Sukses

Geger Tuduhan Manipulasi, Mahkamah Agung Selidiki Perusahaan Punya Miliarder Gautam Adani

Mahkamah Agung India menunjuk panel beranggotakan lima orang untuk menyelidiki tuduhan manipulasi pasar terhadap Adani Group.

Liputan6.com, Jakarta - Mahkamah Agung India telah membentuk panel independen untuk menyelidiki tuduhan dari Hindenburg Research, terhadap perusahaan milik miliarder Gautam Adani.

Seperti diketahui, laporan perusahaan riset asal Amerika Serikat tersebut beberapa waktu lalu membahas dugaan manipulasi pasar yang dilakukan perusahaan Gautam Adani, Adani Group.

Melansir BBC, Jumat (3/3/2023) Mahkamah Agung India menunjuk panel beranggotakan lima orang untuk menyelidiki tuduhan terhadap Adani Group.

Panel tersebut diketuai oleh mantan hakim Abhay M Sapre, dan telah meminta untuk melihat isi laporan Hindenburg Research dalam waktu dua bulan.

Tak lama setelah putusan Mahkamah Agung India, Adani menanggapinya dengan mengatakan bahwa perusahaannya menyambut baik keputusan pengadilan, yang disebutkan akan "membawa finalitas dalam waktu terikat".

"Kebenaran akan menang," ujar sang miliarder.

Adapun tiga hakim yang dipimpin oleh Ketua Mahkamah Agung DY Chadrachud yang menerima banyak permohonan - diajukan oleh pengacara dan politisi yang meminta penyelidikan terhadap Adani Group menyusul laporan Hindenburg Research.

Selama sidang terakhir, pengadilan menolak untuk menerima nama-nama ahli untuk komite yang disarankan oleh pemerintah federal, dengan alasan ingin "mempertahankan transparansi penuh" dalam kasus tersebut.

"Jadi kami akan menunjuk komite dan menunjuk anggota sendiri," kata Hakim Chandrachud.

Kehilangan Nilai Pasar

Diketahui, Adani Group telah kehilangan nilai pasarnya lebih dari USD 100 miliar dalam beberapa pekan terakhir setelah tuduhan manipulasi padar memicu krisis keuangan di pasar India.

Namun, perusahaan telah membantah tuduhan tersebut.

Beredarnya laporan terkait dugaan manipulasi pasar juga menggeser Adani dari daftar ri 10 orang terkaya di dunia. Menurut daftar miliarder real-time Forbes, Adani sekarang berada di urutan ke-15 orang terkaya di dunia, dengan kekayaan bersih senilai USD 4,7 miliar.

2 dari 4 halaman

Harta Orang Terkaya Dunia Gautam Adani Kian Menyusut, Kini Tersisa Rp 609,9 Triliun

Posisi Gautam Adani kian merosot dalam daftar orang terkaya di dunia. Melansir daftar Tha World’s Real-time Billionaire Forbes, Jumat, 24 Februari 2023, Adani termasuk salah satu yang mengalami penurunan kekayaan secara drastis. Kekayaan Gautam Adani saat ini hanya tersisa setengah dari kekayaannya tahun lalu, yakni menjadi USD 40 miliar atau sekitar Rp 609,9 triliun (kurs Rp 15.247,50 per USD).

Dengan kekayaan tersebut, ia harus rela terjun ke posisi 27 dalam daftar orang terkaya di dunia versi Forbes, dari posisinya pada 2022 lalu yang berhasil menempati peringkat ke-11 dengan kekayaan mencapai USD 90 miliar. Bersamaan dengan itu, harga saham grup Adani juga tertekan. Adani Total Gas kehilangan kembali terkoreksi 5 persen pada penutupan Kamis, 23 Februari 2023.

Saham tersebut kini telah kehilangan hampir 80 persen nilainya sejak 25 Januari, sehari setelah Hindenburg Research menerbitkan laporan yang membeberkan adanya upaya manipulasi pasar oleh Adani Group.

Sejak saat itu, mayoritas saham grup Adani  amblas, dengan kerugian maksimum diderita oleh Adani Total Gas. Adani Total Gas juga merupakan perusahaan yang tercatat mengalami pengikisan nilai terbesar secara absolut.

3 dari 4 halaman

Sederet Penurunan Saham Raksasa Bisnis Gautam Adani

Melansir investing.com, berikut performa saham Adani Group pada perdagangan Kamis, 23 Februari 2023 :

  1. Adani Enterprises (ADEL), turun 1,58 persen menjadi Rs 1.381 per saham
  2. Adani Total Gas (ADAG), turun 5 persen ke posisi Rs 791,35 per saham
  3. Adani Green Energy (ADNA), turun 5 persen ke posisi Rs 512,1 per saham
  4. Adani Transmission (ADAI), turun 5 persen ke posisi Rs 749,75 per saham
  5. Adani Ports and Special Economic Zone (APSE), naik 0.87 persen ke posisi Rs 551,85 per saham
  6. Adani Power (ADAN), turun 4,99 persen ke posisi Rs 154,35 per saham
  7. Adani Wilmar (ADAW), turun 4,10 persen ke posisi Rs 374,30 per saham
4 dari 4 halaman

Kekayaan Gautam Adani Sisa Rp 955,87 Triliun, Tersengat Aksi Jual Saham, Imbas Tuduhan Hindenburg

Sebelumnya, kekayaan konglomerat India, Gautam Adani terpantau terus merosot, menyusul laporan short-seller yang menyebabkan perusahaan tersebut membatalkan rencana penjualan saham publik (initial public offering/IPO).

Melansir daftar Real Time Billionaire Forbes per 2 Februari 2023, kekayaan Adani tercatat turun signifikan hingga USD 10,1 miliar atau 13,61 persen menjadi USD 64,2 miliar atau setara Rp 955,87 triliun (kurs Rp 14.889 per USD). Dengan total kekayaan itu, ia harus rela bergeser ke posisi 17 dalam daftar orang terkaya di dunia. Dalam sepekan terakhir, kekayaan Adani telah susut sekitar USD 51,7 miliar.

Kejatuhan Adani itu menyusul laporan Hindenburg Research pada 24 Januari 2023 yang mengungkapkan adanya upaya penipuan dan manipulasi pasar yang dilakukan oleh perusahaan milik Adani. Namun perusahaan segera membantah tudingan tersebut.

Pada 25 Januari 2023, Adani Group memberi pernyataan yang menyebutkan laporan Hindenburg sebagai informasi yang tidak benar. CFO Adani Group Jugeshinder menilai laporan itu berbahaya karena disebut tidak memiliki dasar akurat.

Jugeshinder menyinggung langkah Hindenburg yang tidak beritikad untuk melakukan konfirmasi terlebih dahulu sebelum menerbitkan laporan. Kekayaan Gautam Adani merosot dari USD 126,4 miliar menjadi USD 120 miliar karena pasar saham India merespons secara negatif meskipun dia tetap menjadi orang terkaya ketiga di dunia saat itu.

Sehari berselang, Kepala Bagian Hukum Adani Group Jatin Jalundhwala mengeluarkan pernyataan yang mengatakan bahwa perusahaan sedang mengevaluasi ketentuan yang relevan berdasarkan undang-undang AS dan India terkait tindakan perbaikan dan hukuman terhadap hasil riset Hindenburg.

Sayangnya, tidak ada perubahan dalam kekayaan bersih Adani karena pasar India tutup dalam rangka memperingati Hari Republik pada 26 Januari 2023.