Sukses

KAI Commuter: Harga KRL Produk INKA Lebih Mahal dari Impor

PT KAI Commuter Indonesia (KCI / KAI Commuter) harus menguras kocek tak sedikit demi menyiapkan rangkaian KRL

Liputan6.com, Jakarta PT KAI Commuter Indonesia (KCI / KAI Commuter) harus menguras kocek tak sedikit demi menyiapkan rangkaian kereta (trainset) baru untuk mengoperasikan KRL Jabodetabek.

Selain rencana impor 10 trainset bekas dari Jepang, perseroan juga menyiapkan dana hampir Rp 4 triliun untuk membeli 16 rangkaian kereta baru produk dalam negeri.

Namundiakui, harga KRL produk lokal oleh PT INKA (Persero) memiliki harga yang lebih mahal jika dibandingkan dengan harga KRL Impor dari Jepang.

VP Corporate Secretary KCI Anne Purba mengatakan, pihaknya sudah memesan 16 rangkaian kereta baru dari PT INKA (Persero) untuk beroperasi pada 2025/2026. Dia menceritakan, kontrak pembelian akan diteken pada Maret 2023, pasca kesepakatan awal sudah diteken lewat perjanjian kesepakatan (MoU) sejak 2022 lalu.

"Mungkin ada mindset kita hanya bisa mengimpor yang bekas saja, itu tidak benar. Kita sudah siapkan 16 trainset baru sudah dan sudah terkontrak dengan INKA," ujar Anne saat ditemui di Kantor KCI, Jakarta, ditulis Selasa (28/2/2023).

Nego Harga

Saat ini, ia meneruskan, KAI Commuter dan INKA masih bernegosiasi soal harga, kendati sudah ada spesifikasi yang disepakati keduanya. Untuk alokasi dana, KCI menyiapkan hampir Rp 4 triliun untuk membeli kereta baru lokal tersebut.

"Mungkin ini mundur karena pandemi. Ini komitmen kita hampir Rp 4 triliun, kita siapkan dananya sekitar segitu," imbuh dia.

"Kita sangat dukung produk dalam negeri seperti INKA, untuk peningkatan kapasitas pasti kita akan adakan KRL baru yang dibuat dalam negeri," tegas Anne.

Harga KRL Lokal Lebih Mahal

Secara harga, Anne tak memungkiri pembelian kereta baru produksi lokal memang lebih mahal daripada mengimpor kereta bekas dari Jepang. Namun, KCI berkomitmen untuk mendukung program pemerintah dal menggunakan produk dalam negeri.

"Memang sangat jauh sekali bedanya, 1:20 (beli kereta baru lebih mahal 20 kali daripada beli kereta impor bekas). Cuman kita sudah siapkan ini semua," pungkas Anne.

2 dari 3 halaman

Kemenperin Soal Impor KRL Jepang: INKA Sudah Bisa Buat, Kenapa Harus Impor

Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian Dody Widodo menegaskan bahwa Indonesia tidak perlu melakukan impor kereta rel listrik (KRL) karena industri kereta api nasional mampu memproduksi semua kebutuhan kereta di dalam negeri.

“PT Industri Kereta Api (INKA) bisa membuat itu semua, kenapa kita harus impor gerbang kereta api bekas dari Jepang. Katanya bangga beli buatan Indonesia. Bangladesh saja membeli produk kereta kita sampai Rp1,3 triliun,” kata Dody kepada ANTARA di Jakarta, Senin.

Ia menyampaikan untuk memenuhi kebutuhan gerbong kereta dalam jumlah besar memang dibutuhkan waktu, karena tidak dapat direalisasikan dalam semalam.

Oleh karena itu, Dody mendorong adanya perencanaan untuk periode penggantian atau peremajaan setiap gerbong kereta yang beroperasi di Indonesia.

“Kalau mendadak memang pasti sukar, seharusnya kan sudah direncanakan jauh-jauh hari dan memberi kesempatan kepada industri dalam negeri untuk berproduksi,” ujar Dody.

 

3 dari 3 halaman

Industri Kereta Api

Dengan demikian, lanjut Dody, industri kereta api dalam negeri dapat menggeliat dan menggerakkan perekonomian nasional.

“Kapan lagi kita bangga akan buatan kereta dalam negeri. Jangan terus BUMN, jadi bisa impor dan impor. Tolong berhenti untuk pemikiran seperti itu,” kata Dody.

Dody menambahkan, Gerakan Nasional Bangga Buatan Indonesia (BBI) seharusnya digencarkan secara menyeluruh tanpa terkecuali. Terlebih, jika produk yang dibutuhkan telah mampu diproduksi oleh industri dalam negeri.

Dengan demikian, Dody optimistis bahwa industri nasional dapat menjadi tuan rumah di negeri sendiri, yang akan berkontribusi untuk perekonomian dan kesejahteraan rakyat Indonesia.

“Bagaimanapun kita harus bangga dengan industri dalam negeri. Hal ini perlu diimplementasikan secara nyata melalui tindakan dalam mengambil keputusan,” pungkas Dody.