Sukses

Aman, Inflasi Indonesia Lebih Jinak Dibanding Negara Eropa dan Argentina

Inflasi Indonesia pada 2022 lebih rendah dibandingkan negara lain, yakni tercatat secara tahunan sebesar 5,51 persen dibandingkan dengan konsensus forecast sebesar 6,5 persen pasca penyesuaian harga BBM di September 2022.

Liputan6.com, Jakarta Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mencatat inflasi Indonesia pada 2022 lebih rendah dibandingkan negara lain, yakni tercatat secara tahunan sebesar 5,51 persen dibandingkan dengan konsensus forecast sebesar 6,5 persen pasca penyesuaian harga BBM di September 2022.

"Realisasi inflasi Indonesia juga relatif lebih baik dibandingkan negara lain," kata Menko dalam Konferensi Pers High Level Meeting Tim Pengendali Inflasi Pusat (TPIP), Senin (20/2/2023).

Airlangga menyebut, beberapa negara di Eropa inflasinya sudah di atas 9 persen, di Amerika sekitar 8 persen. Bahkan di beberapa negara lainnya justru inflasi jauh lebih ekstrim, seperti di Argentina inflasinya di atas 50 persen.

Menurut Menko, capaian inflasi yang rendah tersebut tidak terlepas dari upaya-upaya yang dilakukan Pemerintah, baik pusat, daerah, Bank Indonesia, maupun beberapa mitra strategis TPIP maupun TPID, Kementerian dalam negeri, Kementerian Keuangan, dan kementerian terkait.

Adapun pemerintah optimis mampu memenuhi target inflasi 3 plus minus 1 pada tahun 2023. Untuk mencapai target tersebut, Pemerintah telah menyiapkan berbagai macam program inflasi pengendalian inflasi 2023.

Diantaranya, memperkuat kebijakan, dan menjaga stabilitas makro ekonomi, mendorong pertumbuhan ekonomi nasional, penguatan ketahanan pangan melalui implementasi lumbung pangan dengan kerjasama antar daerah, memperkuat data ketersediaan pangan untuk mendukung pengendalian inflasi dan memperkuat komunikasi dan juga untuk mendukung ekspektasi inflasi dari masyarakat.

 

2 dari 4 halaman

Rakornas Pengendalian inflasi 2023

Dalam rangka komitmen itu, semua pihak TPIP akan melaksanakan rakornas Pengendalian inflasi 2023 bulan Agustus dengan tema memperkuat sinergi inovasi untuk stabilitas harga pangan menuju ketahanan pangan nasional yang berkelanjutan.

Selain itu, gerakan nasional pengendalian inflasi pusat juga didukung oleh Bank Indonesia, melalui program kegiatan pasar murah, kerjasama antar daerah, subsidi ongkos angkut, gerakan tanam cabai, replikasi model bisnis, alsintan, digitalisasi dan mempererat koordinasi.

“Ke depan, pemerintah dan Bank Indonesia baik di pusat dan daerah akan mendorong sinergi agar IHK inti inflasi tetap terjaga dalam sasarannya,” pungkasnya.

3 dari 4 halaman

Jaga Inflasi Tak Meroket, Pemerintah Siapkan Rp 104,2 T dari APBN

Guna mengantisipasi lonjakan inflasi, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto menyebut Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) telah menyediakan dana Rp104,2 triliun untuk menjaga ketahanan pangan nasional tahun ini.

Dana tersebut pun tersebar dalam anggaran di kementerian/lembaga dan berbagai instansi yang mendapatkan jatah APBN dari negara. 

“Anggaran ketahanan pangan ada Rp104,2 triliun yang ada di kementerian/lembaga dan non kementerian/lembaga,” kata Airlangga di kantor Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Jakarta Pusat, Senin (20/2). 

Airlangga mengatakan dana tersebut akan digunakan pemerintah untuk menjaga stabilitas harga pangan dan perekonomian nasional yang masih dalam masa pemulihan. Apalagi dalam waktu dekat, akan ada momentum bulan puasa dan hari lebaran yang berdasarkan historisnya mengalami kenaikan inflasi. 

“Ini momentum pemulihan ekonomi nasional dan inflasi yang terjaga diharapkan menjadi pondasi ekonomi di tahun 2023,” kata dia. 

Untuk itu, pemerintah akan membuat berbagai macam program inflasi pengendalian inflasi 2023. Salah satunya dengan gerakan nasional pengendalian inflasi pusat yang didukung oleh Bank Indonesia. 

Mulai dari kegiatan pasar murah, kerja sama antar daerah, subsidi ongkos angkut, gerakan tanam cabai, replikasi model bisnis, alsintan, digitalisasi dan mempererat koordinasi. 

“Ke depan, pemerintah dan Bank Indonesia baik di pusat dan daerah akan mendorong sinergi agar IHK inti inflasi tetap terjaga dalam sasarannya,” pungkasnya.

4 dari 4 halaman

Inflasi AS Tembus 6,4 Persen di Januari 2023

Amerika Serikat mencatat inflasi yang lebih tinggi dari perkiraan memasuki awal tahun 2023. Tingkat inflasi kali ini didorong oleh kenaikan harga rumah, gas, serta BBM. 

Melansir CNBC International, Rabu (15/2/2023) Departemen Tenaga Kerja AS mengungkapkan bahwa indeks harga konsumen, yang mengukur harga barang dan jasa umum, naik 0,5 persen menjadi 6,4 persen pada Januari 2023.

Ekonom yang disurvei oleh Dow Jones awalnya memperkirakan inflasi AS bakal naik 0,4 persen menjadi 6,2 persen.

Tidak termasuk harga pangan dan energi, CPI inti AS juga meningkat 0,4 persen setiap bulan dan 5,6 persen dari tahun lalu, dibandingkan perkiraan masing-masing sebesar 0,3 persen dan 5,5 persen.

"Inflasi mereda tetapi jalan menuju inflasi yang lebih rendah sepertinya tidak akan mulus," kata Jeffrey Roach, kepala ekonom di LPL Financial.

"The Fed tidak akan membuat keputusan hanya berdasarkan satu laporan tetapi jelas risikonya meningkat bahwa inflasi tidak akan cukup cepat dingin sesuai keinginan The Fedd," tambahnya. 

Meningkatnya biaya tempat tinggal menyumbang sekitar setengah dari kenaikan inflasi, ungkap Biro Statistik Tenaga Kerja AS dalam laporannya.

Energi juga menjadi pendorong inflasi yang signifikan, masing-masing naik 2 persen dan 8,7 persen, sementara biaya pangan naik masing-masing 0,5 persen dan 10,1 persen.

Dalam beberapa hari terakhir, Ketua The Fed Jerome Powell telah membahas tentang kekuatan "disinflasi", tetapi angka inflasi di bulan Januari menunjukkan bank sentral mungkin masih akan mengeluarkan upayanya hingga mencapai target 2 persen.

Tetapi AS masih mendapat beberapa kabar baik di tengah tingginya inflasi. Biaya perawatan medis di negara itu turun 0,7 persen, tarif penerbangan turun 2,1 persendan harga kendaraan bekas turun 1,9 persen, menurut harga yang disesuaikan secara musiman.