam menurunkan laju kenaikan harga dari level tertinggi 40 tahun yang dicapai tahun lalu.