Sukses

Pertumbuhan Ekonomi 2022 Jadi yang Tertinggi di Era Presiden Jokowi

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi tahun 2022 mencapai 5,31 persen (yoy).

Liputan6.com, Jakarta Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi tahun 2022 mencapai 5,31 persen (yoy). Salah satu yang menopang pertumbuhan ekonomi kali ini yaitu tingginya konsumsi rumah tangga.

BPS juga menggaris bawahi, pertumbuhan ekonomi tersebut menjadi yang paling tinggi sejak tahun 2013 yang tumbuh 5,56 persen (yoy). Artinya kinerja ekonomi tahun lalu menjadi yang tertinggi sejak Indonesia dipimpin Presiden Joko Widodo. 

“Pertumbuhan ekonomi tahun 2022 sebesar 5,31 persen, tertinggi sejak tahun 2013 yang kala itu tumbuh 5,56 persen,” kata  Kepala BPS, Margo Yuwono di Gedung BPS, Jakarta, Senin (6/2/2023). 

Berdasarkan data BPS, ekonomi Indonesia tahun 2014 hanya tumbuh 5,01 persen (yoy) dari sebelumnya di tahun 2013 tumbuh 5,56 persen (yoy). Kemudian di tahun 2015 ekonomi kembali melambat dengan hanya tumbuh 4,88 persen (yoy).

Di tahun 2016, ekonomi Indonesia menguat kembali dengan tumbuh 5,03 persen (yoy). Begitu juga di tahun 2017 kembali menguat ke posisi 5,07 persen (yoy)dan tahun 2018 naik lagi menjadi 5,17 persen (yoy).

Di tahun 2019 ekonomi Indonesia kembali melemah menjadi 5,02 persen (yoy). Kemudian mengalami kontraksi hingg -2,07 persen (yoy) karena pandemi Covid-19. Di tahun 2021 ekonomi Indonesia kembali meroket dengan tumbuh 3,70 persen (yoy). Lalu tumbuh lebih gagah di tahun 2022 yang tumbuh 5,31 persen (yoy).

 

2 dari 3 halaman

Di Atas Sebelum Pandemi

Margo menjelaskan secara nominal pertumbuhan tersebut sudah di atas capaian di tahun 2019. BPS mencatat PDB ADHK tahun 2019 mencapai Rp10,950 triliun. Sedangkan di tahun 2022, PDB ADHK mencapai Rp11.710 triliun. 

“Sehingga secara nominal PDB sudah lebih tinggi dibandingkan sebelum pandemi dan PDB per kapita atas harga konstanta juga sudah lebih tinggi dari 2019,” kata dia.

Sepanjang tahun 2022, kinerja pertumbuhan ekonomi dipengaruhi oleh faktor global dan domestik. Secara global, Indonesia diuntungkan dengan relatif tingginya harga komoditas ekspor unggulan di pasar global yang memberikan windfall dan mendongkrak kinerja ekspor serta surplus neraca perdagangan. 

Hanya saja, Margo mengingatkan, saat ini harga komoditas unggulan tersebut tengah mengalami tren penurunan. Sehingga hal ini perlu menjadi perhatian bersama di tahun 2023. 

“Namun demikian, harga komoditas unggulan Indonesia di pasar global sudah mulai menunjukkan tren penurunan,” kata dia. 

 

3 dari 3 halaman

Sisi Domestik

Sementara itu, secara domestik, kombinasi aktivitas masyarakat yang semakin menggeliat, bauran kebijakan fiskal dan moneter untuk menjaga daya beli mampu mendorong aktivitas ekonomi, baik dari sisi produksi maupun konsumsi. Namun pertumbuhan beberapa lapangan usaha yang menjadi leading sector seperti Industri,

Pertanian, Pertambangan, dan Konstruksi masih berada di bawah tingkat pertumbuhan ekonomi nasional.  Selain itu pertumbuhan Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga masih belum kembali pada level sebelum pandemi.

Sepanjang tahun 2022, kinerja pertumbuhan ekonomi secara spasial juga terus menguat di berbagai wilayah, khususnya kelompok provinsi di Pulau Jawa (5,31 persen), Sulawesi (7,05 persen), dan Maluku & Papua (8,65 persen). Hanya saja struktur ekonomi Indonesia secara spasial masih didominasi kelompok provinsi di Pulau Jawa (56,48 persen) dan Sumatera (22,04 persen).

 

Reporter: Anisyah Al Faqir

Sumber: Merdeka.com