Sukses

Setoran Pajak dan PNBP PT Timah ke Negara Capai Rp 1,51 Triliun di 2022

PT Timah Tbk hingga kuartal tiga tahun 2022 berhasil membukukan laba sebesar Rp 1,14 triliun.

Liputan6.com, Jakarta - PT Timah Tbk (TINS) tahun 2022 telah ikut menyumbang untuk penerimaan negara sebesar Rp 1,51 triliun. Setoran kepenerimaan negara tersebut dalam bentuk pajak dan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP).

Sekretaris Perusahaan PT Timah Tbk, Abdullah Umar menjelaskan, setoran pajak dan PNBP anggota Holding Industri Pertambangan Indonesia MIND ID ini meningkat 95 persen dibandingkan 2021 sebesar Rp 776,6 miliar.

"Peningkatan kontribusi pajak dan PNBP tahun 2022 ini dipengaruhi oleh peningkatan harga komoditas timah dengan harga rata-rata tahun 2022 di angka USD 31.474  per MT," jelas dia dalamketerangan tertulis, Kamis (2/3/2023).  

Selain itu, perseroan juga terus meningkatkan perfomance kinerja keuangan dengan melakukan efisiensi di seluruh rantai bisnis perusahaan, meningkatnya kinerja anak usaha segment non pertimahan.

PT Timah Tbk hingga kuartal tiga tahun 2022 berhasil membukukan laba sebesar Rp 1,14 triliun.

"Kontribusi pajak dan PNBP PT Timah Tbk 2022 mencapai Rp1,51 triliun. Membaiknya performa kinerja perusahaan tentunya selaras dengan kontribusi perusahaan kepada negara," tambah Abdullah Umar.

Konstribusi 

Kinerja positif PT Timah Tbk turut meningkatkan kontribusi PT Timah Tbk sebagai BUMN terhadap pendapatan negara berupa pajak, dividen, dan Pendapatan Negara Bukan (PNBP).

"Manajemen perseroan berupaya untuk meningkatkan kinerja sehingga bisa memberikan kontribusi kepada negara, pemegang saham dan masyarakat," ucap Abdullah.

Selain memberikan kontribusi kepada negara, PT Timah Tbk secara konsisten melaksanakan program CSR bagi masyarakat di wilayah operasional perusahaan untuk mendukung pembangunan ekonomi dan pemberdayaan masyarakat.

Berikut catatan kontribusi pajak dan PNBP PT Timah Tbk empat tahun terakhir:

  • Tahun 2018: Rp 818,7 miliar
  • Tahun 2019: Rp 1,2 triliun
  • Tahun 2020: Rp 677,9 miliar
  • Tahun 2021: Rp 776,657 miliar
  • Tahun 2022: Rp Rp1,51 Triliun

 

2 dari 3 halaman

PT Timah Targetkan Pertumbuhan Produksi 35 Persen di 2023

Sebelumnya, PT Timah Tbk menargetkan peningkatan produksi timah 35 persen pada 2023 jika dibandingkan dengan realisasi produksi di tahun lalu. Sedangkan pada 2022, produksi perusahaan dengan kode saham TINS ini mencapai 20 ribu ton.

"Kita di Rencana Kerja dan Anggaran Belanja (RKAB) tahun ini target naik sekitar 33 persen - 35 persen ke 26 ribu sekian," kata Direktur Operasi dan Produksi PT Timah Tbk Purwoko di TINS Gallery, seperti ditulis Selasa (28/2/2023).

Namun memang, untuk mencapai pertumbuhan target yang cukup tinggi tersebut tidak mudah. Perusahaan menghadapi beberapa tantangan. Pertama adalah masalah belum berjalannya ekosistem timah nasional dengan baik seperti belum adanya standar harga yang dikenakan untuk komoditas timah.

Berbeda dengan nikel dan batu bara yang sudah memiliki harga acuan, timah belum ada standar sehingga sangat memungkinkan disparitas harga yang terjadi cukup tinggi.

Masalah lain adalah praktik jual beli bijih timah oleh mitra penambang ke tempat lain karena adanya disparitas harga.

"PT Timah tidak  kenal istilah jual beli bijih karena kami menambang. Kami menjalankan kerja sama jasa penambangan atau kerja sam. tetapi pada praktiknya ada jual beli. Selama ada disparitas harga orang akan cari harga mana yang paling tinggi," jelas Purwoko.

3 dari 3 halaman

Tetap Yakin

Namun meskipun banyak tantangan yang ada, Purwoko tetap yakin produksi untuk tahun ini bisa mencapai target yang ditentukan. Salah satu alasannya adalah rencana PT Timah untuk menghidupkan kembali lahan-lahan tambang yang sudah tidak terpakai.

Saat ini Timah sudah mengimplementasikan  teknologi Top Submerge Lance (TSL) Ausmelt Furnace (TSL Ausmelt). Dengan teknologi ini terjadi efisiensi jika dibandingkan dengan peleburan dengan tanur yang lama atau konvensional.

Untuk tanur lama dibutuhkan bijih timah dengan kadar 70 persen sedangkan untuk TSL Ausmelt ini bisa menggunakan bijih timah dengan kadar 40 persen. Artinya tambang yang tadinya sudah tidak bisa dijalankan karena kadar sudah di bawah 70 persen bisa diaktifkan kembali.