Liputan6.com, Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan ekonomi Indonesia sepanjang 2022 tumbuh 5,31 persen jika dibandingkan dengan 2021. Kepala BPS Margo Yuwono mengatakan salah satu pendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia tersebut adalah daya beli masyarakat.
Seperti diketahui, pemerintah menetapkan 2022 sebagai tahun pemulihan, berbagai pelonggaran kebijakan COvid-19 dijalankan untuk mendorong daya beli masyarakat sehingga menguatnya aktivitas ekonomi.
Baca Juga
Salah satu bukti daya beli masyarakat meningkat adalah nilai transaksi uang elektronik, kartu debit dan kredit yang tumbuh 0,66 persen (yoy). “Konsolidasi ini berkaitan dengan produktivitas yang semakin membaik di tahun 2022,” kata Margo Yuwono di Gedung BPS, Jakarta Pusat, Senin (6/2/2023).
Advertisement
Dari sisi mobilitas dan sektor pariwisata di tahun 2022 juga semakin menunjukkan tren pemulihan. Margo menyebut jumlah penumpang di seluruh moda transportasi mengalami perbaikan. Baik secara tahunan maupun secara kumulatif.
Jumlah kunjungan wisatawan mancanegara juga naik hingga 384,12 persen. Angka ini meningkat hingga 251,28 persen (ctc). Indikator pulihnya sektor pariwisata juga terlihat dari tingkat hunian kamar pada hotel berbintang yang mengalami peningkatan.
“Rata-rata hunian kamar hotel bintang meningkat 620 persen (yoy) dan 11,54 persen (ctc) sepanjang tahun 2022,” kata dia.
Pulihnya sektor pariwisata ini tidak terlepas dari dibukanya kembali hampir seluruh bandar udara internasional. Kemudian adanya penyelenggaraan kegiatan-kegiatan level internasional dan pelonggaran aktivitas masyarakat pada hari raya keagamaan.
“Ini semua mendorong peningkatan aktivitas ekonomi masyarakat sepanjang tahun 2022,” ujarnya.
Prompt Manufacturing Index
Di sisi lain sepanjang tahun 2022 aktivitas produksi menunjukkan adanya kinerja ekspansif. Tercermin dari Prompt Manufacturing Index Bank Indonesia yang masih ekspansif mencapai 50,06 pesen. Angka ini sedikit lebih rendah dari capaian di kuartal IV-2021 yang mampu mencapai 50,17 persen.
Meski begitu, impor bahan baku dan barang modal selama tahun 2022 mengalami pertumbuhan. Masing-masing 23,04 persen (yoy) untuk impor bahan baku dan 26,99 persen (yoy) untuk barang modal. Namun untuk impor barang konsumsi mengalami penurunan 1,74 persen (yoy).
“Jadi impor bahan baku dan barang modal ini menunjukkan sektor dalam negeri mengalami ekspansif,” kata dia.
Meningkatkan aktivitas produksi tersebut mendorong penjualan listrik mengalami peningkatan sebesar 2,70 persen (yoy) dan 6,26 persen (ctc). Peningkatan ini didorong oleh penggunaan listrik untuk segmen bisnis.
“Kenaikan konsumsi listrik untuk segmen bisnis ini artinya aktivitas dalam negeri yang meningkat,” kata dia.
Advertisement
Industri Pengolahan
Kapasitas produksi terpakai industri pengolahan di kuartal IV-2022 sebesar 71,15 persen. Angka ini lebih tinggi dibandingkan tahun lalu pada periode yang sama sebesar 69,53 persen.
Berbagai capaian tersebut juga disokong oleh konsolidasi kebijakan fiskal dan moneter yang kuat. Beberapa di antaranya yakni penyaluran perlindungan sosial tambahan dari pemerintah seperti Bantuan Langsung Tunai (BLT) saat terjadi kenaikan Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi, Bantuan Subsidi Upah (BSU) dan dukungan program sosial lain yang menggunakan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).
Peningkatan realisasi subsidi energi juga naik hingga 22,41 persen (ctc) dan tingkat suku bunga acuan yang mengalami peningkatan. Semula 4,25 persen pada bulan September 2022 menjadi 5,50 persen di bulan Desember 2022.
Reporter: Anisyah Al Faqir
Sumber: Merdeka.com