Liputan6.com, Jakarta - Kurs USD baik untuk jual maupun beli terhadap rupiah masih berada di kisaran Rp 15.000. Angka ini bertahan sejak pekan lalu. Perubahan yang terjadi tidak terlalu besar.
Informasi kurs USD hari ini atau terbaru dari laman Bank Indonesia pada Kamis (2/3/2023) menunjukkan angka kurs jual USD terhadap Rupiah sebesar Rp 15.326,25 dengan kurs beli Rp 15.173,75.
Baca Juga
Poundsterling Inggris hari ini memiliki kurs jual sebesar Rp 18.511,04 dan kurs beli Rp 18.320,79. Euro hari ini memiliki kurs jual Rp 16.314,79 dengan kurs beli Rp 16.147,90 terpantau melemah meski tidak begitu signifikan.
Advertisement
Sementara itu, kurs jual dolar Australia sebesar Rp 10.369,74 dan kurs beli Rp 10.263,52.
Beralih ke kurs mata uang negara di Asia, kurs jual Yen Jepang hari ini berada di Rp 11.273,45 per 100 Yen dan kurs beli Rp 11.158,81 per 100Â Yen. Sementara Kurs jual Yuan China sebesar Rp 2.223,84 dan kurs belinya sebesar Rp 2.201,46.
Kurs jual Won Korea Selatan hari ini Rp 11,70 dengan kurs beli Rp 11,56per Won dan juga dolar Hong Kong hari ini memiliki sebesar Rp 1.952,51 dengan kurs beli sebesar Rp 1.933,06.
Melihat ke kawasan Asia Tenggara, kurs jual dolar Singapura (SGD) hari ini berada di Rp 11.410,25 dan kurs beli Rp 11.292,51 kemudian Ringgit Malaysia dengan kurs jual Rp 3.430,23 dan kurs beli Rp 3.392,30.
Kurs jual Peso Filipina hari ini berada di Rp 278,71 dan kurs beli Rp 275,84, diikuti Thailand dengan kurs jualnya Rp 439,02 dan kurs belinya Rp 434,40 per Baht.
Rupiah Hari Ini Melemah ke 15.265 per Dolar AS
Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerakmelemah pada perdagangan Kamis ini. Pelemahan nilai tukar rupiah hari ini dipicu indikasi akan kenaikan inflasi di Amerika Serikat (AS).
Pada Kamis (2/3/2023), rupiah dibuka menurun 30 poin atau 0,20 persen ke posisi 15.265 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya 15.235 per dolar AS.
"Rupiah bisa berbalik melemah terhadap dolar AS hari ini dengan semakin meningkatnya ekspektasi pasar terhadap kenaikan suku bunga acuan AS yang lebih agresif," kata pengamat pasar uang Ariston Tjendra dikutip dari Antara.
Ariston menuturkan data survei aktivitas manufaktur AS Januari menunjukkan bahwa harga yang dibayarkan oleh perusahaan manufaktur meningkat. Hal itu mengindikasikan inflasi bakal naik.
Di sisi ekonomi, PMI (Indeks Manajer Pembelian) manufaktur AS Februari naik tipis menjadi 47,7 persen dari pembacaan Januari sebesar 47,4 persen, Institute for Supply Management melaporkan pada Rabu (1/3/2023). Para ekonom yang disurvei oleh The Wall Street Journal memperkirakan indeks mencapai total 47,6 persen. Angka di bawah 50 persen mengindikasikan kontraksi di sektor tersebut.
Selain itu, tingkat imbal hasil obligasi pemerintah AS juga naik di mana tenor 10 tahun sudah menyentuh empat persen.
Â
Advertisement
Proyeksi Baru
Para pejabat Bank Sentral AS atau The Fed pada Rabu terpecah atas apakah data inflasi tinggi baru-baru ini dan pasar pekerjaan yang terus-menerus panas akan membutuhkan suku bunga yang lebih ketat, atau hanya kesabaran dalam mempertahankan kebijakan moneter yang ketat untuk jangka waktu yang lebih lama.
Para pejabat Fed akan mengajukan proyeksi baru pada pertemuan dalam tiga minggu, dan para analis serta investor memperkirakan suku bunga rata-rata yang dilihat oleh pejabat untuk akhir 2023 akan bergerak mungkin seperempat poin lebih tinggi dari 5,1 persen yang diantisipasi pada Desember.
Di sisi lain, sentimen positif dari membaiknya perekonomian China dan optimisme terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa membantu menahan pelemahan rupiah.
Ariston memprediksi peluang pelemahan rupiah ke arah 15.300 per dolar AS, dengan potensi tertahan di kisaran 15.220 per dolar AS.