Sukses

Mantan Ketua FDIC: Silicon Valley Bank Bangkrut, The Fed Perlu Pangkas Suku Bunga

Mantan ketua FDIC mengatakan keruntuhan Silicon Valley Bank menjadi sinyal untuk The Fed turunkan suku bunga.

Liputan6.com, Jakarta - Mantan ketua Federal Deposit Insurance Corporation (FDIC), Sheila Bair mengatakan bahwa keruntuhan Silicon Valley Bank menjadi salah satu dorongan untuk Federal Reserve atau The Fed menurunkan suku bunga.

"The Fed perlu menghentikan sementara dan menilai dampak penuh dari tindakannya sejauh ini sebelum menaikkan suku bunga lebih lanjut," kata Bair, dikutip dari CNN Business, Selasa (14/3/2023). 

“Jika mereka berhenti menaikkan, itu akan memiliki efek penyelesaian di pasar," ujar mantan ketua FDIC yang memimpin saat krisis keuangan tahun 2008.

Silicon Valley Bank menjadi kasus kedua setelah Washington Mutual mengalami keruntuhan bank terbesar dalam sejarah AS.

Sebelumnya, investor telah mengantisipasi kenaikan suku bunga sebesar setengah poin persentase pada pertemuan The Fed pada 21-22 Maret mendatang. Tetapi Bair mengatakan kenaikan itu tidak "disarankan" mengingat keruntuhan Silicon Valley Bank.

"Ketika uang semakin ketat, aset keuangan kehilangan nilainya. Itu harus dikelola dengan hati-hati," dia mengingatkan.

Pada akhir tahun lalu, bank-bank di AS telah mengalami kerugian hingga USD 620 miliar atau Rp. 9,5 kuadriliun yang belum direalisasi (aset yang kehilangan nilainya tetapi belum dijual), menurut data FDIC. Nilai itu dikhawatirkan bisa semakin anjlok jika The Fed terus menaikkan suku bunga.

Silicon Valley Bank sendiri telah merugi sebesar USD 1,8 miliar pada obligasi yang dipegangnya pekan lalu karena terburu-buru menjual sekuritas dalam upaya untuk menopang neraca keuangannya.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Usai Ambil Alih, FDIC Tunjuk Tim Mayopoulos jadi CEO Baru Silicon Valley Bank

Menyusul keruntuhannya, regulator Amerika Serikat menunjuk Chief Executive Officer (CEO) baru Silicon Valley Bank atau SVB.

Melansir US News, Selasa (14/3/2023) Federal Deposit Insurance Corporation (FDIC) menunjuk Tim Mayopoulos sebagai CEO Silicon Valley Bank. 

 Tim Mayopoulos dikenal sebagai mantan kepala perusahaan jasa keuangan Fannie Mae, anak perusahaan dari Silicon Valley Bank Financial Group yang sudah tidak beroperasi.

Mayopoulos menjabat sebagai kepala eksekutif Fannie Mae selama lebih dari enam tahun sebelum bergabung dengan fintech Blend.

Seperti diketahui, bangkrutnya Silicon Valley Bank menjadi keruntuhan terbesar di AS sejak krisis keuangan tahun 2008, melumpuhkan saham dan memicu kekhawatiran akan penularan di seluruh pasar global.

Silicon Valley Bank kolaps dalam 48 jam setelah dikabarkan mengalami krisis modal, berusaha mengumpulkan USD 2,25 miliar atau sekitar Rp 34,5 triliun untuk mengatasi kerugian yang dialaminya.

Kerugian Silicon Valley Bank disebabkan oleh penjualan aset, terutama obligasi pemerintah AS, yang telah dipengaruhi oleh suku bunga yang lebih tinggi.

FDIC kemudian ditunjuk sebagai pengendali, melikuidasi aset bank dan membayar kembali pelanggannya.

Regulator juga telah mentransfer semua simpanan — baik yang diasuransikan maupun yang tidak diasuransikan — dan secara substansial semua aset bank ke bank perantara yang baru dibuat.

Kolapsnya Silicon Valley Bank menyusul serangkaikan kenaikan suku bunga Federal Reserve yang agresif ntuk menjinakkan inflasi.

 Langkah itu mendorong biaya pinjaman yang tinggi, melemahkan momentum saham teknologi yang menguntungkan Silicon Valley Bank.

3 dari 4 halaman

Susul Silicon Valley Bank, Regulator AS Kini Tutup Signature Bank

egulator Amerika Serikat menutup Signature Bank yang berbasis di New York pada Minggu 12 Maret 2023, dua hari setelah Silicon Valley Bank ditutup menyusul keruntuhan yang menyebabkan miliaran deposito tertahan.

Melansir US News, Senin (13/3/2023) Federal Deposit Insurance Corporation (FDIC) mengambil alih Signature Bank yang memiliki aset senilai USD 110,36 miliar atau Rp. 1,7 kuadriliun dan deposito USD 88,59 pada akhir tahun lalu, menurut keterangan dari Departemen Layanan Keuangan negara bagian New York.

 "Semua deposan Signature Bank dan Silicon Valley Bank akan menjadi utuh, dan tidak ada kerugian yang akan ditanggung oleh pembayar pajak," kata Departemen Keuangan AS dan regulator bank lainnya dalam pernyataan bersama.

Kegagalan Signature Bank mengikuti penutupan Silicon Valley Bank pada 10 Maret, yang terbesar kedua dalam sejarah AS setelah Washington Mutual, kolaps selama krisis keuangan 2008.

4 dari 4 halaman

Lini Bisnis Signature Bank

Sebagai informasi, Signature Bank dikenal sebagai bank komersial yang memiliki kantor di New York, Connecticut, California, Nevada, dan Carolina Utara, serta memiliki sembilan lini bisnis nasional termasuk real estat komersial dan perbankan aset digital di AS.

Pada September 2022, hampir seperempat dana yang disimpanannya berasal dari sektor mata uang kripto, tetapi bank tersebut mengumumkan pada bulan Desember bahwa mereka akan menyusutkan simpanan terkait kripto sebesar USD 8 miliar.

Kemudian pada Februari 2023, Signature Bank mengumumkan bahwa chief executive officer-nya, Joseph DePaolo, akan beralih ke jabatan penasihat senior pada tahun 2023 dan akan digantikan oleh chief operating officer bank, Eric Howell.

DePaolo telah menjabat sebagai presiden dan CEO sejak Signature Bank berdiri pada tahun 2001.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini