Liputan6.com, Jakarta - Sejumlah perusahaan ritel ternyata sulit untuk bertahan di tengah bernagai tekanan ini. Salah satunya adalah Transmart yang menutup 12 gerai pada 2022. Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) pun buka suara dengan fenomena toko ritel modern yang tutup.
Ketua Umum Apindo Hariyadi B. Sukamdani menjelaskan, sejumlah toko ritel yang tutup disebabkan oleh dua faktor. Pertama, perubahan perilaku konsumen ritel modern dengan lebih memilih belanja melalui e-commerce atau perniagaan elektronik.
Baca Juga
"Nomor satu memang perubahan perilaku konsumen. Sekarang apa-apa belinya online, barang kecil aja belinya online kan," ujar Hariyadi di kantor Apindo, Kuningan, Jakarta Selatan, Senin (13/4/2023).
Advertisement
Kedua, penurunan daya beli masyarakat imbas pandemi Covid-19. Hal ini mengakibatkan kemampuan belanja masyarakat menjadi berkurang.
"Terkait daya beli itu memang ada. Yang tadinya belanjanya rata-rata Rp 50 ribu sekarang Rp 30 ribu, itu ada pengaruhnya di situ," jelas Hariyadi.
Sebelumnya, Ketua Umum DPP Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo), Roy Nicholas Mandey, berkomentar soal hypermarket Transmart yang kedapatan menutup sejumlah gerainya akibat sepi pengunjung. Ia pun membantah isu bahwa gerai ritel milik konglomerat Chairul Tanjung itu tengah dilanda kebangkrutan.
"Transmart itu sebenarnya bukan kolaps, atau sebagian bilang bangkrut. Transmart itu dia sedang beranomali untuk menyesuaikan dengan situasi kondisi zamannya," kata Roy saat ditemui di Hypermart Puri Indah, Jakarta, Rabu (8/2/2023).
Menurut dia, pengusaha ritel itu tidak bisa tergesa-gesa dalam menyikapi perubahan zaman. Sebagai contoh, pihak manajemen tak bisa asal membongkar tata letak barang yang tersimpan di gerai supermarket.
"Transmart pada beberapa saat yang lalu bisnis modelnya ataupun pengaturan tenant mix-nya tidak berjalan cepat, tidak berjalan lancar. Sementara perilaku konsumen berjalan cepat," ujar Roy.
"Dengan kata lain, kemarin kan sudah lihat ketika owner-nya turun, berkunjung ke berbagai toko. Dia langsung dengan intuisi bisnisnya berubah, oh iya, saya mau dong ini dibedain tata letaknya, dibedain pencahayaannya, bedain lokasinya. Istilahnya turun gunung," bebernya.
Bukan Salah Strategi
Roy menyebut pihak Transmart bukan salah strategi, tapi belum cepat dalam menyesuaikan kondisi saja. Khususnya ketika perilaku konsumen banyak berubah seusai pandemi Covid-19.
"Jadi Transmart itu kalaupun ada yang kurang atau tutup dan lain sebagainya, itu bukan bangkrut, tapi mereka sedang menata atau merelokasi," ungkap dia.
Lebih lanjut, Roy menyatakan, gerai ritel mau tidak mau harus beradaptasi dengan tata kota yang kian berubah. Misalnya, area perumahan yang kini banyak disulap jadi pusat bisnis baru, sehingga preferensi masyarakat sekitar ikut bergeser.
"Misal di Kalimalang tuh, setelah jadi Jalan Tol Becakayu, orang udah enggak mau lewat bawah. Artinya apa, saya bangun toko mungkin orang lewat aja. Jadi pentingnya lokasi itu sangat signifikan. Oleh karenanya waktu dilihat kok sepi ya, kurang, ya mungkin perlu relokasi," tegasnya.
Selaras dengan pandangan tadi, Roy menilai pihak pengelola Transmart tengah menyiapkan strategi untuk melakukan relokasi dan membuka toko baru di tempat lain yang lebih potensial.
"Ya, akan ada relokasi yang dilakukan oleh Transmart, akan ada pembaharuan yang mengikuti behaviour konsumen, dan ada juga pengaturan-pengaturan baru," tandasnya.
Advertisement
Transmart Tutup 12 Gerai Sepanjang 2022
Sebelumnya, perusahaan ritel PT Trans Retail Indonesia atau disebut Transmart telah menutup 12 gerai sepanjang 2022. Penutupan gerai tersebut lantaran pandemi COVID-19 dan pola konsumsi belanja masyarakat yang berubah.
Vice President Corporate Communication Transmart Satria Hamid menuturkan, penutupan 12 gerai sepanjang 2022 itu sebagian besar di Jakarta dan Batam.
Sejumlah gerai Transmart yang tutup permanen antara lain Transmart di Mangga Dua Square Jakarta Utara, Transmart ITC Kuningan Jakarta Selatan, Transmart ITC Permata Hijau Jakarta Selatan, Transmart Mal Ambassador, Jakarta Selatan, Transmart ITC Cempaka Mas Jakarta Pusat, dan Transmart Kepri Mall, Batam. Adapun saat ini jumlah gerai Transmart mencapai 95 gerai.
"Kita tutup toko tersebut tidak up todate atau toko lama eks Carrefour. Carrefour transformasi ke Transmart. (Toko-red) yang sudah tidak bisa bersaing, cenderung old. Efisiensi sendiri, dan penutupan karena ingin lari kencang untuk bisa sembuh dan sehat,” ujar Satria saat dihubungi Liputan6.com, Rabu (8/2/2023).
Pandemi COVID-19 yang terjadi juga berimbas terhadap perseroan, ditambah pola konsumsi belanja masyarakat berubah melalui online. "Pandemi konsumen hilir mudik dibatasi. Belanja melalui rumah, tidak boleh bepergian kemana-kemana. Pola konsumsi berubah,” ujar dia.
Untuk nasib karyawan dari gerai yang ditutup, Satria menuturkan, ada yang dirumahkan dan ada disalurkan di toko lain milik perseroan dengan melihat kebutuhan. “Ada yang menolak disalurkan tetapi itu pilihan karyawan,” ujar dia.