Sukses

Kabar Terbaru Penyanderaan Pilot Susi Air Asal New Zealand, OPM Minta Tak Boleh Ada Penerbangan Pilot Asing di Papua

Tak hanya itu, pilot Susi Air yang disandera OPM bernama Mahrtens itu juga menyampaikan tuntutan lainnya. Dia meminta Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) memediasi antara OPM dan Indonesia.

Liputan6.com, Jakarta - Kabar terbaru dari kasus penyanderaan pilot Susi Air asal New Zealand bernama Philips Mark Methrtens yang sudah berlangsung 4 pekan. Penyanderaan pilot Susi Air dilakukan oleh Organisasi Papua Merdeka (OPM). Salah satu poin yang diminta OPM adalah tak boleh ada penerbangan dengan pilot berkebangsaan asing di wilayah Papua.

Pernyataan ini terungkap dalam sebuah video yang beredar di media sosial. Terlihat sang pilot yang berusia 37 tahun ini membacakan sebuah tulisan yang ada di sebuah kertas. Diketahui, itu adalah tuntutan dari OPM.

"Saya diinstruksikan untuk menyampaikan pernyataan ini. Tidak boleh ada pilot asing yang bekerja dan terbang di Papua sampai Papua merdeka," kata dia dikutip Jumat (10/3/2023).

Tak hanya itu, pilot bernama Mahrtens itu juga menyampaikan tuntutan lainnya. Dia meminta Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) memediasi antara OPM dan Indonesia.

"OPM meminta PBB memediasi antara Papua dan Indonesia untuk merumuskan kemerdekaan orang-orang Papua," ujarnya.

Tak berhenti di situ, setelah dua tuntutan tadi, OPM juga hanya akan membebaskan Pilot Susi Air itu ketika Papua sudah merdeka. Ini disinyalir jadi syarat pembebasannya.

"OPM akan membebaskan saya setelah Papua Merdeka," pungkasnya.

Dalam cuplikan video tersebut, terlihat kalau Philip Mahrtens mengenakan jaket berwarna biru lengkap dengan topi rimba. Sedikitnya, ada 23 orang lain yang mengelilinginya, dengan sebagian diantaranya memegang senjata laras panjang.

 

2 dari 4 halaman

Operasi Pencarian Pilot Susi Air

Diberitakan sebelumnya, Panglima TNI Laksamana Yudo Margono menegaskan bahwa upaya penyelamatan Pilot Susi Air Kapten Philip Mark Mahrtens yang disandera oleh Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) Papua pimpinan Egianus Kogoya, masih terus dilakukan.

Dia pun menekankan bahwa upaya pembebasan pilot Susi Air tersebut bukanlah Operasi Militer.

"Jadi gini, kita tetap melaksanakan operasi penegakan hukum bersama-sama dengan Polri dan di sana, medan, cuaca, dan tentunya cuaca di sana, medannya di sana, juga perlu menjadi pertimbangan," tutur Yudo di Mabes TNI Cilangkap, Jakarta Timur, Rabu (8/3/2023).

Menurut Yudo, TNI melakukan operasi penyelamatan pilot Susi Air bersama dengan Polri dan stakeholder terkait. Selain itu, pertimbangan keamanan masyarakat sipil pun juga menjadi prioritas.

"Sampai saat ini masih belum diketemukan, tapi operasi tetap jalan terus untuk penyelamatan sandera itu. Karena apa, karena kita tetap menjaga supaya masyarakat sipil tidak terlibat, tidak kena," jelas dia.

 

3 dari 4 halaman

Berdampam ke Masyarakat Sipil

Panglima TNI mengatakan, apabila operasi serentak dilaksanakan maka berpotensi besar berdampak pada masyarakat sipil. Sebab, penyanderaan yang dilakukan KKB dibawa berpindah-pindah ke wilayah penduduk.

"Sehingga ya harus sabar menyelesaikan ini, tidak langsung (serbu). Kalau Operasi Militer iya, tapi ini bukan Operasi Militer, ingat bukan Operasi Militer," katanya.

"Saya punya prajurit berkemampuan khusus, mempunyai alutsista yang bisa menyelesaikan itu kalau harus menyelesaikan, tapi ini bukan, ingat ini adalah operasi penegakan hukum sehingga harus mengedepankan hukum," Yudo menandaskan.

 

4 dari 4 halaman

Susi Air Rugi

Founder Susi Air, Susi Pudjiastuti memberikan informasi terkini mengenai kasus penyanderaan Pilot Capt Phillips Mark Mehrtens oleh kelompok yang mengaku sebagai Organisasi PapuaMerdeka (OPM). Ia mengaku sangat prihatin dan tidak menyangka atas kejadian ini.

"Saya pribadi statement saya adalah apapun kita berjuang untuk kebebasan dan kebaikan ya tentu dengan kebaikan bukan dengan mengambil kemerdekaan orang lain," ucap dia di Jakarta, Rabu (1/3/2023).

Mantan Menteri Kelautan dan Perikanan ini mengaku, akibat kejadian pembakaran pesawat dan penyanderaan pilot sangat berdampak kepada operasional pesawat Susi Air.

Sebanyak hampir 40 persen operasional penerbangan di Papua terhenti. Secara spesifik, sebanyak 70 persen operasional penerbangan jenis Porter menjadi terhenti.

"Hal ini berdampak sejumlah tempat yang selama ini dilayani penerbangan perintis aksesnya menjadi terputus," ungkap Susi.

Dengan kerendahan hati, Susi berharap kelompok penyandera untuk segera membebaskan Capt Phillips Mark Mehrtens agar bisa kembali berkumpul dengan keluarganya. Susi menilai, pilot asal Selandia Baru tersebut sebagai pribadi yang baik dan penuh dedikasi.

"Kami selalu berharap dia kembali dalam keadaan sehat dan selamat. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada Pemerintah Pusat, TNI, Polri, Pemerintah Daerah, Dewan Gereja, Tokoh Adat terus berupaya melakukan berbagai cara untuk menyelamatkan Pilot yang disandera," ucap Susi.