Sukses

Sociopreneurs, 3 Hal Ini Harus Jadi Fokus Saat Cari Funding

Tentunya tak sedikit sociopreneur mengalami permasalahan bukan sebatas profit, tapi hal yang berkaitan dengan sasaran dalam organisasi.

Liputan6.com, Jakarta Sociopreneurs atau wirausaha sosial merupakan kegiatan yang memiliki perhatian penuh terhadap pengembangan masyarakat di lingkungannya. Artinya, menjadi seorang sociopreneurs kamu harus fokus pada misi sosial yang ingin dipecahkan, seperti masalah lingkungan hidup, kesehatan, disabilitas, kemiskinan, dan masih banyak lagi. 

Meski wirausaha yang dilakukan menekankan pada isu sosial, bukan berarti kamu sebagai seorang sociopreneurs mengabaikan profit atau sebaliknya. Tentunya tak sedikit sociopreneur mengalami permasalahan bukan sebatas profit, tapi hal yang berkaitan dengan sasaran dalam organisasi.

Contoh permasalahan yang kerap dialami sociopreneurs misalnya sudah memiliki program yang bagus dengan bujet tinggi, namun audiens atau mereka yang berminat mengikuti kegiatanmu hanya sedikit. 

Ada pula misalnya ketika sponsor atau investor minta dibuatkan program, namun tak sejalan dengan visi misi organisasi. Hal lain juga sering terjadi adalah wirausaha sosial yang dijalankan tak pernah mendapatkan profit, padahal program yang dibuat sudah sangat baik. 

Nah ternyata, masalah-masalah tersebut terjadi karena sociopreneurs hanya fokus pada salah satu faktor saja. Menurut Staf Khusus Presiden RI & Co-Founder Toleransi.id, Ayu Kartika Dewi yang juga salah satu mentor program Every U Does Good Heroes menjelaskan tiga hal yang harus dipertimbangkan.

 

2 dari 4 halaman

1. Our Organization

Ayu mengatakan, ketika mencari funding, kamu harus mempertimbangkan organisasinya. Itu karena ketika mendirikan sebuah organisasi, semua project yang dijalankan berasal dari keresahan hati yang berkaitan dengan masalah sosial. 

 

3 dari 4 halaman

2. Donors

Sociopreneurs juga harus menyadari bahwa donor atau fundraiser pasti punya kebutuhan yang harus dipenuhi sebagai funding. 

 

4 dari 4 halaman

3. Target Beneficiaries

Target beneficiaries adalah target orang yang ingin dibantu sebagai sasaran dalam organisasi. Sama halnya dengan donors, mereka yang berada di lingkaran ini juga mempertimbangkan kebutuhannya.

Menurut wanita yang mendirikan Gerakan Sabang Merauke pada 2012 ini, permasalahan yang kerap dialami para sociopreneurs sebenarnya ada jawabannya. Program yang dibuat tak sejalan dengan visi dan misi karena kamu hanya fokus pada program yang diinginkan penyumbang dana dan penerima sasaran saja. 

Untuk mencegah hal itu terjadi, tentunya kamu harus kembali menjelaskan visi dan misi organisasi sosial yang kamu dirikan. Ada baiknya kamu menanyakan kebutuhan atau keinginannya yang sejalan dengan purpose organisasi.

Lalu, jika kamu hanya mempertimbangkan target beneficiaries dan organisasimu saja, tanpa mempertimbangkan donor, tentunya tidak ada profit yang dapat dikumpulkan untuk menjalankan program selanjutnya. 

"Sebaliknya jika organisasi fokusnya hanya uangnya saja tapi lupa target beneficiaries-nya butuh apa, bisa-bisa nggak ada yang dateng (ke program yang dibuat)," kata Ayu dalam acara Every U Does Good Heroes Summit bertajuk Funding Options: Products, Services and Grants pada Minggu (29/1).

Lalu bagaimana caranya agar bisnis yang dijalankan seimbang? Ayu mengatakan, idealnya posisi sociopreneurs ada di tengah-tengah. Nah, untuk menjalankannya, kamu harus memahami tools yang menjadi konsep dalam project management, agar setiap ide atau inovasi terwujud sesuai target dan memberikan social impact.

Kepada 100 finalis dari Jabodetabek, pulau Jawa, Sumatera, Lombok, Bali, hingga Maluku yang mengikuti program Every U Does Good Heroes secara hybrid pada 28-29 Januari 2023, Ayu juga menjelaskan tools yang dapat menjadi panduan sociopreneurs, untuk menjalankan kegiatan organisasinya.

Menurut Ayu, sociopreneurs harus memahami aktivitas seperti apa yang harus dilakukan untuk mencapai goal yang diinginkan dengan cara sebagai berikut:

  • Context: (why) sociopreneurs harus mendeskripsikan mengenai situasi saat ini dan masa lalu
  • Objective: (what) membayangkan hal atau situasi ideal yang terjadi di masa depan
  • Principle: (how) bagaimana cara mencapai, batasan yang tak boleh dilanggar
  • Goals: target yang ingin dicapai
  • Outcomes: apa yang diharapkan akan terwujud dari sebuah goal
  • Output: sesuatu yang pasti terwujud dan dapat dikontrol serta dipastikan
  • Active: hal atau kegiatan apa saja yang harus dilakukan

"Jadi memang dalam mendanai sebuah project atau program, kita harus mencari titik tengah dari tiga pihak yang terlibat, yaitu pihak Donor, Target Beneficiaries, dan Organisasi. Sedari awal, harus memikirkan kebutuhan dari donor sebagai pemberi dana dan target beneficiaries sebagai penerima manfaat, namun pastikan tetap sejalan dengan misi dan visi organisasi," jelas Ayu. 

Pada akhirnya, lanjut Ayu, program yang dijalankan dapat bermanfaat untuk tiap pihak, dan sesuai prinsip serta tujuan yang ditetapkan. Dalam perjalanannya, pun pasti ada trial and error yang juga harus dilalui dengan kerendahan hati. 

"Jika menemukan hambatan-hambatan, sangat wajar untuk melakukan 'bongkar-pasang'. Butuh kerendahan hati untuk mengulangi prosesnya dari awal dan mengecek apa tujuan awal. Jangan capek dan patah hati ketika ternyata kita harus mengulang prosesnya," katanya. 

Untuk informasi, program Every U Does Good Heroes digelar sejak 2021 yang menjangkau ratusan generasi muda, dengan ide dan gerakan yang sejalan dengan tiga pilar kebaikan di strategi The Unilever Compass, yaitu:

(1) Membangun planet yang lebih lestari

(2) Meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan masyarakat, dan

(3) Berkontribusi pada masyarakat yang lebih adil dan inklusif

Head of Communication PT Unilever Indonesia Indonesia, Tbk, Kristy Nelwan mengatakan, melalui program Every U Does Good Heroes, Unilever mendukung semangat para milennial dan Gen-Z, untuk membuat perubahan dengan menyediakan ekosistem yang dapat membantu memperkuat dan merealisasikan ide mereka, serta membuka peluang untuk saling berkolaborasi. 

"Every U Does Good Heroes Summit memberikan pembekalan secara intensif kepada 100 finalis yang Desember lalu telah terpilih dari ratusan pendaftar. Ke-100 finalis yang terdiri dari 54 laki-laki dan 46 perempuan ini berasal dari Jabodetabek, pulau Jawa, Sumatera, Lombok, Bali, hingga Maluku. Dengan latar belakang yang begitu beragam, mereka telah mengikuti sesi ini dengan sangat antusias, membuktikan tekad yang begitu inklusif untuk memperjuangkan isu-isu lingkungan dan sosial," kata Kristy. 

 

(*)

 

Â