Sukses

Pola Hidup konsumtif Jadi Alasan Orang Indonesia Tak Punya Dana Darurat

Banyak pekerja di Indonesia belum memiliki kebiasaan menabung karena terbawa budaya konsumtif atau gaya hidup yang cenderung boros. Hal ini membuat mereka tak memiliki dana darurat.

Liputan6.com, Jakarta - Banyak warga Indonesia tak punya dana cadangan atau dana darurat. Salah satu penyebabnya adalah sebagian besar masyarakat yang belum memiliki dana darurat ini karena kebiasaan konsumtif atau membeli barang hanya berdasarkan keinginan dan bukan kebutuhan.  

Peneliti Center of Digital Economy and SME, Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Izzuddin AlFarras Adha menjelaskan, berdasarkan data dari Bank Dunia, sebagian besar masyarakat Indonesia tidak menyiapkan dana darurat. 

"Ini merupakan sebuah PR bagi Indonesia bagaimana caranya pekerja ini bisa memiliki dana cadangan lebih banyak lagi," ujar Izzudin dalam acara diskusi publik 'Market survey: Earned Wage Access di Indonesia', Jakarta, Selasa (28/2/2023).

Sedangkan Senior Financial Consultant PINA Indonesia, Maychelie Vincent Liyanto, menyebut bahwa ada dua faktor pekerja di Indonesia tidak mampu memiliki dana cadangan. Faktor pertama yaitu dari sisi internal, dan kedua yaitu sisi eksternal.

"Faktor spesifik yang dapat diamati yaitu internal dan eksternal," ujar Maychelie kepada merdeka.com, Rabu (1/3/2023).

Dimulai dari faktor internal, Maychelie menilai masyarakat Indonesia termasuk kelas pekerja masih belum cukup disiplin untuk menabung.

Banyak pekerja di Indonesia, kata Maychelie, yang belum memiliki kebiasaan menabung karena terbawa budaya konsumtif atau gaya hidup yang cenderung boros.

"Hal ini membuat mereka sulit menyisihkan sebagian dari penghasilan mereka untuk ditabung sebagai dana darurat," ucapnya.

Tak Punya Kemampuan Kelola Keuangan

Kemudian, pekerja Indonesia tidak memiliki kemampuan dalam mengelola uang seperti membuat anggaran bulanan, memprioritaskan pengeluaran, dan menghindari pengeluaran yang tidak perlu.

Selain itu, menurut Maychelie, pekerja Indonesia juga masih belum memiliki target keuangan yang jelas. Padahal menurutnya, adanya target keuangan dapat menimbulkan motivasi untuk menabung.

"Tanpa target keuangan yang jelas, pekerja akan sulit menentukan tujuan menabung dan dana darurat yang mereka butuhkan. Akibatnya, mereka tidak punya motivasi yang cukup untuk menabung," imbuhnya.

 

2 dari 3 halaman

Sisi Eksternal

Sementara dari sisi eksternal, penyebab mayoritas pekerja di Indonesia tidak memiliki dana cadangan atau dana darurat yaitu biaya hidup yang tinggi.

Sebagai pekerja di kota besar, Maychelie tidak menampik bahwa biaya hidup di kota sangat tinggi jika dibandingkan di desa. Pengeluaran rutin seperti transportasi, biaya sewa tempat tinggal, dan makan, menjadi komponen pengeluaran terbesar pekerja Indonesia.

"Hal ini membuat mereka sulit untuk menabung atau mengalokasikan dana untuk dana darurat," sebutnya.

Hal penting lainnya yang menjadi dasar pekerja di Indonesia sulit memiliki dana cadangan karena tingkat gaji rendah. Dia mengatakan, banyak pekerja di Indonesia yang menerima gaji yang rendah, bahkan dibawah upah minimum,

Sulitnya mencukupi kebutuhan sehari-hari membuat pekerja tidak punya dana yang cukup untuk menabung dan mempersiapkan dana darurat.

 

3 dari 3 halaman

Perlindungan Sosial

Selain itu,  Maychelie menambahkan, tidak adanya perlindungan sosial yang cukup, menjadi faktor eksternal pekerja di Indonesia tak mampu memiliki dana cadangan.

Dia menuturkan, banyak pekerja di Indonesia yang bekerja di sektor informal atau tidak memiliki akses ke jaminan sosial seperti BPJS Kesehatan atau BPJS Ketenagakerjaan.

Ketidakmampuan untuk mengakses perlindungan sosial ini membuat pekerja harus menanggung risiko finansial sendiri, termasuk risiko kehilangan pekerjaan atau sakit yang memerlukan biaya besar.

"Dalam keseluruhan, faktor internal dan eksternal saling berhubungan dan saling mempengaruhi dalam menyebabkan pekerja di Indonesia terkesan tidak memiliki dana darurat," ucap Maychelie.

Reporter: Yunita Amalia

Sumber: Merdeka.com