Liputan6.com, Jakarta Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk mempertahan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 5,75 persen. Suku bunga Deposit Facility juga tetap sebesar 5 persen dan suku bunga Lending Facility sebesar 25 bps menjadi 6,5 persen.
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo, mengungkapkan alasan BI mempertahankan suku bunga di angka tersebut, karena tekanan inflasi berlanjut turun dan lebih rendah dari perkiraan sebelumnya.
Baca Juga
Perry menjelaskan, dasar utama Bank Indonesia dalam menentukan untuk menaikkan atau mempertahankan suku bunga mengacu pada inflasi inti dan inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK), begitupun dalam memprediksi pertumbuhan ekonomi.
Advertisement
"Dasar inflasi inti yang menurun lebih cepat dari perkiraan dan bahkan lebih rendah yang kita perkirakan, dan inflasi inti di bawah 4 persen di semester I dan inflasi IHK juga dibawah 4 persen, maka kita memandang bahwa suku bunga BI rate memadai, suatu kenaikan tidak dibutuhkan lagi, itulah stand dari kebijakan moneter," jelas Perry dalam konferensi pers hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 15-16 Februari 2023, Kamis (16/2/2023).
Adapun Bank Indonesia mencatat, Inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) pada Januari 2023 tercatat rendah 0,34 persen (mtm) atau 5,28 persen (yoy), menurun dibandingkan dengan inflasi bulan sebelumnya sebesar 5,51 persen (yoy).
Penurunan inflasi didorong oleh inflasi inti dan administered prices yang menurun serta inflasi bahan pangan bergejolak (volatile food) yang terjaga.
Perkembangan ini sebagai dampak positif kebijakan moneter Bank Indonesia yang front loaded, pre-emptive, dan forward looking dalam mengendalikan inflasi dengan didukung pengendalian inflasi volatile food melalui GNPIP.
Â
Inflasi Inti
Ke depan, Bank Indonesia meyakini inflasi inti tetap berada dalam kisaran 3,0±1 persen pada semester I 2023 dan inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) kembali ke dalam sasaran 3,0±1 persen pada semester II 2023.
"Proyeksi kami menunjukkan bahwa inflasi inti itu akan bergerak di sekitar 3 persen, yang tertinggi kami perkirakan 3,6 persen, bulan lalu kami perkirakan inflasi inti bisa bergerak sampai 3,7 persen. Jadi, dengan realisasi Desember-Januari ini menunjukkan inflasi inti bergerak lebih rendah dari perkiraan paling tinggi di Semester I ini 3,6 persen dibandingkan 3,7 persen," jelasnya.
Disamping itu, Bank Indonesia juga memprediksi inflasi IHK akan kembali di bawah 4 persen mulai September. Perry menegaskan, bahwa inflasi IHK dipengaruhi base effect setelah kenaikan harga BBM tahun lalu.
"Begitu base effect itu hilang maka inflasi IHK akan dibawah 4 persen, kami perkirakan paling tinggi 3,5 persen di semester II nanti," pungkasnya.
Advertisement
Bank Indonesia Tahan Suku Bunga Acuan 5,75 Persen
Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk mempertahan suku bunga acuan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 5,75 persen. Sementara itu suku bunga Deposit Facility juga tetap sebesar 5 persen dan suku bunga Lending Facility sebesar 25 bps menjadi 6,5 persen.
"Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia pada 15-16 Februari 2023 untuk mempertahankan BI 7-Day Reverse Repo Rate sebesar 5,75 persen," kata Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo, dalam konferensi pers hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 15-16 Februari 2023, Kamis (16/2/2023).
Perry menegaskan, keputusan tersebut tetap konsisten dengan kebijakan moneter yang pre-emptive, dan forward looking untuk memastikan terus berlanjutnya penurunan ekspektasi inflasi dan inflasi ke depan.
Bank Indonesia meyakini kenaikan BI7DRR sebesar 5,75 persen ini memadai untuk memastikan inflasi inti tetap berada dalam kisaran 3,0±1 persen pada semester I 2023 dan inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) kembali ke dalam sasaran 3,0±1 persen pada semester II 2023.
Selain itu, kebijakan stabilisasi nilai tukar Rupiah untuk mengendalikan inflasi barang impor (imported inflation) diperkuat dengan operasi moneter valas, termasuk implementasi instrumen berupa term deposit (TD) valas dari Devisa Hasil Ekspor (DHE) sesuai mekanisme pasar.
Sehubungan dengan itu, Bank Indonesia terus memperkuat respons bauran kebijakan untuk menjaga stabilitas dan mendorong pertumbuhan sebagai berikut. Pertama, memperkuat operasi moneter untuk meningkatkan efektivitas transmisi kebijakan moneter.