Sukses

Dunia Terancam Resesi, Pengamat: Ekonomi Sudah Lebih Baik Dibanding Sebelum Pandemi

Pernyataan terkait dunia yang dalam kondisi krisis ekonomi, pangan dan energi di 2023 serta dibayangi resesi dinilai tidak tepat. Pasalnya, saat ini kondisi ekonomi saat ini dianggap sudah lebih baik bahkan dibandingkan sebelum pandemi Covid-19.

Liputan6.com, Jakarta Pernyataan terkait dunia yang dalam kondisi krisis ekonomi, pangan dan energi di 2023 serta dibayangi resesi dinilai tidak tepat. Pasalnya, saat ini kondisi ekonomi saat ini dianggap sudah lebih baik bahkan dibandingkan sebelum pandemi Covid-19.

Pengamat Kebijakan Publik Bambang Haryo Soekartono mengatakan pernyataan ini berpotensi menjadi pemicu memanasnya hubungan diplomasi Indonesia dengan negara lain yang seolah-olah terjadi keterpurukan dan bahkan ada yang mengatakan kebangkrutan negara-negara tersebut.

"Kondisi ekonomi di tahun 2022 di negara negara baik Asia, Eropa maupun Amerika bahkan lebih baik daripada kondisi ekonomi pada saat tahun 2019 sebelum pandemi dan prediksi tahun 2023 akan jauh lebih baik dari tahun 2022," kata Bambang Haryo, Senin (27/2/2023).

Sebagai contoh, kata pemilik sapaan akrab BHS ini, pertumbuhan ekonomi negara negara di Asia Tenggara di tahun 2022 seperti Vietnam pertumbuhan ekonominya sebesar 8,02  persen naik dari tahun 2019 sebesar 7,02 persen.

Kemudian, di Philipina, lanjut Bambang Haryo, pertumbuhan ekonominya di tahun 2022 sebesar 7,6 persen naik dari tahun 2019 sebesar 6,12 persen, juga Malaysia pertumbuhan ekonominya di tahun 2022 sebesar 8,7 persen naik dari tahun 2019 yang hanya sebesar 4,41 persen dan bisa dikatakan pertumbuhan ekonomi di Malaysia tahun 2022 adalah yang tertinggi selama kurun waktu 22 tahun semenjak dari tahun 2000. Tutur BHS.

Bahkan, lanjut dia, negara-negara di Asia Tenggara mempunyai target akan terjadi kenaikan pertumbuhan ekonomi di tahun 2023. Tetapi untuk Indonesia pertumbuhan ekonomi di tahun 2022 sebesar 5,91 persen naik dari tahun 2019 sebesar 5,02 persen tetapi prediksi di tahun 2023 turun menjadi 4,9 persen.

"Ini terlihat ekonomi dibanyak negara di dunia mengalami kenaikan yang signifikan pasca covid-19 dan bahkan negara di Eropa yaitu Inggris sebagai negara maju saja bisa tumbuh sangat besar ditahun 2022 sebesar 4,1 persen naik dari tahun 2019 sebesar 1,6 persen," sebut BHS.

 

2 dari 4 halaman

Ekonomi Dunia

Untuk membuktikan ekonomi dunia saat ini masih sangat baik, BHS menyempatkan waktu untuk berkunjung ke Inggris, Jepang dan Malaysia yang pernah diisukan oleh beberapa pejabat negara mengalami kebangkrutan.

Tetapi ternyata ekonomi mereka masih sangat baik, daya beli masyarakat juga masih sangat tinggi, juga saya hadir di negara Vietnam, Filiphina dan China, mereka tidak mengalami kesulitan ekonomi.

"Beberapa negara memang mengalami kesulitan energi karena terputusnya supply gas dari Ukraina akibat perang, seperti halnya Jerman, Inggris, Jepang dan beberapa negara Eropa. Tetapi mereka berupaya menghidupkan kembali tambang batubara nya untuk digunakan sebagai energi di negaranya dan bahkan beberapa negara menghidupkan kembali reaktor nuklirnya seperti Jerman dan Jepang agar harga energi listrik menjadi murah kembali," tutur BHS.

Jadi tidak benar, bahwa di negara seluruh dunia terjadi krisis ekonomi dan krisis pangan di tahun 2022 dan 2023, bahkan negara negara di dunia tersebut mempunyai target peningkatan produksi pangan terutama China, Vietnam, India dan negara negara lainnya. Ungkap BHS

"Memang ada negara yang saat ini masyarakatnya mengalami kelaparan tetapi bukan akibat negaranya krisis pangan, yaitu ada 6 negara dari 195 negara di dunia (data dari World Food Propgram's Hunger Jotspots Report) Afghanistan, Ethiopia, Nigeria , South Sudan, Siria dan Yaman. Jadi tidak benar adanya penyataan dari pejabat negara yang mengatakan 345 juta orang dari 82 negara yang sedang menderita kekurangan pangan akut. Bisa dibuktikan bahwa dunia tidak mengalami krisis ekonomi dan krisis pangan di tahun 2022 dan bahkan mempunyai target peningkatan ekonomi dan pangan di tahun 2023," ujar BHS.

 

3 dari 4 halaman

Indonesia Tak akan Masuk Jurang Resesi, Ini Buktinya

Perolehan keuntungan dari bank BUMN atau Himpunan Bank Negara (Himbara) tercatat mengalami kenaikan yang cukup signifikan di 2022. Perolehan positif ini disebut-sebut jadi sinyal kalau ekonomi Indonesia sedang dalam posisi yang baik.

Mengingat, adanya sejumlah ancaman resesi dan krisis ekonomi global yang juga berdampak ke Indonesia. Mengaca pada perolehan Himbara, nampaknya resesi bisa ditangkal di Indonesia.

Enam+24:38VIDEO: The Power of Consumers in 2023 Ekonom dan Associate Faculty Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Ryan Kiryanto mengungkapkan hal demikian. Menurutnya, kinerja perbankan menjadi satu indikator kondisi ekonomi nasional.

"Luar biasa itu memberikan sinyal kuat ke kita bahwa Indonesia tak alami krisis ekonomi atau tak alami resesi ekonomi. Kalau mengalami krisis dan resesi, tidak mungkin tumbuhnya cemerlang," ujar dia dalam FGD bertajuk Penerapan Prinsip Prudential Banking dalam Penyaluran Kredit Bank BUMN, Senin (27/2/2023).

Laba Bank

Mengacu pada daftar 5 bank dengan laba terbesar yang ditampilkannya, BRI mencatatkan laba konsolidasi 2022 sebesar Rp 51,17 triliun, atau menungkatk 64,71 persen secara tahunan (yoy). Diikuti Bank Mandiri dengan laba konsolidasi 2022 sebesar Rp 41,17 triliun atau meningkat 46,89 persens secara tahunan.

Di posisi keempat, ada BNI dengan perolehan laba konsolidasi 2022 Rp 18,31 triliun atau meningkat 68,02 persen. Dua bank lainnya merupakan BCA yang mencatatkan laba konsolidasi 2022 Rp 40,75 persen atau meningkat 29,62 persen. Serta posisi kelima ada CIMB Niaga.

Jika mengacu pada data itu saja, peningkatan laba terjadi sangat signifikan, berkisar dari 41 persen hingga 68 persen. Khusus untuk BRI, dengan perolehan laba konsolidasi Rp 51,17 triliun, menjadikan BRI memecahkan rekor perolehan laba tertinggi dalam sejarah perbankan Indonesia.

Ryan menegaskan perolehan ini tak akan tercapai jika kondisi ekonomi Indonesia tidak sedang baik-baik saja. Maka, kinerja bank menjadi satu indikator baiknya ekonomi nasional

"Itu gak terjadi kalau kondisi ekonomi kita itu jelek. Kalau ekonomi suatu negara bagus, tumbuh positif, itu akan tercermin dari kinerja perusahaan-perusahaannya," ungkapnya.

4 dari 4 halaman

Laba BUMN

Diberitakan sebelumnya, Menteri BUMN Erick Thohir menyampaikan pencapaian cemerlang yang diperoleh perusahaan-perusahan BUMN di 2022. Dalam laporan unaudited, laba konsolidasi perusahaan pelat merah naik dua kali lipat lebih menjadi Rp 303,7 triliun pada 2022 lalu.

"Laba bersih kembali meningkat sangat signifikan, yaitu ada peningkatan dari Rp 125 triliun (di 2021), kalau diaudit kurang lebihnya mencapai Rp 303,7 triliun. Ada peningkatan signifikan (laba BUMN) Rp 179 triliun," papar Erick Thohir dalam rapat kerja bersama Komisi VI DPR RI, Senin (13/2/2023).

"Tapi laporan keuangan yang kami berikan ini masih unaudited. Jadi mohon tidak langsung diklaim," dia menambahkan.