Sukses

Harga Emas Anjlok karena The Fed Ngotot Naikkan Suku Bunga

Harga emas turun ke level terendah dalam delapan minggu pada perdagangan Jumat.

Liputan6.com, Jakarta - Harga emas turun ke level terendah dalam delapan minggu pada perdagangan Jumat. Pelemahan harga emas hari ini didorong oleh dolar AS yang lebih kuat dan kenaikan imbal hasil obligasi.

Pelaku pasar saat ini tengah bersiap untuk kenaikan suku bunga lebih lanjut oleh Federal Reserve AS (the Fed) dalam beberapa bulan mendatang. Sebelumnya, Goldman Sachs dan Bank of America mengatakan mereka memperkirakan Federal Reserve akan kembali menaikkan suku bunga hingga tiga kali lagi tahun ini. 

Selain itu, inflasi AS masih naik dan belanja konsumen meningkat tajam sebesar 1,8 persen pada Januari 2023. Angka ini lebih tinggi jika dibandingkan dengan perkiraan Reuters yang sebesar 1,3 persen. Hal ini semakin memperkuat ekspektasi bahwa Fed akan tetap hawkish.

Mengutip CNBC, Sabtu (25/2/2023), harga emas di pasar spot terakhir turun 0,62 persen ke level USD 1.811,30 per ons. Sedangkan harga emas berjangka AS merosot 0,48 persen menjadi USD 1.818,10 per ons.

Analis pasar senior di OANDA Edward Moya menjelaskan, kenaikan imbal hasil obligasi dan penguatan dolar AS menjadi semacam kryptonite bagi emas. Kekuatan emas langsung hilang saat kedua hal tersebut mendekat.

Indeks dolar AS bertahan di dekat puncak tertinggi dalam dua bulan, sementara imbal hasil obligasi AS berjangka waktu 10 tahun juga menuju kenaikan mingguan kelima.

"Aktivitas manufaktur diperkirakan akan meningkat. Anda mungkin akan mendapatkan bukti lebih lanjut bahwa ekonomi tidak melemah, yang seharusnya memicu lebih banyak kekhawatiran inflasi," jelas Moya.

Menyusul serangkaian data ekonomi yang kuat, investor telah mengembalikan ekspektasi penurunan suku bunga yang dalam tahun ini dan memperkirakan suku bunga AS akan mencapai puncaknya pada bulan Juli di 5,35 persen dan tetap di atas 5 persen hingga akhir tahun.

Kenaikan suku bunga menumpulkan daya tarik emas karena meningkatkan biaya peluang untuk memegang aset yang tidak memberikan imbal hasil.

2 dari 3 halaman

Amerika Resesi Diramal Bakal Bikin Harga Emas Tembus USD 2.000 Per Ons

Peluang harga emas untuk mencapai USD 2.000 per ons tahun ini akan menguat jika ekonomi Amerika Serikat jatuh ke dalam resesi, sebuah skenario yang tampaknya mungkin terjadi karena langkah Federal Reserve. 

Hal itu diungkapkan dalam prospek Bloomberg Intelligence untuk Maret 2023.

"Resesi AS adalah katalisator teratas yang dapat mendorong harga logam di atas USD 2.000 per ons," kata ahli strategi makro senior Bloomberg Intelligence, Mike McGlone, dikutip dari laman Kitco, Jumat (24/2/2023).

Dalam prospek terbarunya untuk bulan Maret, Bloomberg Intelligence juga memperingatkan bahwa tembaga dan industri logam lainnya akan mengungguli emas tahun ini jika AS berhasil menghindari resesi.

Tapi skenario ini belum memungkinkan karena The Fed masih agresif dalam menaikkan suku bunga untuk meredam inflasi AS.

"Potensi terbesar untuk kontraksi ekonomi dari kurva imbal hasil dalam waktu sekitar 30 tahun dan pengetatan Federal Reserve dapat memandu sebagian besar logam lebih rendah dan emas lebih tinggi pada 2023," ungkap McGlone.

Menurutnya, emas berada di pasar bullish yang bertahan lama meskipun harga jatuh pada bulan Februari.

 

3 dari 3 halaman

Turun 5 Persen

Emas spot turun lebih dari 5 persen dalam 30 hari terakhir. Namun penurunan terjadi setelah logam mulia tersebut melihat awal terbaiknya tahun ini dalam lebih dari satu dekade. 

Indikator ekonomi yang sangat kuat di awal tahun tidak cukup meyakinkan bagi beberapa analis untuk segera mengesampingkan resesi.

Salah satu kekhawatiran ini yaitu tingginya suku bunga bakal bertahan dalam jangka waktu yang lama, dan The Fed kembali ke kenaikan 50 basis poin.