Liputan6.com, Jakarta - Peluang ekonomi dari sektor maritim di Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia, dan Filipina disebut cukup besar. Namun, untuk memanfaatkannya diperlukan dorongan investasi, termasuk untuk infrastrukturnya.
Hal ini jadi tantangan dalam pengembangan ekonomi maritim di 4 negara tersebut. Ada beberapa aspek infrastrukrur yang jadi tantangannya, seperti bidang transportasi, komunikasi, listrik hingga peraturan diantara negara-negara tersebut.
Baca Juga
“Untuk menghadapi tantangan di industri saat ini, dibutuhkan peningkatan investasi di bidang infrastruktur, khususnya di bidang transportasi, komunikasi, dan pembangkit listrik untuk mendukung pembangunan daerah," kata Kepala Badan Logistik dan Rantai Pasok Kadin Indonesia Akbar Djohan dalam Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia, Philippines, East ASEAN Growth Area (BIMP-EAGA) Maritime 2023, Rabu (22/2/2023).
Advertisement
"Kemudian, kerja sama dan koordinasi antar negara anggota BIMP-EAGA sangatlah penting, khususnya di bidang kebijakan dan regulasi, sehingga dapat menciptakan lingkungan yang lebih ramah bisnis. Terakhir, setiap negara anggota wajib untuk memberikan dukungan bagi pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM),” sambungnya.
Sementara itu, Wakil Ketua Umum Bidang Transportasi, Denon Prawiraatmadja, mengatakan pelaku usaha dituntut lebih peka dalam melihat perkembangan dunia. Utamanya bagi pengusaha di sektor logistik dan pelayaranan perlu sigap menghadapi situasi sulit ini yang banyak ketidakpastian.
“Kedepannya, sektor logistik dan pelayaran, terutama di Indonesia akan kian strategis, terutama karena ekonomi maritim kita didorong untuk lebih berkontribusi pada pembangunan dan ekonomi di Indonesia. Ekonomi maritim Indonesia juga ditargetkan untuk bisa memberikan kontribusi hingga 12,5 persen terhadap PDB nasional pada tahun 2045,” ujar Denon.
Denon menambahkan sektor pelayaran nasional akan menjadi tulang punggung dari kegiatan logistik nasional. Alasannya, karena adanya pembangunan yang merata di Indonesia. Sehingga, secara tidak langsung hal ini akan berdampak pada efisiensi biaya logistik di masa mendatang.
Perkuat Konektivitas
Diberitakan sebelumnya, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi menaruh perhatian besar dalam mengembangkan konektivitas di sektor maritim. Salah satunya mendorong kolaborasi antara negara dalam mengembangkan potensi pelabuhan yang dimiliki.
Dia meminta adanya kolaborasi antara negara seperti Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia, Filipina. Ini disampaikan dalam forum BIMP-EAGA Maritime 2023 yang digelar PT Pelabuhan Indonesia (Persero) dan didukung Kadin Indonesia.
"Empat negara ini harus berkolaborasi untuk meng-improve pelabuhan-pelabuhannya menjadi satu kekuatan tertentu, yang akhirnya bisa membuat suatu kekuatan logistik dunia," ungkapnya di JW Marriott, Jakarta, Rabu (22/3/2023).
Advertisement
Peluang
Menhub Budi melihat peluang, seperti posisi Indonesia yang berada di tengah-tengah jalur logistik Eropa dan China. Untuk itu, dia berharap keempat negara yang terlibat di forum ini bisa menghasilkan program konkret.
"Kalau selama ini kita ngomong dan cita-citanya berkolaborasi, maka hari ini digelar pameran, saya minta Pelindo secara khusus mengeksekusi apa yang bisa dieksekusi," pesannya.
Dia juga meminta Pelindo untuk menentukan pelabuhan-pelabuhan mana yang bisa ditunjuk menjadi hub logistik. Mengingat ada banyak pelabuhan di Indonesia.
Kemudian, dari hub itu bisa meningkatkan jangkauan dengan negara-negara lainnya di mancanegara. Dengan demikian, Menhub Budi mengatakan kalau pelabuhan Indonesia bisa menyetarakan posisinya dengan pelabuhan lainnya di dunia.
Manfaat
Lebih lanjut, manfaat lainnya dengan adanya hub, Indonesia bisa memberikan manfaat dan keuntungan lebih banyak. Utamanya berkaitan dengan jalur dan arus logistik global yang ada.
"Agar Indonesia itu bukan hanya sebagai feeder, tapi juga sebagai hub. Saya pikir bagaimana kita bisa menjalin kolaborasi dengan port-port internasional seperti yang ada di Spanyol, China, itu bagus," urainya.
"Karena barang-barang itu kalau sudah dikumpulkan di satu tempat, misalnya di Eropa dan di China, dia akan menjadi satu resiprokal dengan pelabuhan yang dimiliki Pelindo," pungkas Menhub Budi.
Advertisement