Sukses

BI: Realisasi Inflasi Februari 2023 Pengaruh dari Kebijakan Moneter

Bank Indonesia meyakini inflasi inti tetap berada dalam kisaran 3,0±1 persen pada semester I 2023 dan inflasi IHK kembali ke dalam sasaran 3,0±1 persen pada semester II 2023.

Liputan6.com, Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat tingkat inflasi Februari tahun 2023 sebesar 5,47 persen (yoy). Angka ini lebih tinggi jika dibandingkan tingkat inflasi pada bulan Januari yakni 5,28 persen (yoy).

Direktur Departemen Komunikasi Bank Indonesia (BI) Fadjar Majardi menjelaskan, realisasi inflasi ini tidak terlepas dari pengaruh positif respons kebijakan moneter Bank Indonesia serta sinergi erat pengendalian inflasi antara Bank Indonesia dan Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, dan mitra strategis lainnya melalui Tim Pengendalian Inflasi Pusat dan Daerah (TPIP dan TPID) serta Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) di berbagai daerah.

Dengan perkembangan tersebut, inflasi IHK secara tahunan tetap terkendali sebesar 5,47 persen (yoy), meskipun sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan inflasi bulan sebelumnya yang mencapai 5,28 persen (yoy).

"Ke depan, Bank Indonesia meyakini inflasi inti tetap berada dalam kisaran 3,0±1 persen pada semester I 2023 dan inflasi IHK kembali ke dalam sasaran 3,0±1 persen pada semester II 2023," jelas dia dalam keterangan tertulis, Rabu (1/3/2023).

"Bank Indonesia akan terus memperkuat pengendalian inflasi, termasuk melalui koordinasi dengan Pemerintah guna memastikan berlanjutnya penurunan inflasi, termasuk pada periode Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN)," tambah dia. 

Inflasi inti Februari 2023 menurun. Inflasi inti tercatat sebesar 0,13 persen (mtm), menurun dibandingkan dengan inflasi bulan sebelumnya sebesar 0,33 persen (mtm). Penurunan inflasi inti sejalan dengan normalisasi pola musiman awal tahun, khususnya dari komoditas kelompok perumahan. Secara tahunan, inflasi inti Februari 2023 tercatat sebesar 3,09 persen (yoy), lebih rendah dibandingkan dengan inflasi pada bulan sebelumnya sebesar 3,27 persen (yoy).

Inflasi Volatile Food

Inflasi kelompok volatile foods juga menurun dibandingkan dengan perkembangan bulan sebelumnya. Kelompok volatile foods mencatat inflasi sebesar 0,28 persen (mtm), lebih rendah dibandingkan dengan inflasi pada bulan sebelumnya yang sebesar 1,40 persen (mtm).

Perkembangan tersebut terutama disumbang oleh komoditas daging ayam ras, telur ayam ras, dan cabai rawit. Namun demikian, kelompok volatile foods secara tahunan mengalami inflasi 7,62 persen (yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan inflasi bulan sebelumnya yang sebesar 5,71 persen (yoy).

Kelompok administered prices mencatat inflasi sebesar 0,14 persen (mtm), meningkat dari realisasi bulan sebelumnya yang mengalami deflasi sebesar 0,55 persen (mtm). Perkembangan ini terutama disumbang oleh peningkatan harga rokok kretek filter dan rokok putih akibat kenaikan cukai tembakau. Peningkatan inflasi kelompok administered prices lebih lanjut tertahan oleh deflasi tarif angkutan udara seiring dengan penurunan harga avtur.

Secara tahunan, komponen administered prices tercatat inflasi sebesar 12,24 persen (yoy), lebih rendah dibandingkan dengan inflasi  pada bulan sebelumnya yang sebesar 12,28 persen (yoy).

2 dari 3 halaman

BPS: Inflasi Februari 2023 Capai 5,47 Persen

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat tingkat inflasi Februari tahun 2023 sebesar 5,47 persen (yoy). Angka ini lebih tinggi jika dibandingkan tingkat inflasi pada bulan Januari yakni 5,28 persen (yoy).

Sementara itu, secara tahun kalender atau Februari 2023 ke Desember 2022 terjadi kenaikan 0,50 persen.

"Secara year on year terjadi inflasi sebesar 5,47 peraen dan secara tahun kalender terjadi 0,50 petsen," kata Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Pudji Ismartini, dalam konferensi pers, di Jakarta Pusat, Rabu (1/3/2023).

Pudji menjelaskan, tingkat inflasi Februari 2023 sebesar 0,16 persen (mtm). Hal ini terjadi karena indeks harga konsumen meningkat dari 113,98 pada Januari 2023 menjadi 114,16 di Februari 2023.

"Kalau secara series, secara bulan ke bulan ini lebih rendah dibandingkan inflasi bulan sebelumnya yaitu Januari 2023 sebesar 0,34 persen," kata dia.

3 dari 3 halaman

Rokok hingga Beras

Adapun kelompok pengeluaran terbesar dari kelompok makanan, minuman dan tembakau. Pudji menjelaskan komoditas penyumbang inflasi secara mtm terbesar dari beras, rokok kretek filter, cabai merah, bawang merah, dan rokok putih.

"Jika dirinci kelompok pengeluaran penyumbang inflasi adalah kelompok makanan minuman dan tembakau, selain itu ada kelompok pengeluaran deflasi, dengan deflasi terdalam di kelompok transportasi," katanya.