Liputan6.com, Jakarta Ancaman resesi global bakal berdampak ke setiap sektor, termasuk sektor perikanan dan hasil turunannya. Maka, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menyusun sejumlah strategi untuk mengantisipasi dampaknya meluas.
Diantaranya adalah membidik penguatan pasar dalam negeri, pemilihan pasar ekspor non kovensional, hingga suplai pangan hasil perikanan dan kelautan untuk jemaah haji asal Indonesia. Pada poin terakhir, jumlahnya tak tanggung-tanggung, mencapai 500 ton untuk konsumsi jemaah haji.
Direktur Pemasaran Ditjen Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan (PDSPKP) KKP, Erwin Dwiyana mengatakan ertumbuhan ekonomi dunia pada tahun 2023 diproyeksikan mengalami penurunan hampir di seluruh negara. Inflasi tinggi juga terjadi di negara-negara tujuan ekspor perikanan Indonesia yakni Amerika Serikat dan negara-negara Uni Eropa.
Advertisement
"Dari seluruh komoditas perikanan dunia, Indonesia hampir memiliki semua spesies. Jadi ini menggambarkan bagaimana kita punya comparative advantage. Kemudian ketika ada masalah di pasar tujuan utama, yang bisa kita lakukan adalah bagaimana membuka pasar baru seperti Australia yang cenderung meningkat (permintaannya),"Â papar Erwin mengutip keterangan resmi, Selasa (21/2/2023).
"Ada juga Korea Selatan, dan Arab Saudi dengan captive market jamaah haji. Mudah-mudahan April kita bisa ekspor untuk memenuhi katering haji jamaah Indonesia," lanjut dia.
Penyerapan Produk Perikanan
Mengacu pada data BPS, penyerapan produk perikanan di pasar domestik menunjukkan peningkatan dalam dua tahun terakhir. Tahun 2022 sebanyak 12,66 juta ton dan tahun 2022 tumbuh menjadi 13,11 juta ton.
Komoditas utama yang paling diincar masyarakat adalah tilapia, lele dan bandeng untuk perikanan budidaya, serta tongkol-tuna-cakalang, kembung, dan teri untuk produk perikanan tangkap.
"Kalau kita melihat peluang, ketika resesi mungkin terjadi di beberapa negara utama, maka kita harus melirik pasar dalam negeri. penyerapan produk perikanan dalam negeri terus meningkat, dan resesi (kemungkinan) tidak terjadilah di Indonesia," ungkap Erwin.
Â
Peluang
Sementara itu, Direktur Pengembangan dan Pengendalian Usaha ID Food Dirgayuza menilai ancaman resesi global membuka peluang pengembangan sektor perikanan dalam negeri. Permintaan yang tinggi produk perikanan dalam dua tahun terakhir harus mampu dimanfaatkan pelaku usaha.
Maka, ID Food melalui anak usahanya, seperti Perindo melakukan inovasi-inovasi dalam memasarkan produk perikanan ke tengah konsumen. Dengan mengedepankan teknologi, pihaknya memudahkan masyarakat membeli produk perikanan dan menjamin produk yang dijual berkualitas tinggi.
"Ada beberapa tantangan yang dihadapi di tahun ini, resesi salah satunya. Ada juga tantangan regulasi atau perubahan regulasi, dorongan regulasi ke hilirisasi produk ekspor, perubahan iklim, pandemi untuk komoditas khususnya perikanan budidaya seperti udang. Kemudian tantangan pembiayaan dan adanya perang. Enam ini adalah perfect storm bagi pelaku usaha. Tapi dalam menghadapi tantangan tentu ada peluang," bebernya.
Â
Advertisement
Pembiayaan
Di sisi lain, isu pembiayaan atau permodalan menjadi bagian penting dalam menjalankan usaha khususnya bagi pelaku usaha skala mikro kecil dan menengah (UMKM). Pada aspek ini, peran perbankan menjadi salah satu yang bisa menopang.
Asistance Vice President Goverment Program, Division of Small Business and Program BNI Chandra Bagus Sulistyo menjelaskan, pihaknya menyiapkan tiga strategi untuk menjaga geliat ekonomi nasional di tengah ancaman resesi melalui ekstensi UMKM. Mulai dari membangun ekosistem, klasterisasi KUR, serta digitalisasi.
"Kontribusi di semua sektor usaha didominasi oleh UMKM menjadi mesin penggerak dan sebagian besar PDB disumbang UMKM salah satunya di sektor perikanan. Produktivitas perikanan cukup bagus, hanya di bawah China. Nilai ekspor kita tinggi di perikanan, negara tujuan beragam dan berbagai macam produk kita ekspor, ini potensi yang harus terus kita kembangkan, meski saat ini kita mendapat ancaman resesi," urainya.
Senada, Chief Sustainability Officer Aruna, Utari Octavianty mengakui pentingnya melakukan optimalisasi pasar perikanan dalam negeri di tengah ancaman resisi saat ini. Hal ini untuk menghindari kerugiaan akibat penerimaan dan pembayaran yang lebih lama dari negara tujuan ekspor.
Pelemahan ekonomi membuat banyak negara mengerem ekspor dan mementingkan pasokan ke dalam negeri. Dia menilai kalau langkah ini bisa berdampak ke daya jual dari pasar-pasar ekspor konvensional Indonesia.
"Ini tentu kan menjadi hal yang beresiko dan berbahaya sehingga perusahaan Indonesia harus lebih selektif dalam memilih mencari pembeli. Itulah kenapa perlu menciptakan demand atau kebutunan konsumsi ikan di negara sendiri itu menjadi hal yang menarik," pungkasnya.