Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak melemah di awal pekan ini. Nilai tukar rupiah hari ini dibuka melemah menunggu rilis pertumbuhan ekonomi Indonesia atau Produk Domestik Bruto (PDB) triwulan IV 2022.
Pada Senin (6/2/2023), nilai tukar rupiah tergelincir tajam 132 poin atau 0,88 persen ke posisi 15.025 per dolar AS, dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya 14.894 per dolar AS.
Baca Juga
"Hari ini pasar akan menunggu rilis data GDP Indonesia untuk Q422 (PDB triwulan IV 2022), dan sekaligus data GDP FY 2022 (PDB 2022)," kata Ekonom Senior Mirae Asset Sekuritas Rully Arya Wisnubroto dikutip dari Antara.
Advertisement
Rully memperkirakan rupiah akan bergerak di kisaran 14.855 per dolar AS sampai dengan 14.955 per dolar AS.
Pada sisi lain, pasar juga merespons publikasi data ketenagakerjaan Amerika Serikat (AS) yang jauh lebih baik dari ekspektasi. Hal itu menyebabkan dolar AS cenderung menguat terhadap mata uang lainnya.
Lapangan kerja (non-farm payroll/NFP) AS naik 517.000, jauh lebih tinggi dari konsensus sebesar 185.000. Hal tersebut menyebabkan spekulasi bahwa inflasi AS masih akan tetap tinggi.
Dengan spekulasi itu, Bank Sentral AS atau The Fed diperkirakan masih akan menaikkan suku bunga lagi, yakni 25 basis poin (bps) pada pertemuan Komite Pasar Terbuka (FOMC) AS di bulan Maret 2023.
The Fed pada Rabu (1/2/2023) menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin, meningkatkan kisaran target untuk suku bunga dana federal menjadi 4,5-4,75 persen, karena terus berjuang melawan inflasi.
Ketua The Fed Jerome Powell mengatakan Fed mengakui bahwa laju inflasi telah mereda, tetapi "akan sangat dini untuk menyatakan kemenangan."
Dengan pasar tenaga kerja yang masih ketat, Powell mengharapkan kenaikan "berkelanjutan" guna membuat kebijakan moneter "cukup restriktif" untuk merekayasa pasar kerja yang lebih seimbang dan menurunkan inflasi yang terlalu tinggi.
Ia merujuk pada kenaikan suku bunga "beberapa lagi", memberi kesan bahwa siklus semakin mendekati akhir.
Fundamental Ekonomi Kuat, BI Yakin Rupiah Tak Bakal Melemah di 2023
Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak menguat sejak awal tahun ini. Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengatakan, gerak nilai tukar rupiah sepanjang tahun cenderung mengalami penguatan seperti yang telah terjadi di awal tahun. Hal ini dasarkan pada perbaikan kondisi fundamental perekonomian Indonesia hingga akhir 2022.
"Kami meyakini nilai tukar rupiah akan menguat karena faktor fundamental, semuanya memberikan justifikasi bahwa nilai tukar akan menguat," kata Perry dalam acara Laporan Transparansi dan Akuntabilitas Bank Indonesia (LTABI) 2022 di Jakarta, Senin (30/1/2023).
Perry menyampaikan, kian membaiknya faktor fundamental tersebut tercermin dari peningkatan aliran modal asing yang masuk ke pasar keuangan Indonesia. Perry mencatat, aliran modal asing masuk sebesar USD 2,4 miliar ke pasar keuangan Indonesia.
Â
Advertisement
Tren Inflasi
Selain itu, tren laju inflasi di Tanah Air juga masih terkendali hingga memasuki akhir tahun 2022. Perry optimis, tingkat inflasi inti akan berada di bawah 4 persen pada semester I 2023, sementara inflasi umum akan berada di bawah 4 persen di semester II 2023.
"Inflasi dari 5,5 persen kami pastikan inflasi inti di semester satu (2023) di bawah 4 persen," tekan Perry.
Kinerja konsumsi rumah tangga diprakirakan akan tumbuh lebih tinggi cepat pasca terdampak pandemi Covid-19. Hal ini sejalan dengan meningkatnya mobilitas masyarakat pasca penghapusan kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kebijakan Masyarakat (PPKM).
Pada 2023, pertumbuhan ekonomi diprakirakan berlanjut, meskipun sedikit melambat ke titik tengah kisaran 4,5 sampai 5,3 persen, sejalan dengan menurunnya prospek pertumbuhan ekonomi global.