Liputan6.com, Jakarta - Penggunaan kendaraan listrik secara masif diyaakini mampu menekan konsumsi BBM secara berkelanjutan. Prediksi Indonesia Battery Corporation (IBC), penghematan BBM bisa mencapai 23 juta barel per tahun di 2035 mendatang.
Direktur Utama IBC Toto Nugroho mengungkapkan, angka itu didapatkan dari penghematan yang terjadi setelah menggabungkan masifnya penggunaan kendaraan listrik, baik motor maupun mobil. Asumsinya, dengan makin banyak penggunaan kendaraan listrik, kendaraan berbasis BBM akan semakin berkurang.
Baca Juga
"Jadi kalau (tabel) paling sebelah kanan, angka 10 juta (barel BBM per tahun untuk mobil) ditambahkan dengan angka 13 juta (barel BBM per tahun untuk motor) diatasnya pak, itu 23 (juta barel per tahun), jadi total untuk roda 4 dan roda 2 ini proyeksi kita dari segi konversi menjadi listrik inilah yang mengurangi penggunaan BBM pak, kurang lebih," kata dia dalam Rapat Dengar Pendapat Panja Transisi Energi ke Listrik, Komisi VI DPR RI, Rabu (15/2/2023).
Advertisement
Mengacu pada bahan paparannya, IBC membidik ada sebanyak 12 juta motor listrik yang digunakan di 2035 mendatang. Dengan angka itu, diprediksi butuh baterai listrik sebanyak 24 GWh per tahun di 2035.
Kemudian, tingkat efisiensi BBM dari atas penggunaan itu diprediksi bisa mencapai 13.774.686 atau 13,7 juta barel per tahun di 2035 mendatang.
Dari sisi implementasi mobil listrik, asumsi IBC membidik ada 1 juta mobil listrik di 2035 mendatang. Angka ini akan membutuhkan baterai sebanyak 70 GWh per tahun di 2035.
Dengan demikian, prediksinya akan berkontribusi pada efisiensi penggunaan BBM sebesar 10.884.501 atau 10,8 juta barel per tahun di 2035.
Jika digabungkan antara efisiensi motor listrik dan mobil listrik, maka angka efisiensi yang bisa dicatatkan berdasarkan asumsi IBC tadi mencapai sekitar 23 juta barel per tahun. Dengan asumsi kebutuhan baterai untuk kendaraan listrik mencapai 94 GWh per tahun di 2035 mendatang.
Â
Baterai Mobil Listrik Produksi 2024
Menteri Investasi/Kepala BKPM Bahlil Lahadalia mengatakan, pemerintah memproyeksikan pembangunan ekosistem baterai mobil listrik bisa rampung pada 2024.
Sehingga, Indonesia sudah mulai bisa memproduksi baterai mobil listrik per semester I 2024. Hal itu disepakati Presiden Joko Widodo (Jokowi) beserta sejumlah menteri terkait lain dalam rapat terbatas di Istana Negara, Jakarta, Jumat (13/1/2023).
"Kita sudah membuat beberapa forumlasi, bahwa pembangunan ekosistem baterai mobil listrik terus berjalan. Direncanakan, tahun 2024 produksi kita sudah mulai berjalan di semester pertama 2024," ujar Bahlil.
Â
Advertisement
Dibangun LG
Adapun ekosistem baterai mobil listrik itu akan dibangun oleh LG yang mulai membangun pabriknya di Karawang, Jawa Barat. Juga, ekosistem dari hulu ke hilir antara LG dan CATL, yang tahun ini sudah mulai konstruksi.
Guna menopang misi tersebut, Bahlil melanjutkan, pemerintah akan mulai lakukan pembatasan terhadap pembangunan smelter yang tidak berorientasi pada sektor green energy.
"Ini sebagai bentuk dari kepedulian pemerintah dalam melakukan penataan terhadap lembangunan produk yang berorirentasi pada green energy dan green industry," tegas Bahlil.
Â
Kerja Sama CATL dan IBC
Menyangkut ekosistem baterai kendaraan listrik yang berkolaborasi dengan pihak luar, ia meneruskan, bersama CATL akan dibangun sama seperti holding pertambangan BUMN, PT Indonesia Battery Corporation (IBC).
"Kemudian menyiapkan hulu untuk perkursor, katoda, baterai cell, sampai recycle. Jadi ini satu-satunya ekosistem pertama di dunia," ungkap dia.
Dalam hal ini, CATL sudah menanamkan investasi sekitar USD 6 miliar, sementara LG USD 9,8 miliar. Keduanya juga sudah menetapkan lokasi smelter untuk menopang kegiatan industrinya.
"Lokasinya smelter ada di Maluku Utara, karena tambangnya di sana. Kemudian untuk prekursor, katodanya sebagian di Batang. Itu untuk LG. Dan, CATL lagi tentukan lokasinya antara Batang dan Kaltara," tuturnya.
Advertisement