Liputan6.com, Jakarta PT Pertamina Power Indonesia (Pertamina NRE) dan Tokyo Electric Power Company Holdings, Incorporated (TEPCO HD) menandatangani nota kesepahaman tentang pengembangan hydrogen hijau dan amonia hijau pada Jumat (3/3/2023).
Baca Juga
Penandatanganan dilakukan oleh Chief Executive Officer Pertamina NRE Dannif Danusaputro dan Executive Vice President & Chief Innovation Officer (CIO) of TEPCO HD, Chikara Kojima.
Advertisement
Turut menyaksikan penandatanganan ini adalah Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi Kementerian ESDM RI Dadan Kusdiana dan Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati. Nota kesepahaman ini merupakan tindak lanjut dari penandatanganan joint study agreement (JSA) antara keduanya pada 18 Oktober 2022 lalu di Bali.
Nota kesepahaman ini mencakup pelaksanaan survey verifikasi, seleksi bersama atas area produksi hydrogen, identifikasi segmen pasar, pengembangan pasar, dan lain-lain di Indonesia.
Ke depan, keduanya akan mengembangkan hydrogen hijau dengan biaya yang efisien, serta produksi, transportasi dan teknologi amonia. Dalam tahapan komersialisasinya, prioritas target yang disasar oleh keduanya adalah pasar domestik Indonesia, dan dalam jangka menengah hingga panjang, akan menyasar pasar ekspor ke Jepang dan negara lain.
Studi bersama yang dilakukan kedua entitas mendapatkan dukungan dari NEDO, lembaga riset dan pengembangan nasional Jepang yang mendorong pengembangan teknologi dalam rangka membangun kehidupan masyarakat yang berkelanjutan.
“Hidrogen bersih adalah salah satu bisnis masa depan Pertamina. Kami saat ini juga tengah mengembangkan pilot project hidrogen hijau di area geothermal Ulubelu dengan target produksi 100 kg/hari. Kami sangat antusias dengan kerjasama dengan TEPCO HD dan NEDO untuk pengembangan hidrogen hijau dan amonia hijau ini. Kami percaya kolaborasi ini akan menciptakan nilai yang tinggi, terutama dalam upaya transisi energi serta dekarbonisasi,” ungkap Dannif Danusaputro.
Potensi Panas Bumi
Indonesia merupakan negara dengan potensi panas bumi terbesar di dunia, di mana potensi ini selain dapat dimanfaatkan untuk pengembangan pembangkitan listrik juga dapat dimanfaatkan untuk produksi hidrogen hijau serta amonia hijau.
Pertamina NRE memiliki portfolio energi panas bumi yang dikelola oleh anak usahanya, PT Pertamina Geothermal Energy, Tbk. (PGE) yang baru saja secara resmi mencatatkan sahamnya di bursa efek Indonesia dengan kode PGEO.
Saat ini PGE mengelola 13 Wilayah Kerja Panas Bumi (WKP) dengan kapasitas terpasang sebesar 1,8 GW, dimana 672 MW dioperasikan dan dikelola langsung oleh PGE dan 1.205 MW dikelola dengan skenario Kontrak Operasi Bersama.
Kapasitas terpasang panas bumi di wilayah kerja PGE berkonstribusi sebesar sekitar 79% dari total kapasitas terpasang panas bumi di Indonesia, dengan potensi pengurangan emisi CO2 sebesar sekitar 9,7 juta ton CO2 per tahun.
Keseriusan TEPCO HD untuk bekerjasama dengan Pertamina NRE dalam pengembangan hidrogen hijau dan amonia hijau juga ditunjukkan dengan kunjungan Duta Besar Jepang untuk Indonesia ke area panas bumi PGE Lahendong pada Minggu (26/2) lalu. Kunjungan tersebut dimaksudkan untuk meninjau salah satu area panas bumi yang berpotensi untuk pengembangan hidrogen hijau.
Pertamina NRE merupakan ujung tombak Pertamina group sekaligus mitra strategis pemerintah dalam melakukan transisi energi di Indonesia untuk mencapai target net zero emission Indonesia tahun 2060.Pertamina NRE berkomitmen untuk menjalankan bisnis yang berkelanjutan melalui penerapan aspek-aspek ESG sesuai praktik terbaik.
Advertisement
Pertamina Akuisisi Wilayah Kerja Bunga dan Peri Mahakam
PT Pertamina Hulu Energi (PHE), sebagai Subholding Upstream, berhasil mendapatkan lelang penawaran langsung Wilayah Kerja (WK) Bunga dan Wilayah Kerja Peri Mahakam.
Pengumuman hasil Lelang Wilayah Kerja (WK) Migas Tahun 2022 resmi disampaikan langsung oleh Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Tutuka Ariadji, Rabu (22/2).
Sebanyak 3 WK diminati investor dengan total komitmen investasi sebesar US$14,4 juta (Rp218,8 miliar), di mana 2 di antaranya dimenangkan oleh konsorsium PHE, bersama mitra yang didahului oleh pelaksanaan Studi Bersama (Joint Study).
Untuk WK Bunga dimenangkan konsorsium PHE dan POSCO INTERNATIONAL Corporation serta WK Peri Mahakam dimenangkan konsorsium PHE dan Eni Indonesia Limited.
WK Bunga mencakup area seluas 8.500 km2 di laut dalam lepas pantai Jawa Timur, sementara WK Peri Mahakam berlokasi di lepas pantai dan daratan Timur Kalimantan yang meliputi area seluas 7.414,43 km2.
Total investasi Komitmen Pasti tiga tahun pertama masa eksplorasi dari WK Bunga sebesar USd 4 juta yang meliputi kegiatan studi G&G serta akuisisi dan processing data seismik 3D 350 km2. Sedangkan total investasi Komitmen Pasti tiga tahun pertama masa eksplorasi WK Peri Mahakam sebesar USd 7,2 juta yang meliputi kegiatan studi G&G dan akuisisi dan processing data seismik 3D 150 km2 serta pengeboran 1 sumur eksplorasi.
Direktur Utama PHE, Wiko Migantoro, menjelaskan bahwa penunjukan WK Bunga dan WK Peri Mahakam oleh Pemerintah kepada konsorsium PHE dan mitra merupakan milestone penting bagi Pertamina.
“Kami mengucapkan terima kasih atas kepercayaan Pemerintah kepada kompetensi kami sehingga kami mendapatkan amanah untuk mengelola WK Bunga dan Peri Mahakam. Pengelolaan WK Bunga dan WK Peri Mahakam merupakan wujud komitmen PHE untuk menambah sumber daya baru melalui ekplorasi di dalam negeri, meningkatkan kapabilitas untuk terus berkembang," tegas Wiko, kAMIS (23/2/2023).