Liputan6.com, Jakarta- Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) melemah pada perdagangan di awal pekan ini. Pelemahan rupiah hari ini terjadi di tengah kejatuhan Silicon Valley Bank (SVB) di AS yang menyebabkan sentimen risk off di pasar.
Pada Senin (13/3/2023), Nilai tukar rupiah pada Senin pagi dibuka tergelincir lima poin atau 0,03 persen ke posisi 15.455 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya 15.450 per dolar AS.
Baca Juga
"Rupiah diperkirakan melemah di tengah sentimen risk off di pasar oleh kejatuhan Silicon Valley Bank," kata analis DCFX Futures Lukman Leong dikutip dari Antara.
Advertisement
Sentimen risk off menunjukkan investor menghindari atau melepas aset dan mata uang berisiko, sehingga rupiah akan dilepas investor.
Regulator perbankan California mengatakan mereka menutup SVB Financial Group untuk melindungi simpanan dalam kegagalan bank terbesar sejak krisis keuangan. Krisis modal di SVB telah menekan saham bank-bank secara global.
Silicon Valley Bank telah mencoba tetapi gagal menopang neracanya melalui penjualan saham yang diusulkan pada Rabu 8 Maret 2023 malam.
Runtuhnya Silicon Valley Bank membuat investor berspekulasi bahwa Fed sekarang akan enggan mengguncang perahu dengan menaikkan suku bunga sebesar 50 basis poin bulan ini, dengan sorotan kuat pada data inflasi Selasa 14 Maret 2023.
Pelemahan Rupiah Tertahan
Lukman menuturkan pelemahan rupiah mungkin akan sedikit tertahan oleh melemahnya dolar AS setelah rilis data ketenagakerjaan nonpertanian atau Non-farm Payrolls (NFP) yang menunjukkan pertumbuhan upah yang lebih rendah dari perkiraan.
Hasil data tenaga kerja agak mix, dengan penambahan pekerjaan sebesar 311 ribu jauh di atas perkiraan untuk 205 ribu.
Namun, upah naik lebih lambat hanya 0,2 persen dari perkiraan 0,3 persen untuk month on month dan 4,6 persen lebih rendah dari perkiraan 4,7 persen secara tahunan (year on year/yoy).
Ia memproyeksikan nilai tukar rupiah berpeluang bergerak di kisaran 15.400 per dolar AS sampai dengan 15.550 per dolar AS.
5 Alasan Nilai Tukar Rupiah Bakal Berdiri Gagah di 2023
Bank Indonesia (BI) yakin bahwa nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) tetap akan perkasa di 2023. Keyakinan ini setelah melihat realisasi di awal tahun sekaligus stabilitas sistem keuangan sekaligus kondisi ekonomi nasional.
Nilai tukar rupiah mampu berdiri gagah jika melihat kondisi per 15 Februari 2023. Lewat unggahan media sosial Instagram @bank_indonesia, rupiah mampu menguat 2,39 persen dibandingkan dengan level akhir Desember 2022.
Jika dibandingkan dengan mata uang negara tetangga, rupiah juga masih jauh perkasa. Terlihat mata uang Filipina hanya mampu naik 0,99 persen. Sedangkan dilanjutkan Thailand hanya menguat 0,85 persen. Bahkan mata uang ringgit Malaysia hanya naik sebesar 0,27persen.
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengatakan, rupiah tak bakal tumbang karena didukung 5 faktor fundamental yang akan menjadi kunci menguatnya Rupiah.
“Bank Indonesia tidak menargetkan level, melainkan memberikan direction bahwa Rupiah akan menguat.” kata Perry dikutip pada Kamis (23/2/2023).
Berikut 5 alasan nilai tukar Rupiah akan menguat di 2023 menurut Bank Indonesia:
1. Prospek pertumbuhan ekonomi nasional yang tercatat baik, di antaranya:
- Pertumbuhan ekonomi Indonesia triwulan IV 2022 tinggi sebesar 5,01% (yoy)
- Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada triwulan IV 2022 mencatat surplus 4,7miliar dolar AS.
- PMI-BI triwulan IV 2022 sebesar 50,06% atau berada pada fase ekspansi (indeks >50%)
2. Tekanan inflasi berlanjut turun
Inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) Januari 2023 tercatat rendah sebesar 0,34% (mtm) atau 5,28% (yoy), menurun dibandingkan dengan inflasi bulan sebelumnya sebesar 5,51% (yoy).
3. Imbal hasil Surat Berharga Negara (SBN) jangka pendek menarik
Imbal hasil SBN tenor jangka pendek meningkat 100 bps dibandingkan dari sebelum kenaikan BI7DRR pada Juli 2022. Di samping itu, Imbal hasil SBN tenor jangka panjang tetap terkendali.
4. Komitmen Bank Indonesia
BI berkomitmen untuk terus melakukan stabilisasi kurs melalui intervensi di pasar valas dengan transaksi spot, Domestic Non Deliverable Forward (DNDF), dan pembelian/penjualan SBN di pasar sekunder.
5. Meredanya ketidakpastian pasar keuangan global
Keadaan ini memicu optimisme dari pasar global yang berdampak pada meningkatnya aliran masuk modal asing di pasar keuangan domestik. Ini tercermin dari investasi portofolio yang mencatat net inflows sebesar 6miliar dolar AS hingga 14 Februari 2023.
Advertisement