Liputan6.com, Jakarta Kebangkrutan Silicon Valley Bank (SVB) telah mendorong perpindahan nasabah ke sejumlah bank ternama di Amerika Serikat.Â
Melansir US News, Rabu (15/3/2023) sejumlah pelanggan dilaporkan telah mengajukan permohonan untuk mengalihkan rekening mereka ke bank besar AS seperti JPMorgan Chase & Co dan Citigroup dari pemberi pinjaman yang lebih kecil setelah keruntuhan Silicon Valley Bank.
Laporan itu datang dari surat kabar bisnis asal Inggris, Financial Times pada Selasa (14/3), mengutip beberapa sumber yang mengetahui kabar tersebut.
Advertisement
Bank-bank pemberi pinjaman ini, termasuk Bank of America Corp, mencoba untuk mengakomodasi permintaan transfer tersebut dengan mengambil langkah ekstra untuk mempercepat proses pendaftaran normal, menurut laporan Financial Times.
Disebutkan, langkah darurat pemerintah AS untuk menghentikan krisis lebih lanjut pada bank tidak menghentikan para deposan untuk berupaya memindahkan rekening mereka ke bank yang lebih besar atau beralih ke dana pasar uang.
Sementara itu, Citigroup enggan mengomentari laporan Financial Times, juga JPMorgan dan Bank of America tidak menanggapi permintaan komentar.
Sebelumnya, CEO baru Silicon Valley Bank Tim Mayopoulos telah menyatakan bahwa SVB masih membuka bisnis dan layanannya seperti biasa.
Seperti diketahui, Federal Deposit Insurance Corporation (FDIC) telah turun tangan dengan mengambil alih kendali Silicon Valley Bank menyusul kolapsnya bank tersebut dalam 49 jam, melindungi simpanan nasabah senilai USD 50.000, tetapi simpanan melebihi jumlah itu - yang merupakan 85 persen dari akun SVB.
CEO Baru Silicon Valley Bank : Kami Masih Buka Bisnis dan Layanan Seperti Biasa
Tim Mayopoulos buka suara menyusul penunjukkannya sebagai bos baru Silicon Valley Bank.
Melansir US News, Selasa (14/3/2023) Tim Mayopoulos pada Senin 13 Maret 2023 mengatakan kepada kliennya bahwa Silicon Valley Bank masih membuka bisnis dan layanannya seperti biasa.
Diketahui bahwa sebelumnya, Federal Deposit Insurance Corporation (FDIC) telah menunjuk mantan kepala Fannie Mae, Tim Mayopoulos sebagai CEO Silicon Valley Bank N.A, setelah regulator mengambil kendali SVB menyusul keruntuhannya yang melumpuhkan saham dan memicu kekhawatiran di seluruh pasar global.
Dalam surat kepada klien, Mayopoulos mengatakan bahwa Sillicon Valley Bank akan terus memberikan informasi menyusul kebangkrutannya.
"Saya berharap dapat mengenal klien Silicon Valley Bank...Saya juga datang ke peran ini dengan pengalaman dalam situasi seperti ini. Saya adalah bagian dari tim kepemimpinan baru yang bergabung dengan Fannie Mae setelah krisis keuangan. pada 2008-2009, dan saya menjabat sebagai CEO Fannie Mae dari 2012-2018," kata Mayopoulos dalam sebuah surat.
Tim Mayopoulos dikenal sebagai mantan kepala perusahaan jasa keuangan Fannie Mae, anak perusahaan dari Silicon Valley Bank Financial Group yang sudah tidak beroperasi.
Mayopoulos menjabat sebagai kepala eksekutif Fannie Mae selama lebih dari enam tahun sebelum bergabung dengan fintech Blend.
Advertisement
Mantan Ketua FDIC: Silicon Valley Bank Bangkrut, The Fed Perlu Pangkas Suku Bunga
Mantan ketua Federal Deposit Insurance Corporation (FDIC), Sheila Bair mengatakan bahwa keruntuhan Silicon Valley Bank menjadi salah satu dorongan untuk Federal Reserve atau The Fed menurunkan suku bunga.
"The Fed perlu menghentikan sementara dan menilai dampak penuh dari tindakannya sejauh ini sebelum menaikkan suku bunga lebih lanjut," kata Bair, dikutip dari CNN Business, Selasa (14/3/2023).Â
"Jika mereka berhenti menaikkan, itu akan memiliki efek penyelesaian di pasar," ujar mantan ketua FDIC yang memimpin saat krisis keuangan tahun 2008.
Silicon Valley Bank menjadi kasus kedua setelah Washington Mutual mengalami keruntuhan bank terbesar dalam sejarah AS.
Sebelumnya, investor telah mengantisipasi kenaikan suku bunga sebesar setengah poin persentase pada pertemuan The Fed pada 21-22 Maret mendatang. Tetapi Bair mengatakan kenaikan itu tidak "disarankan" mengingat keruntuhan Silicon Valley Bank.
"Ketika uang semakin ketat, aset keuangan kehilangan nilainya. Itu harus dikelola dengan hati-hati," dia mengingatkan.
Pada akhir tahun lalu, bank-bank di AS telah mengalami kerugian hingga USD 620 miliar atau Rp. 9,5 kuadriliun yang belum direalisasi (aset yang kehilangan nilainya tetapi belum dijual), menurut data FDIC. Nilai itu dikhawatirkan bisa semakin anjlok jika The Fed terus menaikkan suku bunga.
Silicon Valley Bank sendiri telah merugi sebesar USD 1,8 miliar pada obligasi yang dipegangnya pekan lalu karena terburu-buru menjual sekuritas dalam upaya untuk menopang neraca keuangannya.
Â
Sekilas Tentang Silicon Valley Bank Kolaps
Diwartakan sebelumnya, Silicon Valley Bank kolaps dan ditutup dalam 48 jam setelah dikabarkan mengalami krisis modal.
Penjualan aset, terutama obligasi pemerintah AS, yang telah dipengaruhi oleh suku bunga yang lebih tinggi menjadi penyebab meruginya Silicon Valley Bank.
Federal Deposit Insurance Corporation (FDIC) ditunjuk sebagai pengendali Silicon Valley Bank, untuk melikuidasi aset bank dan membayar kembali pelanggannya.
Setelah resmi ditutup, regulator mentransfer semua simpanan nasabah SVB, baik yang diasuransikan maupun yang tidak diasuransikan, dan secara substansial semua aset bank ke bank perantara yang baru dibuat.
Advertisement