Liputan6.com, Jakarta PT Asuransi Jasa Indonesia atau Jasindo telah melewati masa-masa sulit karena posisi rasio kecukupan modal atau risk based capital (RBC) anjlok di -84,85 persen. Namun, keadaan ini mampu berbalik positif ke tingkat RBC 137,21 persen dalam kurun waktu kurang lebih 1 tahun.
Direktur Bisnis Strategis Jasindo Syah Amondaris menegaskan optimisme yang dijalankan oleh perusahaan ini bisa jadi acuan pelaku industri asuransi lainnya. Utamanya dalam memperbaiki citra industri asuransi kedepannya.
Baca Juga
Beberapa hal dilakukan Jasindo, mulai dari komunikasi intens dengan regulator hingga proses efisiensi perusahaan. Langkah ini yang menurut Syah Amondaris bisa ditiru oleh pelaku industri asuransi lainnya.
Advertisement
"Jadi saya rasa mungkin saya tak perlu banyak menjelaskan dengan telah terjawabnya kondisi Jasindo sekarang, dari RBC minus jadi plus, ini bisa jadi acuan teman-teman yang lain dan industri asuransi," kata dia dalam Media Briefing di Jakarta, Kamis (8/1/2023).
Mengaca pada badai yang bisa dilalui oleh Jasindo, pria yang karib disapa Aris ini menyebut kalau ini bisa jadi sinyal positif bagi industri asuransi. Meskipun pada saat yang sama banyak pihak menilai kalau industri asuransi saat ini sedang tidak baik-baik saja.
"Dengan hasil RBC Jasindo saat ini diatas ketentuan dari setahun lalu dibawah ketentuan, ini satu sinyal yang baik saya rasa untuk industri asuransi," ungkapnya.
"Artinya, kalau ada keinginan yang kuat dari dalam untuk memperbaiki dan bangkit serta komunikasi yang baik dengan regulator dan stakeholders kita bisa melakukan dan ini cerita Jasindo bukan cuma cerita tapi sudah kejadian," beber Aris.
Perkuat Bisnis Inti
Aris menguraikan strategi yang diambil Jasindo kedepannya. Salah satunya fokus ke segmen korporasi yang meliputi LoB-LoB Property, Marine (cargo & hull), Energy Offshore dan Onshore, Engineering, serta Tanggung Gugat.
“Selain LoB-LoB tersebut, kami juga tetap fokus pada produk-produk yang memang menjadi penugasan dari pemerintah, seperti AUTP/AUTS dan Asuransi Barang Milik Negara (ABMN),” ungkapnya.
Ia menambahkan, saat ini Asuransi Jasindo melakukan refocusing pada segmentasi korporasi sebagai core competence. Jasindo membagi menjadi dua segmentasi, yaitu korporasi BUMN dan Korporasi Non BUMN.
Syah Amondaris melanjutkan, di 2023 perusahaan tidak boleh lengah, tantangan terhadap industri asuransi pasti ada dan ditambah ancaman resesi. Sehingga pada tahun ini, kami merancang strategi-strategi yang dapat membantu perusahaan dalam mencapai target RKAP tahun 2023.
“Adapun strategi tersebut adalah strategi bisnis dan strategi enablers, yang kami rancang untuk menyesuaikan dengan core competence perusahaan, sumber daya yang ada, kebutuhan pasar, dan strategic issues yang akan dihadapi perusahaan ke depan,” katanya.
Advertisement
Mampu Bangkit
Dia mengakui, di tahun ini kepercayaan pasar akan perusahaan semakin meningkat. Dengan begitu bisnis akan tumbuh positif. Hal ini dikarenakan kembali positifnya RBC Asuransi Jasindo.
Menurutnya, kembali positifnya RBC Jasindo tak lepas dari peran banyak pihak seperti, pemegang saham (IFG dan Kementerian BUMN), regulator (OJK), pelanggan Jasindo, serta karyawan dan keluarga besar Jasindo.
Ada beberapa langkah yang dilakukan Antara lain, melakukan restrukturisasi asuransi kredit sebagai bagian dari langkah penyehatan keuangan perusahaan, melakukan divestasi penyertaan saham, dan revaluasi aset milik Jasindo.
IFG sebagai holding yang menaungi Jasindo pun telah mendukung rencana penyehatan keuangan Jasindo dengan memberikan pinjaman pemegang saham sebesar Rp 250 miliar.
“Kami pastikan, semua langkah tersebut telah kami laporkan dan dimonitoring oleh OJK,” tutupnya.
Pede Hadapi Ancaman Krisis Ekonomi
Sebelumnya, PT Asuransi Jasa Indonesia (Jasindo) bakal fokus dalam menjalankan bisnis inti perusahaan. Langkah ini dinilai ampuh dalam menghadapi tantangan potensi krisis ekonomi global.
Diketahui, Jasindo telah melalui tahun yang cukup berat dengan mengembalikan tingkat risk based capital (RBC) atau rasio kecukupan modal ke posisi positif. Jasindo pernah berada di tingkat RBC minus 84,85 persen ke positif 137,21 persen.
Direktur Bisnis Strategis Jasindo Syah Amondaris menegaskan kalau kembali positifnya rasio kecukupan modal ini merupakan langkah awal. Sehingga diharapkan bisa terus berkontribusi positif dalam proses transformasi perusahaan.
"Kita menyadari ini bukan akhir, tapi ini awal," kata dia dalam Media Briefing, Kamis (9/2/2023).
"Yang memang kami rasakan perbedaannya ketika kami memulai bisnis dengan ketentuan RBC berlaku tapi ada potensi krisis, kata orang krisis. Kita ketahu BI rate naik bulan lalu naik 0,25 persen dengan tingkat sukbung tinggi investasi bakal di rem, kalau tak ada investasi tak ada yang naruh ke asuransi," sambung dia.
Melihat tantangan ini, satu hal yang perlu dilakukan adalah langkah efisiensi perusahan. Utamanya kembali menjalankan bisnis inti yang jadi kekuatan Jasindo.
Diketahui, bisnis inti Jasindo yang juga bagian dari Indonesia Financial Group atau IFG ini adalah sektor korporasi. Dengan keahlian yang disebut adalah pada proyek-proyek asuransi di sektor properti hingga energi.
"Efisiensi itu jelas, masa ini harus efisiensi. Kami akan konsentrasi ke produk yang jadi unggulan kami. Jasindo bergerak di koporate, selama ini pun segmen korporate berkontribusi posiitf. Seperti asuransi properti, marine coal, marine cargo, energi baik itu offshore maupun onshore, mengenai asuransi pihak ketiga liabilitas," urai dia.
Advertisement