Sukses

Harga Minyak Dunia Jatuh Usai Dampak Gempa Turki Suriah Tak Parah Merusak Infrastruktur Minyak

Gempa bumi, yang telah menewaskan lebih dari 19.000 orang, pada awalnya menaikkan harga minyak dunia.

Liputan6.com, Jakarta Harga minyak dunia turun usai diketahui tak ada kerusakan serius yang disebabkan gempa bumi yang menghancurkan sebagian Turki dan Suriah terhadap infrastruktur minyak.

Harga minyak mentah dunia juga dipengaruhi persediaan minyak AS membengkak dan investor khawatir tentang kenaikan suku bunga Federal Reserve.

Melansir laman CNBC, Jumat (10/2/2023), harga minyak mentah Brent menetap di posisi USD 84,50 per barel, turun 59 sen, atau 0,7 persen.

Sedangkan harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS menetap di level USD 78,06 per barel, turun 41 sen, atau 0,5 persen. Kedua tolok ukur harga minyak tersebut telah naik lebih dari 5 persen sejauh minggu ini.

Gempa bumi, yang telah menewaskan lebih dari 19.000 orang, pada awalnya menaikkan harga minyak karena kemungkinan bencana tersebut akan merusak jaringan pipa dan infrastruktur lainnya secara serius dan menggusur minyak mentah dari pasar global untuk waktu yang lama.

“Kami tidak akan kehilangan pasokan selama yang kami kira,” kata John Kilduff, partner di Again Capital di New York.

BP Azerbaijan mengumumkan force majeure pada pengiriman minyak mentah Azeri dari pelabuhan Turki Ceyhan pada Selasa setelah gempa melanda di Senin pagi. "Minyak Azeri terus mengalir ke sana melalui pipa," kata BP Azerbaijan pada Kamis.

Laporan pekerjaan AS yang menguat ikut menimbulkan kekhawatiran bahwa Federal Reserve AS akan terus menaikkan suku bunga secara agresif untuk mendinginkan inflasi, menekan aset berisiko seperti harga minyak dan ekuitas.

2 dari 2 halaman

Stok Minyak

Adapun stok minyak mentah AS naik pada minggu lalu menjadi 455,1 juta barel, tertinggi sejak Juni 2021. Ini mengacu data Administrasi Informasi Energi, yang juga mendorong harga minyak lebih rendah.

Persediaan bensin dan sulingan disebutkan juga meningkat minggu lalu, selama bulan-bulan musim dingin yang terjadi di luar periode musimnya.

Prospek permintaan yang menguat dari China memberikan beberapa dukungan pada harga minyak, karena konsumen minyak terbesar kedua dunia itu mengakhiri kebijakan nol-COVID yang ketat selama lebih dari tiga tahun.

"Kami memperkirakan konsumsi minyak China meningkat sekitar 1,0 juta barel per hari tahun ini, dengan pertumbuhan yang kuat muncul paling cepat di akhir Q1," tulis Analis Bank ANZ dalam sebuah catatan.

“Secara keseluruhan, ini akan mendorong permintaan global hingga 2,1 juta barel per hari pada tahun 2023.”

Kontrak harga minyak pada bulan depan jenis Brent naik menjadi USD 3 per barel selama kontrak enam bulan.

Dolar AS yang lebih lemah, yang biasanya diperdagangkan terbalik dengan minyak, juga membantu membatasi penurunan harga minyak mentah. Indeks dolar turun 0,7 persen menjadi 102,74.