Liputan6.com, Jakarta Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, menyampaikan, pertumbuhan kendaraan roda empat maupun roda dua saat ini jauh lebih tinggi dibandingkan pembangunan jalan. Kondisi ini mengakibatkan ruas jalanan menjadi macet.
Dia mencatat, penjualan mobil mencapai 1.048.000 unit di sepanjang 2022. Angka ini naik 18 persen secara year on year (yoy).
Baca Juga
Sementara penjualan kendaraan roda dua untuk dalam negeri sebanyak 5,2 juta di tahun lalu. Sedangkan, penjualan sepeda motor untuk impor mencapai 743 ribu unit di tahun 2022.
Advertisement
"Kapasitas produksi naik luar biasa. Makanya infrastruktur jalan belum bisa mengimbangi pertumbuhan industri roda empat dan roda dua," ucapnya saat membuka acara Gaikindo Jakarta Auto Week (GAJW) di JCC Senayan, Jakarta, Jumat (10/3).
Meski begitu, penjualan kendaraan roda empat listrik di Indonesia masih rendah. Dia mencatat, mobil listrik baru laku terjual 10.180 unit dari total penjualan 1.048.000 unit mobil di sepanjang 2022.
"Terkait mobil listrik penjualan masih kecil, 10.180 unit dari 1 juta mobil listrik hanya 10 ribu unit," jelasnya.
Untuk itu, pemerintah meluncurkan program intensif atau subsidi bagi pembelian kendaraan listrik roda empat maupun roda. Untuk roda dua, pemerintah akan memberikan subsidi senilai Rp 7 juta bagi pelaku UMKM.
Subsidi Kendaraan Listrik
Sementara itu, untuk skema subsidi kendaraan roda empat listrik masih dalam proses pembahasan bersama kementerian/lembaga terkait.
"Subsidi ini untuk 200.000 unit kendaraan (motor listrik) baru dan konversi 50.000 unit," bebernya.
Sedangkan untuk skema subsidi mobil listrik masih dalam proses pembahasan bersama kementerian/lembaga terkait. Â
123 Juta Orang Diprediksi Lalu Lalang Saat Mudik Lebaran 2023, Awas Macet!
Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi memprediksi pergerakan masyarakat saat mudik Lebaran 2023 mencapai 123,8 juta orang.
Hal tersebut berdasarkan hasil survei potensi pergerakan masyarakat selama masa Lebaran 2023 (Idul Fitri 1444 H) yang dilakukan Kementerian Perhubungan melalui Badan Kebijakan Transportasi (BKT).
Jumlah itu meningkat 14,2 persen jika dibandingkan dengan prediksi pergerakan masyarakat di masa Lebaran tahun 2022 lalu yang mencapai 85,5 juta orang.
"Melihat potensi pergerakan masyarakat yang begitu tinggi pada masa mudik tahun ini, kami bersama pemangku kepentingan terkait akan menyiapkan langkah-langkah antisipasi," kata Menhub dalam keterangan resmi, Selasa (7/3/2023).
Menhub menyebut antisipasi itu, baik berupa penyiapan sarana prasarana transportasi, aspek keselamatan, manajemen rekayasa lalu lintas, dan kebijakan lainnya, agar penyelenggaraan mudik tahun ini dapat berjalan dengan selamat, aman, dan terkendali.
Tak Ada PPKM
Menhub menjelaskan beberapa faktor yang menyebabkan tingginya potensi pergerakan masyarakat di masa mudik 2023, di antaranya tidak adanya Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM), memasuki masa pra-endemi atau mendekati normal pasca pandemi COVID-19, perekonomian yang semakin membaik, tidak ada pembatasan atau larangan perjalanan, dan persepsi positif dari masyarakat pada penyelenggaraan angkutan Lebaran 2022 lalu.
"Penanganan arus mudik dan balik pada Lebaran tahun ini sangat menantang. Maka itu kami telah menyiapkan langkah antisipasi sejak awal tahun. Selain itu, evaluasi dari penyelenggaraan mudik serta Natal dan tahun baru sebelumnya menjadi bekal penting sebagai pelajaran agar tahun ini bisa lebih baik lagi," ujarnya.
Berdasarkan hasil survei tersebut, asal pergerakan masyarakat diprediksi didominasi dari Pulau Jawa, yaitu sebesar 62,5 persen atau 77,3 juta orang.
Advertisement
5 Daerah Asal
Adapun lima daerah asal pemudik terbanyak, yaitu Jawa Timur 17,1 persen (21,2 juta orang), Jawa Tengah 15,1 persen (18,7 juta orang), Jabodetabek 14,8 persen (18,3 juta orang), Jawa Barat 12,1 persen (14,9 juta orang), dan Sumatera Utara 3,6 persen (4,4 juta orang).
Sementara, lima daerah tujuan perjalanan masyarakat tertinggi, yaitu Jawa Tengah 26,45 persen (32,75 juta orang), Jawa Timur 19,87 persen (24,6 juta orang), Jawa Barat 16,73 persen (20,72 juta orang), Jabodetabek 6,52 persen (8,07 juta orang), dan Yogyakarta 4,78 persen (5,9 juta orang).
Sedangkan puncak arus mudik diperkirakan terjadi pada H-1 (21 April 2023), dimana diprediksi terjadi pergerakan sebesar 14,3 persen (17,7 juta orang). Peningkatan perjalanan pada arus mudik diprediksi mulai meningkat sejak H-3 (19 April 2023).
Untuk puncak arus balik, diperkirakan terjadi pada H+2 (25 April 2023) dan diprediksi pergerakan yang masih cukup tinggi hingga H+3 (26 April 2023).