Liputan6.com, Jakarta - Seorang pebisnis dan investor Amerika Serikat (AS) Barbara Cororan memastikan bahwa sebuah penawaran yang bagus tidak semata-mata datang dari berapa uang yang ditawarkan. Namun penawaran juga bergantung pada waktu dan kecerdasan emosional.
“Negosiasi benar-benar berkaitan dengan ego dan waktu,” kata wanita berusia 73 tahun itu, mengutip CNBC Make It, Minggu (19/3/2023).
Baca Juga
Menurut wanita yang mendapat sebutan Ratu Properti ini, hal ini dipelajari melalui kegagalan. Seperti pengalaman sekitar 3 dekade lalu, Corcoran dihadapkan tawaran untuk menjual bisnis real estat The Corcoran Group dan ia tertarik untuk menerima tawaran tersebut.
Advertisement
Namun, calon pembeli justru menolak harga permintaan pada awalnya. Butuh beberapa hari untuk memikirkan tawaran balasan. Sampai saat Barbara Corcoran mengirim lagi, pembeli tidak hanya menolak, tetapi mereka sepenuhnya membatalkan negosiasi.
Kesalahan yang dilakukannya bukanlah memberi harga tinggi, melainkan pembeli merasa tidak dihargai ketika Barbara Cororan tidak segera membalas.
Sepuluh tahun kemudian atau pada pada 2001, Corcoran mendapat tawaran dari perusahaan real estat NRT dengan harga USD 22 juta. Tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan, dia dengan cepat mengajukan penawaran balasannya bahkan mengajukan harga USD 66 juta. Meski terkesan rakus, NRT tetap menerimanya.
Menurut Corcoran, dia bisa mendapat kesepakatan berkat minat kerja yang tampak melalui kecepatan memberikan tawaran balasan. Dia juga mengajarkan hal ini kepada karyawannya dan melihat adanya tren yang menarik.
Mematahkan Stereotip
Corcoran berkata, “Kami belajar mengelola ego lebih dari sekadar angka, dan staf saya yang didominasi wanita sangat fenomenal, dan jauh lebih baik daripada staf pria yang saya miliki.”
Hal ini berhasil mematahkan stereotip pria bernegosiasi lebih baik dari wanita padahal wanita Amerika masih menjadi korban kesenjangan upah kerja. Wanita Amerika hanya memperoleh 82 persen dari pendapatan tahunan rata-rata rekan pria mereka pada 2022, mengutip Pew Research Center.
Berkaitan negosiasi, pengalaman adalah kuncinya terutama karena melibatkan belajar untuk bangkit dan mencoba lagi setelah melakukan kesalahan.
″[Negosiasi] adalah keterampilan terpenting kedua, setelah bangkit kembali dari penolakan,” katanya.
Corcoran juga melanjutkan, “Sayangnya, satu-satunya cara untuk benar-benar belajar adalah dengan tersandung dan membuat banyak kesalahan.”
Advertisement