Sukses

Waymo, Perusahaan Mobil Otonom Alphabet Google Pangkas 209 Karyawan

Waymo mengungkapkan telah memangkas sekitar 8 persen tenaga kerjanya dalam putaran kedua PHK tahun ini.

Liputan6.com, Jakarta - Badai pemutusan hubungan kerja (PHK) melanda Waymo, perusahaan mobil self-driving atau mobil otonom dari perusahaan induk Google, Alphabet.

Melansir CNN Business, Jumat (3/3/2023) Waymo mengungkapkan bahwa mereka telah memangkas sekitar 8 persen tenaga kerjanya dalam putaran kedua PHK tahun ini.

Secara total, 209 karyawan di Waymo telah terdampak PHK, menyusul pemangkasan tenaga kerjanya pada akhir Januari 2023 dan putaran baru lainnya, perusahaan mengkonfirmasi pada Rabu (1/3).

"Kami mengambil pendekatan yang bijaksana dan merasa yakin bahwa kami memenuhi kebutuhan masing-masing mantan rekan satu tim ini melalui transisi ini," kata perusahaan itu dalam sebuah pernyataan kepada CNN.

"Kami yakin bahwa kami memiliki tim yang tepat untuk mencapai kesuksesan bagi Waymo," sambungnya.

PHK Waymo terjadi di tengah serentetan pemutusan hubungan kerja di sektor teknologi di Amerika Serikat, karena industri menyesuaikan diri dengan berkurangnya permintaan layanan digital setelah pandemi dan menghadapi ketidakpastian yang luas dalam ekonomi global.

Naiknya suku bunga juga telah mengeringkan akses ke perusahaan teknologi pendanaan yang digunakan untuk mendorong proyek ambisius di masa depan.

Pada Januari 2023, Alphabet mengungkapkan bahwa mereka telah memangkas 12.000 karyawan, atau 6 persen dari tenaga kerjanya, setelah sempat menambah lebih dari 50.000 karyawan selama dua tahun sebelumnya

PHK di Waymo pun menyoroti bagaimana taruhan jangka panjang yang paling ambisiusdari Alphabet pun tidak kebal terhadap fokus barunya untuk memperkecil biaya di tengah ketidakpastian ekonomi.

2 dari 4 halaman

Kurangi Biaya, General Motors PHK Ratusan Karyawan

General Motors (GM) dikabarkan memangkas ratusan pekerja tingkat eksekutif.

Mengutip US News, Rabu (1/3/2023) seorang sumber terkait kabar PHK di General Motors menyebut, PHK terjadi dalam upaya perusahaan memotong biaya dan merampingkan operasi.

"Pengurangan karyawan di General Motor kurang lebih mencapai 'ratusan,'" kata sumber itu.

Sebelum kabar PHK datang, Chief People Officer GM Arden Hoffman sempat mengeluarkan surat kepada karyawan yang mengatakan bahwa perusahaan "berkomitmen untuk penghematan biaya sebesar USD 2 miliar dalam dua tahun ke depan.

GM mengungkapkan target pemotongan biaya USD 2 miliar pada bulan Januari. Namun saat itu, pembuat mobil tersebut mengatakan tidak merencanakan PHK dan tidak mencirikan pemotongan biaya sebagai PHK.

"Dalam lingkungan di mana margin pesaing kita membaik, sangat penting bahwa kita bertindak sekarang dan fokus pada efisiensi kita sendiri," kata Hoffman.

Hoffman menambahkan bahwa "untuk memenuhi komitmen dan untuk mengalahkan kompetisi, kami perlu memiliki tim yang menang. Kami membutuhkan perubahan budaya yang memungkinkan kami untuk meminta pertanggungjawaban mencapai tingkat operasi yang lebih tinggi yang sekarang diperlukan."

Tak hanya GM, badai PHK juga melanda perusahaan otomotif lainnya di Amerika Serikat, salah satunya Ford Motor.

Awal bulan ini, Ford Motor mengatakan telah memangkas satu dari sembilan pekerjanya di Eropa, atau 3.800 karyawan di bagian pengembangan produk dan administrasi untuk mengurangi biaya yang lebih rendah. 

3 dari 4 halaman

Perusahaan AS Eventbrite PHK 8 Persen Tenaga Kerja

Perusahaan jasa penyedia tiket asal Amerika Serikat, Eventbrite Inc mengungkapkan akan memangkas 8 persen tenaga kerjanya.

Mengutip US News, Rabu (1/3/2023) PHK di Eventbrite terjadi ketika perusahaan itu berusaha memangkas pengeluaran di tengah penurunan ekonomi global.

Eventbrite juga mengatakan berencana untuk memindahkan sekitar 30 persen dari pekerjanya, termasuk memindahkan sejumlah karyawan ke Spanyol, India, Argentina dan AS.

Pekerja yang masuk dalam divisi layanan pelanggan dipastikan akan dipindahkan ke luar AS. Perusahaan mengharapkan seluruh proses akan selesai pada akhir tahun 2023.

Pada 31 Desember 2022, Eventbrite memiliki 881 karyawan penuh waktu, di antaranya 508 di Amerika Serikat dan sisanya di negara lain. 

Selain itu, Eventbrite juga akan mengeluarkan total biaya terkait rencana restrukturisasi sekitar USD 12 juta hingga USD 20 juta, sebelum pajak.

Secara terpisah, penyedia tiket itu melaporkan kenaikan pendapatannya hingga 2 persen pada kuartal keempat 2022, mendapat keuntungan dari peningkatan volume tiket berbayar.

Perusahaan mengharapkan pendapatan di tahun 2023 ini bisa menyentuh USD 312 juta dan USD 330 juta, lebih tinggi dibandingkan USD 260,9 juta pada tahun 2022 lalu.

Adapun saham Eventbrite yang naik hampir 3 persen pada angka USD 9 dalam perdagangan yang diperpanjang.

Perusahaan ini bergabung dalam daftar perusahaan di Amerika yang dilanda badai PHK, ketika menghadapi kekhawatiran resesi.

4 dari 4 halaman

Kembali Dilanda PHK, Twitter Pangkas Puluhan Karyawan

Badai Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) kembali melanda raksasa media sosial Twitter.

Melansir Channel News Asia, Senin (27/2/2023) Twitter dilaporkan memberhentikan puluhan karyawan pada Sabtu (25/2) di tim teknik, termasuk yang mendukung teknologi periklanan, aplikasi utama Twitter, serta infrastruktur teknis untuk menjaga dan menjalankan sistem Twitter.

Ini menandai PHK kedelapan di perusahaan media sosial itu sejak salah satu orang terkaya di dunia, sekaligus bos Tesla Elon Musk membeli Twitter pada akhir Oktober 2022.

Laporan yang beredar di media AS menyebutkan bahwa, PHK terbaru di Twitter bertujuan untuk mengimbangi penurunan pendapatan setelah pengambilalihan oleh Elon Musk dan selanjutnya mengurangi staf yang telah menyusut setidaknya 70 persen menjadi sekitar 2.000.

Sementara itu, pihak Twitter belum memberikan komentar terkait kabar PHK tersebut, yang telah menjadi salah satu dari sejumlah pemangkasan pekerja besar besaran di sektor teknologi AS.

Pada awal November 2022, Twitter telah memberhentikan sekitar 3.700 karyawan sebagai tindakan pemotongan biaya oleh Musk, yang mengakuisisi perusahaan tersebut senilai USD 44 miliar atau sekitar Rp. 671 triliun.

Di bulan yang sama, sang miliarder juga mengungkapkan bahwa platform tersebut mengalami "penurunan pendapatan yang sangat besar" karena pengiklan menarik pengeluaran di tengah kekhawatiran tentang moderasi konten.Â