Liputan6.com, Jakarta - Kenaikan harga beras dan minyak goreng semakin menjadi pada awal pekan ini. Harga kedua komoditas pangan ini terpantau terus melambung di atas harga eceran tertinggi (HET).
Mengutip Panel Harga Badan Pangan Nasional, Senin (13/2/2023), harga beras medium saja sudah menyentuh Rp 11.830 per kg, naik Rp 50 (0,42 persen) dari satu hari sebelumnya. Pun juga beras premium, yang alami lonjakan harga Rp 230 (1,72 persen) menjadi Rp 13.620 per kg.
Sementara melansir Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS), harga beras medium di tingkat nasional per hari ini turun jadi Rp 11.950 per kg, terpangkas Rp 600 atau 4,78 persen. Sedangkan harga beras kualitas super bahkan turun jauh hingga Rp 1.250 (9,03 persen) menjadi Rp 12.600 per kg.
Advertisement
Lonjakan harga juga terus terjadi untuk produk minyak goreng. Seperti diinformasikan Panel Harga Badan Pangan Nasional, minyak goreng curah dibanderol Rp 15.190 per liter, naik Rp 120 atau 0,8 persen. Untuk minyak goreng kemasan sederhana harganya Rp 18.440 per liter, naik Rp 420 atau 2,33 persen.
Harga minyak goreng dalam rilis PIHPS yang dikeluarkan Bank Indonesia pun tercatat kian tinggi. Harga minyak goreng kemasan bermerk 2 dipatok Rp 18.900 per kg, naik Rp 350 atau 1,89 persen. Sementara harga minyak goreng kemasan bermerk 1 dibanderol Rp 21.650 per kg, melonjak Rp 1.600 atau 7,98 persen.
Sebab Harga Beras Naik
Adapun menurut Peneliti Center for Indonesian Policy Studies (CIPS), Hasran, kecenderungan kenaikan harga beras saat ini disebabkan oleh pengaruh musiman, khususnya pola panen, dimana produksi turun di bawah kebutuhan konsumsi.
Hasran menilai, selama ini stok beras di gudang-gudang baik swasta maupun Bulog pasti habis. Momentum ini dimanfaatkan petani untuk menaikkan harga gabah dan beras di daerah.
Kemungkinan adanya praktik oligopolistik juga turut menyebabkan naiknya harga beras, di mana segelintir pedagang besar melakukan manipulasi harga saat stok beras nasional menipis. Mereka memiliki pengaruh keuangan serta kontrol atas stok dan distribusi beras di tingkat petani dan pabrik.
"Karena beras merupakan komoditas dengan permintaan yang inelastis, konsumen akan terus membeli berapapun harga jualnya. Hal ini yang kemudian mendorong pedagang besar untuk menaikkan harga," jelas Hasran.
Advertisement
Luhut Soal Harga Minyak Goreng
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan pun membongkar penyebab harga minyak goreng yang terus melambung. Itu ditulisnya dalam sebuah posting-an di Instagram beberapa waktu lalu.
Menko Luhut menilai, kenaikan harga minyak goreng di pasar terjadi lantaran adanya pergeseran konsumsi di masyarakat. Khususnya bagi masyarakat yang dulu banyak menggunakan minyak goreng premium, dan beralih ke produk Minyakita
"Perintah mencermati adanya pergeseran konsumsi minyak goreng masyarakat yang terbiasa membeli minyak goreng premium, beralih membeli MinyaKita yang merupakan senjata pemerintah untuk meredam kenaikan harga minyak goreng di dalam negeri agar sesuai HET yang ditetapkan yakni Rp14.000 per liter," tulis Menko Luhut lewat akun Instagram @luhut.pandjaitan.
Luhut juga menyoroti kenaikan harga minyak akibat pasokan domestic market obligation (DMO), atau kewajiban pemenuhan pasar domestik yang berkurang, terutama dari stok Minyakita.
"Di luar itu, melambungnya harga minyak goreng juga terjadi karena adanya masalah pada proses distribusi. Baik dari indikasi masih adanya stok yang menumpuk maupun pelanggaran terhadap penetapan harga HET di lapangan," tuturnya.