Sukses

Sederet Perusahaan Dunia yang Berdonasi Bantu Korban Gempa Turki-Suriah

Sejumlah perusahaan multinasional ikut memberikan donasi kepada para korban gempa di Turki dan Suriah. Simak selengkapnya.

Liputan6.com, Jakarta - Sejumlah perusahaan multinasional ternama ikut turun tangan untuk memberikan bantuan kepada para korban gempa di Turki dan Suriah.

Bantuan ini salah satunya berupa donasi makanan, obat-obatan, hingga uang tunai.

Melansir CNN Business, Kamis (9/2/2023) platform e-commerce asal Amerika Serikat, Amazon menyiapkan sumbangantermasuk makanan, makanan bayi, selimut, tenda dan obat-obatan, dengan pengiriman pertama berangkat dari gudangnya di Istanbul.

Raksasa ritel itu mengatakan, pasokan bantuan lainnya sedang dalam perjalanan menuju daerah yang terkena dampak di Turki.

"Pengiriman segera ini hanyalah awal dari tanggapan Amazon," kata Abe Diaz, kepala program bantuan bencana Amazon, dalam sebuah pernyataan.

Diaz mencatat bahwa perusahaan akan bekerja untuk mengidentifikasi kebutuhan di lapangan dan menggunakan jaringan logistik serta pengiriman.

Ada juga Deutsche Telekom yang mengumumkan telah memfasilitasi panggilan dan pesan teks dari Jerman ke Turki dan Suriah secara gratis hingga 15 Februari mendatang. 

Sebagai informasi, Jerman merupakan salah satu rumah bagi diaspora Turki terbesar di dunia.

Negara itu juga menampung populasi pengungsi terbesar ketiga di dunia, yang setengahnya berasal dari Suriah, menurut Badan Pengungsi PBB.

Selain itu, Deutsche Telekom juga menyumbangkan dana senilai USD 1,1 juta kepada aliansi Jerman yang terdiri dari 23 organisasi bantuan bencana.

Adapun bantuan lainnya dari Google, di mana CEO perusahaan induk Alphabet Sunder Pichai, mengumumkan via Twotter bahwa pihaknya telah mengaktifkan peringatan SOS untuk memberikan informasi darurat pada korban gempa di Turki dan Suriah. 

"Kami telah mengaktifkan peringatan SOS untuk memberikan informasi darurat yang relevan kepada mereka yang terkena dampak, dan @Google akan mendukung bantuan serta upaya pemulihan," tulisnya dalam unggahan di Twitter.

2 dari 3 halaman

Sumbangan untuk Korban Gempa di Turki-Suriah dari Apple Hingga Tesco

"Apple akan menyumbang untuk upaya bantuan dan pemulihan," demikian unggahan Twitter lainnya oleh CEO Apple Tim Cook. 

Selain itu, ada juga perusahaan dairy Chobani yang mengumumkan pengeluaran dana untuk sumbangan kepada korban gempa di Turki dan Suriah.

CEO Chobani, Hamdi Ulukaya mengumumkan bahwa pihaknya telah menyumbangkan dana sebesar USD 1 juta untuk korban gempa  yang dibentuk oleh Turkish Philanthropy Funds, kata organisasi donor yang berbasis di AS.

"Saudara dan saudari Anda di #Turki dan wilayah sekitarnya sangat membutuhkan bantuan kami. mohon donasi untuk upaya bantuan dan pemulihan gempa bumi @tphilanthropy. Saya telah menjanjikan $1 juta dan akan memberikan donasi tambahan hingga $1 juta untuk membantu mereka yang terkena dampak bencana ini," demikian unggahannya.

Adapun sumbangan uang tunai lainnya untuk korban gempa di Turki dan Suriah dari jaringan toko terbesar di Inggris.

Tesco dan Marks & Spencer menyumbangkan donasi gabungan senilai 150.000 pound sterling (USD 181.500) melalui Earthquake Appeal.

Kemudian surat kabar lokal Inggris, The Sun yang mengatakan telah menyumbangkan semua dana dari permohonan ke Palang Merah Inggris. Organisasi bantuan itu bekerja untuk membantu orang-orang di Turki dan Suriah yang terkena dampak gempa.

3 dari 3 halaman

Elon Musk Bakal Sumbang Bantuan pada Korban Gempa Turki-Suriah?

Perusahaan lain yang mungkin membantu adalah SpaceX milik Elon Musk.

Pada Senin (6/2) Elon Musk menanggapi tweet tentang layanan internet Starlink SpaceX, yang berbunyi: "Hai @elonmusk, gempa besar melanda Turki dan negara-negara tetangga. Kekurangan komunikasi yang parah sedang terjadi. Apakah Anda bisa membantu dengan satelit starlink Anda?"

Miliarder itu pun menjawab: "Starlink belum disetujui oleh pemerintah Turki. SpaceX dapat mengirim segera setelah disetujui".

Di Ukraina yang dilanda perang, Starlink telah menjadi sumber komunikasi penting bagi militer negara tersebut.

Musk terus mendanai layanan tersebut meskipun, menurut tweet darinya pada bulan Oktober mengungkapkan, dana untuk bantuan tersebut sudah mulai berkurang.