Sukses

PT Timah Targetkan Pertumbuhan Produksi 35 Persen di 2023

PT Timah Tbk akan menghidupkan kembali lahan-lahan tambang yang sudah tidak terpakai. Alasannya, dengan teknologi baru lahan tambang yang semula dianggap sudah tidak produktif tersebut bisa menghasilkan timah lagi.

Liputan6.com, Jakarta - PT Timah Tbk menargetkan peningkatan produksi timah 35 persen pada 2023 jika dibandingkan dengan realisasi produksi di tahun lalu. Sedangkan pada 2022, produksi perusahaan dengan kode saham TINS ini mencapai 20 ribu ton.

"Kita di Rencana Kerja dan Anggaran Belanja (RKAB) tahun ini target naik sekitar 33 persen - 35 persen ke 26 ribu sekian," kata Direktur Operasi dan Produksi PT Timah Tbk Purwoko di TINS Gallery, seperti ditulis Selasa (28/2/2023).

Namun memang, untuk mencapai pertumbuhan target yang cukup tinggi tersebut tidak mudah. Perusahaan menghadapi beberapa tantangan. Pertama adalah masalah belum berjalannya ekosistem timah nasional dengan baik seperti belum adanya standar harga yang dikenakan untuk komoditas timah.

Berbeda dengan nikel dan batu bara yang sudah memiliki harga acuan, timah belum ada standar sehingga sangat memungkinkan disparitas harga yang terjadi cukup tinggi.

Masalah lain adalah praktik jual beli bijih timah oleh mitra penambang ke tempat lain karena adanya disparitas harga.

"PT Timah tidak  kenal istilah jual beli bijih karena kami menambang. Kami menjalankan kerja sama jasa penambangan atau kerja sam. tetapi pada praktiknya ada jual beli. Selama ada disparitas harga orang akan cari harga mana yang paling tinggi," jelas Purwoko.

Tetap Yakin

Namun meskipun banyak tantangan yang ada, Purwoko tetap yakin produksi untuk tahun ini bisa mencapai target yang ditentukan. Salah satu alasannya adalah rencana PT Timah untuk menghidupkan kembali lahan-lahan tambang yang sudah tidak terpakai.

Saat ini Timah sudah mengimplementasikan  teknologi Top Submerge Lance (TSL) Ausmelt Furnace (TSL Ausmelt). Dengan teknologi ini terjadi efisiensi jika dibandingkan dengan peleburan dengan tanur yang lama atau konvensional.

Untuk tanur lama dibutuhkan bijih timah dengan kadar 70 persen sedangkan untuk TSL Ausmelt ini bisa menggunakan bijih timah dengan kadar 40 persen. Artinya tambang yang tadinya sudah tidak bisa dijalankan karena kadar sudah di bawah 70 persen bisa diaktifkan kembali.

2 dari 2 halaman

Susul Bauskit, Jokowi Racik Larangan Ekspor Timah

Presiden Joko Widodo (Jokowi) resmi melarang ekspor bijih bauksit pada Juni 2023 mendatang. Sebelum pelarangan ekspor bauksit, Jokowi juga sudah melarang beberapa ekspor komoditas seperti bijih nikel yang dikecam oleh banyak negara.

Atas keputusan kebijakan yang diambil pemerintah, Indonesia pun digugat oleh Uni Eropa ke Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) dan dinyatakan kalah.

Dari pelarangan kedua komoditas tersebut, saat ini pemerintah tengah merencanakan untuk melanjutkan pelarangan ekspor timah. Hal ini disampaikan oleh Direktur Jenderal Mineral dan Batubara Ridwan Djamaluddin mengatakan bahwa pihaknya sedang menyiapkan pelarang ekspor timah.

"Kami melibatkan kementerian lain, Kadin (Kamar dagang dan Industri Indonesia) juga kita libatkan. Timah kalau kita larang gimana, cara kendala negatifnya apakah misalnya kita mau larang seluruhnya atau kita bertahap siapkan industri hilirnya. Sudah kita laporkan ke pimpinan, dan sudah kami antisipasi," ujar Ridwan dalam konferensi pers, di Direktorat Jenderal Minerba, Jakarta, Selasa (31/1).

Dalam hal ini, Ridwan menambahkan sebelum melakukan pelarangan ekspor timah, pihaknya juga tengah memperhitungkan berbagai aspek, terkhusus pada pengembangan hilirisasi timah.

"Ada dan strategi umumnya, kita jangan bisa membuat saja tapi juga harus bisa menjual. Kita harus rangkul pemain global, timah ini perlu sedikit-sedikit tapi produk akhirnya banyak kita harus kerja sama dengan pelaku global," terang dia.

Sebagai informasi, WTO memenangkan gugatan Uni Eropa atas Indonesia terkait kebijakan larangan ekspor bijih nikel Oktober 2022 lalu. Namun, kekalahan itu tak lantas membuat Presiden Joko Widodo (Jokowi) gentar. Bukannya mundur, Jokowi malah melanjutkan larangan ekspor pada bijih bauksit.

Presiden Jokowi mengingatkan kepada jajaran untuk melakukan banding dan terus melakukan hilirisasi untuk bahan-bahan tambang lainnya.

"Enggak apa-apa kalah, saya sampaikan ke menteri, banding. Nanti babak yang kedua hilirisasi lagi bauksit," ujar Jokowi, dalam Rapat Koordinasi Nasional Investasi Tahun 2022, Jakarta, Rabu (30/11).