Sukses

71 Emiten Baru Melantai di Bursa, OJK Pede Pemulihan Ekonomi 2022 Berlanjut

Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan Mahendra Siregar, optimis pemulihan perekonomian Indonesia selama Tahun 2022 akan terus berlanjut.

Liputan6.com, Jakarta Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan Mahendra Siregar, optimis pemulihan ekonomi Indonesia selama tahun 2022 akan terus berlanjut. Peningkatan aktivitas perekonomian domestik dari sisi konsumsi dan investasi telah menjadi penopang pertumbuhan.

"Hal itu diperkuat oleh pengumuman pemerintah mengakhiri tanggap darurat pandemi yang akan menjadi modal utama bagi pertumbuhan lebih kuat lagi," kata Mahendra Siregar dalam Pertemuan Tahunan Industri Jasa Keuangan 2023, Senin (6/2/2023).

OJK meyakini sebagian besar resiko transmisi perlambatan pertumbuhan ekonomi global, termasuk dampak penurunan harga komoditas, penurunan permintaan ekspor dan pengetatan likuiditas Global sudah dipahami dan akan dapat dimitigasi dengan tepat.

"Tingginya optimisme terhadap prospek perekonomian nasional tercermin dari perkembangan pasar modal yang mencatatkan penambahan 71 emiten baru tahun lalu, tertinggi sepanjang sejarah pasar modal," ujarnya.

Selain itu, kredit perbankan tumbuh 11,4 persen dan piutang pembiayaan tumbuh 14,2 persen, lebih tinggi dari rata-rata 5 tahun sebelum pandemi sebesar 8,9 persen dan 4,4 persen.

Lebih lanjut, Mahendra menyebut tahun ini siklus politik 5 tahunan sudah dimulai. Belajar dari periode lalu, akselerasi pertumbuhan konsumsi masyarakat dan aktivitas industri akan meningkat khususnya industri padat Karya seperti makanan minuman, textile produk tekstil, percetakan, serta transportasi.

Menurutnya, pemilihan umum dan pemilihan Presiden-Wapres kali ini adalah yang kelima setelah reformasi. Pengalaman menunjukkan sekalipun suhu politik tentu meningkat, namun kondisi keamanan, kepastian hukum dan iklim berusaha tetap terjaga dengan baik.

"Kondisi ini dimungkinkan karena Indonesia telah menjadi sistem demokrasi yang makin dewasa pada saat kepentingan nasional adalah yang menjadi tujuan utama setiap kontestannya. Ini Indonesia akan semakin mengokohkan dirinya menjadi negara demokrasi presidensial terbesar di dunia. Indonesia gak ada lawan," ujarnya.

Oleh karena itu, dia mengajak semua pihak agar tidak ragu-ragu terhadap penguatan perekonomian, stabilitas keuangan serta perbaikan iklim dan kesempatan investasi di Indonesia, investasi langsung maupun investasi portofolio dalam dan luar negeri akan terus meningkat.

 

2 dari 3 halaman

OJK Catat Arus Dana Masuk ke Pasar Saham Tembus Rp 64,4 Triliun

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat arus dana masuk atau inflow dari nonresiden mencapai Rp 7,52 triliun pada Agustus 2022.

OJK mencatat pasar saham Indonesia terpantau menguat seiring dengan perkembangan positif kondisi domestik. Hingga 31 Agustus 2022, IHSG naik 3,27 persen mtd ke level 7.178,59 dengan nonresiden mencatat inflow Rp 7,52 triliun. Demikian mengutip dari data OJK, Selasa (6/9/2022).

Hingga 31 Agustus 2022, arus dana masuk ke pasar saham mencapai Rp 64,4 triliun. Aliran dana yang masuk ini sudah melebihi arus dana masuk pada 2021 sebesar Rp 37,94 triliun.

Adapun jumlah investor tercatat 9,45 juta hingga 19 Agustus 2022. Total kepemilikan investor lokal mencapai 53,29 persen hingga Agustus 2022. Angka ini lebih rendah dari posisi 2021 sebesar 54,15 persen.

Kemudian di pasar surat berharga negara (SBN), nonresiden membukukan inflow Rp 10,5 triliun sehingga mendorong rerata yield SBN turun 15,90 bps mtd pada seluruh tenor.

Penghimpunan dana di pasar modal hingga 31 Agustus 2022 tercatat Rp 168,75 triliun dengan emiten baru tercatat 48 emiten.

Nilai penghimpunan dana dari initial public offering (IPO) pada 2022 mencapai Rp 21,05 triliun. Sementara itu, dari penawaran umum terbatas (PUT) tercatat Rp 24,05 triliun, dan efek bersifat utang dan sukuk (EBUS) sebesar Rp 24,48 triliun serta penawaran umum berkelanjutan EBUS tahap I dan II sebesar Rp 99,17 triliun.

Dari sisi kinerja emiten, secara umum juga menunjukkan perkembangan yang cukup baik. Dari 4.811 emiten listing saham yang telah menyampaikan Laporan Keuangan Tengah Tahunan 2022, sebanyak 332 emiten (69,03 persen) menunjukkan peningkatan kinerja dengan pertumbuhan pendapatan tercatat sebesar 20,69 persen yoy dan peningkatan laba sebesar 50,49 persen.

3 dari 3 halaman

OJK: Laba Emiten Tumbuh 50,49 Persen pada Semester I 2022

Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal OJK Inarno Djajadi menuturkan, laba emiten meningkat 50,49 persen pada semester I 2022. Dari sisi kinerja emiten, secara umum juga menunjukkan perkembangan yang cukup baik. 

"Dari 481 emiten listing saham yang telah menyampaikan laporan keuangan tengah tahunan 2022, sebanyak 332 emiten (69,03 persen) menunjukkan peningkatan kinerja dengan pertumbuhan pendapatan tercatat sebesar 20,69 persen yoy dan peningkatan laba sebesar 50,49 persen," kata Inarno dalam konferensi pers, Senin (5/9/2022).

Dia juga menuturkan, pasar saham Indonesia terpantau menguat. "Sejalan dengan perkembangan positif kondisi domestik tersebut, pasar saham Indonesia terpantau menguat," kata dia.

Hingga 31 Agustus 2022, IHSG tercatat menguat sebesar 3,27 persen month to date (mtd) ke level 7.178,59 dengan nonresiden mencatatkan inflow sebesar Rp 7,52 triliun. 

Selanjutnya di pasar Surat Berharga Negara atau SBN, nonresiden mencatatkan inflow sebesar Rp 10,5 triliun sehingga mendorong rerata yield SBN turun 15,90 bps mtd pada seluruh tenor. 

Kemudian, penghimpunan dana di pasar modal hingga 31 Agustus 2022 tercatat sebesar Rp168,75 triliun, dengan emiten baru tercatat sebanyak 48 emiten.

"Penghimpunan dana di pasar modal hingga 31 Agustus 2022 tercatat sebesar Rp168,75 triliun, dengan emiten baru tercatat sebanyak 48 emiten," kata dia.

Sementara itu, Wakil Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Mirza Adityaswara menuturkan, OJK juga menyadari pentingnya peran infrastruktur pasar yang kuat dan perlindungan konsumen yang efektif dalam mendukung terjaganya stabilitas sistem keuangan.

"Oleh karena itu, OJK akan memperkuat infrastruktur pasar dan meningkatkan perlindungan konsumen," kata Mirza.Â