Liputan6.com, Jakarta PT Pertamina EP Cepu (PEPC), bagian dari Subholding Upstream Pertamina, terus berupaya meningkatkan kinerja serta memberikan inovasi untuk mendukung ketahanan energi nasional. Sebagai perusahaan yang bergerak di bidang hulu migas, Subholding Upstream saat ini menjadi kontributor lifting nasional sebesar 68 persen untuk minyak dan 34 persen untuk gas.
Berdasarkan Rencana Umum Energi Nasional (RUEN), komposisi bauran besaran energi Indonesia diperkirakan akan didominasi oleh Energi Baru Terbarukan (EBT) pada tahun 2050. Selain itu diperkirakan bahwa energi minyak dan gas juga tetap berperan untuk memenuhi kebutuhan energi nasional. Saat ini, kawasan Indonesia Timur menyimpan sumber daya alam yang potensial untuk dikembangkan.
Baca Juga
Sebagai Regional Indonesia Timur, PEPC mengupayakan produksi gas sebagai energi alternatif yang ramah lingkungan. PEPC beroperasi di wilayah Sulawesi melalui Zona 13 dan wilayah Papua melalui Zona 14.
Advertisement
Direktur Utama PEPC, Endro Hartanto, menyebutkan bahwa sepanjang tahun 2022, PEPC menghasilkan produksi sebesar 50.5 MBOEPD untuk Zona 13 dan 3.9 MBOEPD untuk Zona 14.
“Kami juga berhasil menyelesaikan pengeboran sumur eksplorasi Kembo dan Markisa di Papua dengan estimasi 70-90 % discovery gas. Selain itu kami juga telah menyelesaikan satu sumur pengembangan dan 192 kegiatan work over well services,” terang Endro.
Eksplorasi merupakan kunci untuk keberlanjutan usaha hulu migas, melalui kegiatan eksplorasi akan diperoleh cadangan minyak dan gas untuk masa depan. Pada tahun 2023, PPEC menargetkan untuk melaksanakan kegiatan pengeboran sumur eksplorasi di wilayah Sulawesi dan Papua antara lain sumur Buah Merah 1, East Wolai-1, Julang Emas 1, serta aset non operator Riam-1 dan Piarawi. Dalam setiap kegiatan operasionalnya, PEPC juga senantiasa memegang teguh aspek keamanan dan keselamatan kerja.
Subholding Gas Pertamina Kembangkan Energi Bersih Bersama Jepang
Subholding Gas Pertamina memulai proyek energi bersih biomethane dengan menggandeng perusahaan gas dari Jepang, Osaka Gas Co Ltd (DAIGAS), JGC Holding Corporation (JGC), INPEX Corporation (INPEX).
Dalam hal ini, bio-methane bersumber dari limbah minyak kelapa sawit atau Palm Oil Mill Effluent (POME) milik PT Perkebunan Nusantara (PTPN).
Direktur Strategi dan Pengembangan Bisnis PGN Heru Setiawan mengatakan, proyek ini menindaklanjuti kerjasama PT Pertamina (Persero) selaku Holding Migas dengan DAIGAS, JGC, dan INPEX dalam kajian bersama mengenai proyek energi bersih di Indonesia.
Selain itu, juga mewujudkan program Asia Zero Emission Community (AZEC) yang diumumkan oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida dalam rangkaian presidensi G20 pada 14 November 2022 di Bali.
"Pada proyek biomethane dari POME ini, PGN berpartisipasi mendukung hubungan G to G di negara-negara Asia untuk memastikan keamanan suplai dan keterjangkauan energi di masa transisi energi untuk mencapai target karbon netral. Sejalan dengan kesiapan PGN untuk mengembangkan biomethane yang pemanfaatannya setara dengan gas bumi bagi berbagai sektor," kata Heru dalam keterangan tertulis, Rabu (8/3/2023).
Dalam penandatanganan kerjasama, PGN, DAIGAS, JGC, INPEX dan PTPN sepakat melakukan studi pengolahan menjadi biomethane POME atau biogas yang disupply dari PTPN. PTPN memiliki portofolio dalam bidang pengelolaan, pengolaan, dan pemasaran hasil perkebunan yang berfokus pada kelapa sawit dan karet.
Advertisement
Pertamina dan Chevron New Energies Kaji Kelayakan Carbon Capture di Kalimantan Timur
PT Pertamina (Persero) dan Chevron New Energies International Pte. Ltd. (Chevron New Energies), menjalin kerja sama dalam kajian kelayakan carbon capture storage and carbon capture, utilization, and storage (CCS/CCUS) di Kalimantan Timur, Indonesia.
Kesepakatan kerja sama ini ditandatangani di sela-sela CERAWeek 2023. Dalam acara ini para pemimpin Chevron dan Pertamina bersama-sama dengan pejabat pemerintah, pakar, akademisi, inovator teknologi, dan pemimpin keuangan mengeksplorasi ide dan solusi dengan tema “Navigating a Turbulent World: Energy, Climate and Security.”
Vice President CCUS untuk Chevron New Energies Chris Powers mengatakan, Chevron telah bermitra dengan Indonesia untuk membantu memenuhi kebutuhan energi Indonesia selama hampir satu abad. Kesepakatan baru ini akan membangun momentum bagi tujuan Chevron bersama yaitu memajukan target energi Indonesia sambil mengejar masa depan yang rendah karbon.
"Kami memiliki kemampuan yang unik dan pemahaman mendalam tentang geologi Indonesia untuk mendukung pemanfaatan CCS/CCUS. Bersama-sama, kita dapat memanfaatkan kekuatan kolektif kita untuk membuka peluang baru bagi Indonesia.” kata dia dalam keterangan tertulis, Selasa (7/3/2023).
Target Pertamina
SVP Riset dan Teknologi Pertamina Oki Muraza mengatakan, Pertamina berkomitmen untuk mendukung Pemerintah Indonesia dalam mencapai target net zero emission pada tahun 2060.
"Kesepakatan dengan Chevron New Energies ini sangat positif dan menunjukkan keseriusan Pertamina dalam menindaklanjuti rencana program transisi energi dan dekarbonisasi," jelas dia.
Hadir dalam penandatanganan JSA adalah SVP Riset dan Teknologi Pertamina, Oki Muraza, dan Chris Powers, VP CCUS untuk Chevron New Energies. Penandatanganan disaksikan oleh Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia (ESDM), Arifin Tasrif dan Kepala SKK Migas, Dwi Soetjipto.
Target Net Zero Emission
Menteri ESDM, Arifin Tasrif, memuji upaya Pertamina dan Chevron yang konsisten dalam mendukung target net zero emission Indonesia tahun 2060, dengan mengatakan bahwa pemerintah mendukung penuh kemitraan ini.
“CCS/CCUS merupakan inisiatif yang sangat penting bagi agenda pemerintah dalam program dekarbonisasi. Kemitraan ini akan berkontribusi dalam menciptakan landasan yang kuat untuk mencapai tujuan transisi energi Indonesia” kata Arifin.
“Pemerintah telah menyelesaikan harmonisasi regulasi CCS/CCUS yang kami harap akan dapat mendorong pengembangan lebih banyak lagi proyek-proyek CCS/CCUS di seluruh Indonesia. CCS/CCUS akan menjadi jembatan yang dapat menjamin pertumbuhan industri Indonesia sekaligus memastikan emisi karbon terkunci dengan baik,” tambah Arifin.
Advertisement