Sukses

BI Raih Penghargaan Pengelola Devisa Terbaik Asia Tenggara

BI meraih penghargaan lembaga pengelola devisa terbaik di wilayah Asia Tenggara dalam Asian Investor Institutional Excellence Award 2022.

Liputan6.com, Jakarta - Bank Indonesia (BI) baru saja meraih prestasi baru di kancah internasional. 

Bank Indonesia mengungkapkan bahwa pihaknya baru-baru ini meraih penghargaan sebagai lembaga pengelola devisa terbaik (Best Asset Owner) di wilayah Asia Tenggara dalam Asian Investor Institutional Excellence Award 2022.

BI menjelaskan, ajang penghargaan yang diselenggarakan oleh Asian Investor ini mengapresiasi pencapaian BI dalam mengembangkan aspek operasional, inovasi dalam pengelolaan aset, dan kemampuan beradaptasi terhadap perkembangan pasar keuangan dan ekonomi.

"Pencapaian tersebut tidak terlepas dari kebijakan Bank Indonesia termasuk pada transformasi cadangan devisa yang dilakukan secara konsisten, inovatif dan sinergis," demikian keterangan tertulis Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI, Erwin Haryono, dikutip dari laman resmi BI, Jumat (10/2/2023).

Sebagai informasi, Asian Investor merupakan bagian dari Haymarket Limited, sebuah grup penerbit terbesar di Inggris. 

Tahun 2022 menandai ke-9 kalinya Haymarket Limited enyelenggarakan Institutional Excellence Award.

Pemberian penghargaan merupakan bentuk apresiasi kinerja serta praktik pengelolaan devisa lembaga di Asia Pasifik yang terus mengalami kemajuan untuk berupaya menjadi pengelola devisa yang lebih baik, kata Erwin Haryono.

Mengutip laman resmi Asian Investor, penghargaan itu dirancang untuk mengapresiasi pemilik aset terkemuka di Asia Pasifik dalam hal kemampuan dan kemauan mereka untuk beradaptasi dengan perubahan kondisi industri dan pasar di kawasan tersebut.

"Kami menyadari bahwa susunan kelembagaan dan tujuan pemilik aset dapat sangat bervariasi di kawasan ini, bersama dengan seberapa canggih investasi mereka, ESG dan strategi lainnya serta bagaimana perkembangannya," tulis Asian Investor.

2 dari 4 halaman

Fundamental Ekonomi Kuat, BI Yakin Rupiah Tak Bakal Melemah di 2023

Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak menguat sejak awal tahun ini. Tercatat pada hari ini rupiah dibuka menguat 11 poin atau 0,07 persen ke posisi 14.975 per dolar AS.

Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengatakan, gerak nilai tukar rupiah sepanjang tahun cenderung mengalami penguatan seperti yang telah terjadi di awal tahun. Hal ini dasarkan pada perbaikan kondisi fundamental perekonomian Indonesia hingga akhir 2022.

"Kami meyakini nilai tukar rupiah akan menguat karena faktor fundamental, semuanya memberikan justifikasi bahwa nilai tukar akan menguat," kata Perry dalam acara Laporan Transparansi dan Akuntabilitas Bank Indonesia (LTABI) 2022 di Jakarta, Senin (30/1/2023).

Perry menyampaikan, kian membaiknya faktor fundamental tersebut tercermin dari peningkatan aliran modal asing yang masuk ke pasar keuangan Indonesia. Perry mencatat, aliran modal asing masuk sebesar USD 2,4 miliar ke pasar keuangan Indonesia.

Selain itu, tren laju inflasi di Tanah Air juga masih terkendali hingga memasuki akhir tahun 2022. Perry optimis, tingkat inflasi inti akan berada di bawah 4 persen pada semester I 2023, sementara inflasi umum akan berada di bawah 4 persen di semester II 2023.

"Inflasi dari 5,5 persen kami pastikan inflasi inti di semester satu (2023) di bawah 4 persen," tekan Perry.

Kinerja konsumsi rumah tangga diprakirakan akan tumbuh lebih tinggi cepat pasca terdampak pandemi Covid-19. Hal ini sejalan dengan meningkatnya mobilitas masyarakat pasca penghapusan kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kebijakan Masyarakat (PPKM).

Pada 2023, pertumbuhan ekonomi diprakirakan berlanjut, meskipun sedikit melambat ke titik tengah kisaran 4,5 sampai 5,3 persen, sejalan dengan menurunnya prospek pertumbuhan ekonomi global.

3 dari 4 halaman

Meski Melambat, BI Pede Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 2023 Tembus 5 Persen

Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo memperkirakan, pertumbuhan ekonomi Indonesia akan terjadi perlambatan pada 2023 ini.

Meskipun hingga akhir 2022 silam, perbaikan pertumbuhan ekonomi Indonesia terus berlanjut, didorong oleh permintaan domestik yang semakin menguat.

"Pertumbuhan ekonomi tahun 2022 diperkirakan bias ke atas dalam kisaran 4,5-5,3 persen. Didorong oleh kuatnya kinerja ekspor serta membaiknya konsumsi rumah tangga serta investasi non bangunan," kata Perry dalam sesi konferensi pers hasil Rapat Dewan Gubernur BI, Kamis (19/1/2023).

Perbaikan ekonomi diprediksi bakal tetap terjadi pada tahun ini. Meskipun secara angka relatif tidak berubah dibanding pertumbuhan di 2021.

"Pada 2023, pertumbuhan ekonomi diperkirakan terus berlanjut, meskipun sedikit melambat ke titik tengah kisaran 4,5-5,3 persen. Sejalan dengan menurunnya prospek ekonomi global," terang Perry.

4 dari 4 halaman

Konsumsi Rumah Tangga Diproyeksikan Tumbuh Lebih Tinggi

Untuk 2023, Gubernur BI Perry Warjiyo memproyeksikan konsumsi rumah tangga akan tumbuh lebih tinggi, sejalan dengan meningkatnya mobilitas masyarakat pasca penghapusan kebijakan PPKM.

"Investasi juga diperkirakan akan membaik, didorong oleh membaiknya prospek bisnis, meningkatnya aliran masuk penanaman modal asing (PMA), serta berlanjutnya penyelesaian program proyek strategis nasional (PSN)," imbuhnya.

Di sisi lain, ekspor diperkirakan tumbuh lebih rendah akibat melambatnya ekonomi global, meskipun akan termoderasi dengan permintaan dari China.

Berdasarkan lapangan usaha, Perry melanjutkan, prospek sektor industri pengolahan, perdagangan besar dan eceran, informasi dan komunikasi, serta konstruksi diperkirakan tumbuh cukup kuat, didorong kenaikan permintaan domestik.

"Sementara secara spasial, per wilayah, pertumbuhan ekonomi yang kuat diperkirakan terjadi di seluruh wilayah NKRI seiring dengan perbaikan permintaan domestik," tutur Perry.