Indonesia membutuhkan satu bank nasional besar demi meningkatkan daya saingnya diantara bank-bank ternama di dunia, paling tidak di kawasan Asia. Salah satu caranya adalah dengan menggabungkan tiga bank milik pemerintah, yaitu PT Bank Mandiri Tbk, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk, dan PT Bank Negara Indonesia Tbk.
Sayangnya upaya penggabungan bank BUMN tersebut tak serta merta menempatkan bank gabungan itu mampu merajai Asia. Namun paling tidak, Indonesia bisa memiliki satu bank yang mampu bersaing dengan bank Singapura, DBS Bank Ltd.
Hal tersebut disampaikan Ketua Umum Perhimpunan Bank-bank Umum Nasional (Perbanas), Sigit Purnomo, usai Rapat Dengar Pendapat Umum di Komisi XI DPR RI, Jakarta, Selasa (26/2/2013). "Jadi harus ditingkatkan ke peringkat pertama di Asia, biar bisa bersaing dengan bank yang sudah ada nama di dunia," ujarnya.
Dari perhitungan Perbanas, Bank Mandiri sebagai bank nasional dengan aset terbesar di tanah air, sebetulnya memiliki peluang untuk menjadi bank besar di Asia, atau paling tidak menyalip DBS Bank Singapura.
Dengan pertumbuhan aset sebesar 15% per tahun, Bank Mandiri berpeluang membalap DBS sebagai salah satu bank terbesar di Asia. Meski untuk mewujudkan hal itu diperlukan waktu paling tidak 100 tahun.
Untuk mengecilkan jarak yang sangat lebar dengan DBS, pemerintah Indonesia bisa saja menggabungkan Bank Mandiri dan BRI dalam satu perusahaan. Di posisinya saat yang yang berada di urutan kedelapan Asia, penggabungan dua bank BUMN itu akan meningkatkan peringkat bank tersebut ke posisi enam Asia.
"Kalau mau diperkecil lagi setelah merger dengan BRI dan BNI, jadi jaraknya akan semakin dekat lagi. Namun tentunya aset DBS terus tumbuh," kata Sigit.
Sigit menambahkan, kalau pun nantinya akan ada penggabungan bank-bank nasional secara keseluruhan, langkah itu harus dilakukan dengan tetap memperhatikan prinsip kehati-hatian yang penuh.
"Bank itu harus aman, nyaman, dan bermanfaat. Namun kami tetap mengusulkan tidak ada penggabungan dari bank-bank nasional. Tapi hanya kita dari perbanas menginginkan bang yang besar dikancah dunia. Agar bisa bersaing dengan bank yang besar lainnya," jelasnya. (Dis/Shd)
Sayangnya upaya penggabungan bank BUMN tersebut tak serta merta menempatkan bank gabungan itu mampu merajai Asia. Namun paling tidak, Indonesia bisa memiliki satu bank yang mampu bersaing dengan bank Singapura, DBS Bank Ltd.
Hal tersebut disampaikan Ketua Umum Perhimpunan Bank-bank Umum Nasional (Perbanas), Sigit Purnomo, usai Rapat Dengar Pendapat Umum di Komisi XI DPR RI, Jakarta, Selasa (26/2/2013). "Jadi harus ditingkatkan ke peringkat pertama di Asia, biar bisa bersaing dengan bank yang sudah ada nama di dunia," ujarnya.
Dari perhitungan Perbanas, Bank Mandiri sebagai bank nasional dengan aset terbesar di tanah air, sebetulnya memiliki peluang untuk menjadi bank besar di Asia, atau paling tidak menyalip DBS Bank Singapura.
Dengan pertumbuhan aset sebesar 15% per tahun, Bank Mandiri berpeluang membalap DBS sebagai salah satu bank terbesar di Asia. Meski untuk mewujudkan hal itu diperlukan waktu paling tidak 100 tahun.
Untuk mengecilkan jarak yang sangat lebar dengan DBS, pemerintah Indonesia bisa saja menggabungkan Bank Mandiri dan BRI dalam satu perusahaan. Di posisinya saat yang yang berada di urutan kedelapan Asia, penggabungan dua bank BUMN itu akan meningkatkan peringkat bank tersebut ke posisi enam Asia.
"Kalau mau diperkecil lagi setelah merger dengan BRI dan BNI, jadi jaraknya akan semakin dekat lagi. Namun tentunya aset DBS terus tumbuh," kata Sigit.
Sigit menambahkan, kalau pun nantinya akan ada penggabungan bank-bank nasional secara keseluruhan, langkah itu harus dilakukan dengan tetap memperhatikan prinsip kehati-hatian yang penuh.
"Bank itu harus aman, nyaman, dan bermanfaat. Namun kami tetap mengusulkan tidak ada penggabungan dari bank-bank nasional. Tapi hanya kita dari perbanas menginginkan bang yang besar dikancah dunia. Agar bisa bersaing dengan bank yang besar lainnya," jelasnya. (Dis/Shd)