Liputan6.com, Jakarta Dunia kerja sedang berada di bawah bayang-bayang perlambatan hingga resesi ekonomi. Dampaknya, beberapa perusahaan harus menjalankan kebijakan Pemutusah Hubungan Kerja (PHK) sebagai salah satu langkah bertahan.
Namun, sektor pekerjaan yang satu ini tampaknya relatif aman hingga saat ini. Seperti yang dikatakan para ahli, pekerjaan cybersecurity justru mampu meningkat di tengah gejolak ekonomi.
Baca Juga
mengutip CNBC, Jumat (3/3/2023), para ahli berpendapat menjadi profesional di bidang cybersecurity sangat dibutuhkan karena di tengah digitalisasi saat ini penting dalam mengurangi risiko serangan di dunia maya (online) terutama pada saat terjadinya ketidakstabilan keuangan.
Advertisement
“Beberapa organisasi mungkin jadi lebih rentan selama resesi karena kemungkinan mereka memiliki sumber daya yang lebih sedikit, itu menjadikan mereka sebagai sasaran yang lebih mudah,” kata Daljit Sall, General Manager of Technology for Randstad Singapore.
Ia juga melanjutkan bahwa mengalami serangan keamanan di dunia maya terbukti dapat menghancurkan finansial suatu lembaga atau perusahaan apalagi ketika ada biaya yang harus dibayar akibat serangan ransomware.
Dalam penilaian ISC2 di antara seribu eksekutif di 5 negara yaitu Jerman, Jepang, Singapura, dan Inggris Raya serta AS, hampir setengah dari eksekutif tingkat atas mengatakan bahwa mereka sangat mungkin melakukan pemutusan hubungan kerja karena antisipasi resesi tahun ini.
Meski begitu, hanya 10 persen organisasi yang kemungkinan akan melakukan PHK di bidang cyber security dibandingkan rata-rata 20 persen di bidang pekerjaan lain.
Di Singapura percaya bahwa PHK akan diperlukan karena ekonomi melambat. Salah satu contoh adalah organisasi nirlaba global dan asosiasi terbesar profesional bersertifikat.
Namun, hanya 15 persen yang kemungkinan akan berhenti bekerja di bidang cybersecurity jika dibandingkan sektor lain, yaitu human resource sebesar 32 persen dan pemasaran 28 persen.
Cyber Security Akan Mengatasi Resesi
Di Singapura, pekerjaan cybersecurity consultant dan cybersecurity engineers keamanan siber menjadi posisi yang paling diminati tahun ini.
Sall pun menyetujui hal ini karena adanya transformasi digital menyebabkan peran seorang cyber security meningkat secara global di ragam industri.
Meningkatnya risiko ancaman siber juga merupakan kontributor utama penyebab tingginya perminaat terhadap pekerja profesional keamanan siber, menurut Pooja Chhabria, kepala editorial LinkedIn untuk Asia-Pasifik.
"Permintaan untuk peran ini cenderung meningkat karena kompleksitas serangan siber semakin intensif dalam skala dan cakupannya," jelasnya.
Nyatanya, jumlah serangan siber berkembang pesat beberapa tahun terakhir karena sistem kerja jarak jauh yang artinya pekerja bisa mengerjakan tugasnya dari mana saja dan didorong oleh pandemi serta masalah politik.
Salah satu penyebabnya, sejak perang Rusia-Ukraina dimulai, serangan phishing yang berbasis di Rusia terhadap alamat email bisnis yang berbasis di Eropa dan AS telah meningkat 8 kali lipat, menurut laporan tahun 2023.
“Selama ketidakpastian ekonomi, beberapa oknum mungkin terbujuk untuk mengekstraksi data guna meningkatkan pendapatan mereka. Ancaman dari orang dalam dapat meningkat sebagai tanggapan atas PHK massal, terutama karena karyawan yang tidak mampu secara finansial mencari cara baru untuk mendapatkan uang tambahan, ” jelas Clar Rosso, CEO ISC2.
Maka dari itu, sebanyak 42% perusahaan mengatakan mereka mengantisipasi dengan meningkatkan pekerja di bidang Cyber Security.
Advertisement
Menjadi Kesempatan Bagi Pekerja Bidang Teknologi
Peningkatan prioritas keamanan siber telah memberi dampak yang cukup besar bagi para pekerja, terlebih bagi mereka di bidang teknologi (IT) yang sebelumnya pernah terkena PHK.
Raksasa teknologi Meta, Amazon, Google hingga Microsoft, bersama dengan perusahaan pemula, seperti Salesforce dan Zoom telah mengumumkan pemutusan hubungan kerja selama beberapa minggu terakhir.
“Ada kemungkinan bahwa banyak dari individu tersebut dapat menemukan peluang untuk mengejar karir di bidang keamanan siber, di mana mereka dapat menerapkan keterampilan dan keahlian terkait,” kata ISC2.
Chhabria dari LinkedIn menyampaikan bahwa software engineers dan system engineers adalah dua peran teratas yang membuat orang beralih dari seorang cyber cecurity.
Keadaan tersebut juga didukung pernyataan Rosso, “Hal ini sebagian besar disebabkan oleh pergeseran pola pikir, dari hanya berfokus pada keterampilan teknis menjadi mempekerjakan kompetensi nonteknis yang akan membuat seseorang sukses di sektor tersebut, kemudian pelatihan untuk membangun keterampilan teknis,”