Sukses

Indonesia Tak akan Masuk Jurang Resesi, Ini Buktinya

Adanya sejumlah ancaman resesi dan krisis ekonomi global yang juga berdampak ke Indonesia. Mengaca pada perolehan Himbara, nampaknya resesi bisa ditangkal di Indonesia.

Liputan6.com, Jakarta Perolehan keuntungan dari bank BUMN atau Himpunan Bank Negara (Himbara) tercatat mengalami kenaikan yang cukup signifikan di 2022. Perolehan positif ini disebut-sebut jadi sinyal kalau ekonomi Indonesia sedang dalam posisi yang baik.

Mengingat, adanya sejumlah ancaman resesi dan krisis ekonomi global yang juga berdampak ke Indonesia. Mengaca pada perolehan Himbara, nampaknya resesi bisa ditangkal di Indonesia.

Ekonom dan Associate Faculty Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Ryan Kiryanto mengungkapkan hal demikian. Menurutnya, kinerja perbankan menjadi satu indikator kondisi ekonomi nasional.

"Luar biasa itu memberikan sinyal kuat ke kita bahwa Indonesia tak alami krisis ekonomi atau tak alami resesi ekonomi. Kalau mengalami krisis dan resesi, tidak mungkin tumbuhnya cemerlang," ujar dia dalam FGD bertajuk Penerapan Prinsip Prudential Banking dalam Penyaluran Kredit Bank BUMN, Senin (27/2/2023).

Laba Bank

Mengacu pada daftar 5 bank dengan laba terbesar yang ditampilkannya, BRI mencatatkan laba konsolidasi 2022 sebesar Rp 51,17 triliun, atau menungkatk 64,71 persen secara tahunan (yoy). Diikuti Bank Mandiri dengan laba konsolidasi 2022 sebesar Rp 41,17 triliun atau meningkat 46,89 persens secara tahunan.

Di posisi keempat, ada BNI dengan perolehan laba konsolidasi 2022 Rp 18,31 triliun atau meningkat 68,02 persen. Dua bank lainnya merupakan BCA yang mencatatkan laba konsolidasi 2022 Rp 40,75 persen atau meningkat 29,62 persen. Serta posisi kelima ada CIMB Niaga.

Jika mengacu pada data itu saja, peningkatan laba terjadi sangat signifikan, berkisar dari 41 persen hingga 68 persen. Khusus untuk BRI, dengan perolehan laba konsolidasi Rp 51,17 triliun, menjadikan BRI memecahkan rekor perolehan laba tertinggi dalam sejarah perbankan Indonesia.

Ryan menegaskan perolehan ini tak akan tercapai jika kondisi ekonomi Indonesia tidak sedang baik-baik saja. Maka, kinerja bank menjadi satu indikator baiknya ekonomi nasional

"Itu gak terjadi kalau kondisi ekonomi kita itu jelek. Kalau ekonomi suatu negara bagus, tumbuh positif, itu akan tercermin dari kinerja perusahaan-perusahaannya," ungkapnya.

 

2 dari 3 halaman

Laba BUMN

Diberitakan sebelumnya, Menteri BUMN Erick Thohir menyampaikan pencapaian cemerlang yang diperoleh perusahaan-perusahan BUMN di 2022. Dalam laporan unaudited, laba konsolidasi perusahaan pelat merah naik dua kali lipat lebih menjadi Rp 303,7 triliun pada 2022 lalu.

"Laba bersih kembali meningkat sangat signifikan, yaitu ada peningkatan dari Rp 125 triliun (di 2021), kalau diaudit kurang lebihnya mencapai Rp 303,7 triliun. Ada peningkatan signifikan (laba BUMN) Rp 179 triliun," papar Erick Thohir dalam rapat kerja bersama Komisi VI DPR RI, Senin (13/2/2023).

"Tapi laporan keuangan yang kami berikan ini masih unaudited. Jadi mohon tidak langsung diklaim," dia menambahkan.

 

3 dari 3 halaman

Himbara Penyumbang Tertinggi

Dari total 12 klaster yang ada, BUMN dari sektor industri jasa keuangan jadi penyumbang laba tertinggi, mencapai lebih dari Rp 100 triliun yang berasal dari bank-bank Himbara.

"Alhamdulillah dari 12 klaster yang kita miliki, jasa keuangan memang yang paling tinggi kontribusinya. Ada BRI hampir di atas Rp 50 triliun, BTN di atas Rp 3 triliun, BNI di atas Rp 18 triliun, Bank Mandiri di atas Rp 44 triliun," papar Erick.

Erick Thohir melanjutkan, kinerja cemerlang BUMN pada 2022 juga diraih lewat peningkatan aset dari Rp 8.978 triliun menjadi Rp 9.867 triliun.

Kemudian, ekuitas dari Rp 2.778 triliun pada 2021 menjadi Rp 3.150 triliun pada 2022. Lalu pendapatan naik dari Rp 2.292 triliun jadi Rp 2.613 triliun.

Menurut dia, kinerja mentereng pada tahun lalu tidak lepas dari program transformasi BUMN yang sudah mencapai 75 persen. Hal itu disebutnya turut jadi tantangan agar perusahaan-perusahaan BUMN bisa mendongkrak kinerjanya di 2023 ini.

"Apakah di 2023 in bisa meningkat setinggi ini lagi. Ini kan tahun politik, nanti dipikir sudah tidak serius kerja. Padahal konsolidasinya sudah 70 persen," tutur Erick Thohir.