Sukses

Rupiah Tergelincir Hari Ini, Bertengger di 15.300 per Dolar AS

Kurs Rupiah pada Jumat pagi tergelincir 19 poin atau 0,12 persen ke posisi 15.300 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya 15.281 per dolar AS.

Liputan6.com, Jakarta Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada awal perdagangan Jumat, menurun setelah laporan data klaim pengangguran Amerika Serikat (AS) yang lebih rendah.

Kurs Rupiah pada Jumat pagi tergelincir 19 poin atau 0,12 persen ke posisi 15.300 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya 15.281 per dolar AS.

"Rupiah diperkirakan akan melemah oleh penguatan dolar AS setelah data klaim pengangguran AS yang lebih rendah dan komentar hawkish dari pejabat The Fed," kata analis DCFX Futures Lukman Leong dikutip dari Antara, Jumat (3/2023).

Lukman menuturkan klaim pengangguran AS turun dari 192.000 menjadi 190.000, juga lebih rendah dari perkiraan untuk 195.000.

Selain itu, komentar hawkish dari pejabat bank sentral AS atau The Fed juga mendukung penguatan dolar AS, karena mereka mengisyaratkan bahwa suku bunga perlu dinaikkan agar berhasil meredam inflasi.

Data pada Jumat (24/2/2023) menunjukkan belanja konsumen AS meningkat tajam pada Januari, sementara inflasi memanas. Indeks harga pengeluaran konsumsi pribadi (PCE), pengukur inflasi pilihan Fed, melonjak 0,6 persen bulan lalu setelah naik 0,2 persen pada Desember.

Suku Bunga The Fed

The Fed diperkirakan akan menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin pada pertemuan 21-22 Maret, meskipun beberapa analis melihat kemungkinan kenaikan 50 basis poin jika inflasi tetap tinggi dan pertumbuhan tetap kuat.

Pasar sekarang memperkirakan suku bunga dana Fed mencapai puncaknya tepat di bawah 5,3 persen pada Juli.

Lukman memprediksi rupiah berpeluang bergerak di kisaran 15.250 per dolar AS hingga 15.350 per dolar AS.

Pada Kamis (2/3), nilai tukar rupiah ditutup merosot 46 poin atau 0,30 persen ke posisi 15.281 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya 15.235 per dolar AS.

 

2 dari 3 halaman

5 Alasan Nilai Tukar Rupiah Bakal Berdiri Gagah di 2023

Bank Indonesia (BI) yakin bahwa nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) tetap akan perkasa di 2023. Keyakinan ini setelah melihat realisasi di awal tahun sekaligus stabilitas sistem keuangan sekaligus kondisi ekonomi nasional.

Nilai tukar rupiah mampu berdiri gagah jika melihat kondisi per 15 Februari 2023. Lewat unggahan media sosial Instagram @bank_indonesia, rupiah mampu menguat 2,39 persen dibandingkan dengan level akhir Desember 2022.

Jika dibandingkan dengan mata uang negara tetangga, rupiah juga masih jauh perkasa. Terlihat mata uang Filipina hanya mampu naik 0,99 persen. Sedangkan dilanjutkan Thailand hanya menguat 0,85 persen. Bahkan mata uang ringgit Malaysia hanya naik sebesar 0,27persen.

Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengatakan, rupiah tak bakal tumbang karena didukung 5 faktor fundamental yang akan menjadi kunci menguatnya Rupiah.

“Bank Indonesia tidak menargetkan level, melainkan memberikan direction bahwa Rupiah akan menguat.” kata Perry dikutip pada Kamis (23/2/2023).

Berikut 5 alasan nilai tukar Rupiah akan menguat di 2023 menurut Bank Indonesia:

1. Prospek pertumbuhan ekonomi nasional yang tercatat baik, di antaranya:

Pertumbuhan ekonomi Indonesia triwulan IV 2022 tinggi sebesar 5,01% (yoy)

Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada triwulan IV 2022 mencatat surplus 4,7miliar dolar AS.

PMI-BI triwulan IV 2022 sebesar 50,06% atau berada pada fase ekspansi (indeks >50%)

2. Tekanan inflasi berlanjut turun

Inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) Januari 2023 tercatat rendah sebesar 0,34% (mtm) atau 5,28% (yoy), menurun dibandingkan dengan inflasi bulan sebelumnya sebesar 5,51% (yoy).

 3. Imbal hasil Surat Berharga Negara (SBN) jangka pendek menarik

Imbal hasil SBN tenor jangka pendek meningkat 100 bps dibandingkan dari sebelum kenaikan BI7DRR pada Juli 2022. Di samping itu, Imbal hasil SBN tenor jangka panjang tetap terkendali.

4. Komitmen Bank Indonesia

BI berkomitmen untuk terus melakukan stabilisasi kurs melalui intervensi di pasar valas dengan transaksi spot, Domestic Non Deliverable Forward (DNDF), dan pembelian/penjualan SBN di pasar sekunder.

5. Meredanya ketidakpastian pasar keuangan global

Keadaan ini memicu optimisme dari pasar global yang berdampak pada meningkatnya aliran masuk modal asing di pasar keuangan domestik. Ini tercermin dari investasi portofolio yang mencatat net inflows sebesar 6miliar dolar AS hingga 14 Februari 2023.

 

Reporter: Jessica Sheridan

 

 

 

3 dari 3 halaman

Tenang, Bank Indonesia Yakin Rupiah Makin Perkasa di 2023

Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo, memprediksi nilai tukar rupiah akan menguat tahun ini. Hal itu didukung oleh pertumbuhan ekonomi yang menunjukkan kinerja positif.

"Kami meyakini nilai tukar Rupiah akan menguat karena faktor fundamental semuanya memberikan justifikasi dasar bahwa nilai tukar Rupiah akan menguat," kata Gubernur BI Perry Warjiyo dalam Laporan Transparansi dan Akuntabilitas Bank Indonesia (LTABI) 2022, Senin (30/1/2023).

Dia menyampaikan, pada tahun 2022, Bank Indonesia memperkirakan perekonomian Indonesia bisa tumbuh bias ke atas dalam kisaran 4,5 sampai 5,3 persen. Bahkan BI optimis tahun 2022 bisa tumbuh paling tidak di kisaran 5,2 persen.

Mengutip data BPS, secara kumulatif, nilai ekspor Indonesia Januari s.d Desember 2022 mencapai USD291,98 miliar atau naik 26,07 persen dibanding periode yang sama pada tahun 2021.

Kemudian, inflasi yang terjadi di Indonesia juga turun lebih cepat dari perkiraan, dari 6,5 persen menjadi 5,51 persen. Sedangkan negara lain inflasinya masih di atas 8 persen. Stabilitas nilai tukar rupiah juga mengalami penguatan, transaksi berjalan surplus, kredit tumbuh 11,1 persen, dan masih banyak hal lainnya yang tumbuh cemerlang.

Hal itulah yang menjadi dasar optimisme Bank Indonesia bahwa kurs rupiah 2023 diyakini akan menguat. Disamping itu, Bank Indonesia juga memprediksi transaksi berjalan akan seimbang dan neraca pembayaran akan surplus, demikian dengan aliran modal diproyeksi akan mengalir deras.

"Untuk itu, pertumbuhan tinggi, inflasi rendah neraca pembayaran surplus dan prospek ekonomi yang baik, itu mendasarkan keyakinan kami bahwa rupiah akan menguat setelah tentu saja gejolak Global ini semakin mereda," ujarnya.