Sukses

Menko Luhut Gandeng Singapura Bangun Industri Panel Surya, Nilainya Rp 765 Triliun

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan dikabarkan akan melaksanakan penandatanganan kerjasama dengan Singapura dalam sektor industri panel surya.

Liputan6.com, Jakarta Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan dikabarkan akan melaksanakan penandatanganan kerjasama dengan Singapura dalam sektor industri panel surya.

Hal itu diungkapkan Direktur Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Dadan Kusdiana di sela-sela acara MoU antara Kementerian ESDM dengan Global Energy Alliance for People and Planet (GEAPP) di Kantor Kementerian ESDM, Jakarta, Kamis (16/3/2023).

Dadan menyampaikan, penandatanganan MoU soal industri panel Surya antara Indonesia-Singapura akan dilakukan Menko Luhut dengan menteri terkait dari Singapura, disaksikan langsung Presiden Joko Widodo (Jokowi).

"Saya itu ikut rapat kemarin pagi jam 6 pagi. Itu rapat kedua, finalisasi. Targetnya itu ditandatangani pada saat Presiden ke sana. Setahu saya antara pak Luhut dengan menteri di sana, hari ini. Targetnya hari ini tanda tangan," ujar Dadan.

Kolaborasi Industri Panel Surya

Menurut dia, kolaborasi industri panel surya RI-Singapura bagus, lantaran Indonesia punya modal dan minat besar akan sektor energi terbarukan.

"Kita punya energi terbarukan, tapi kita tidak punya pabriknya untuk mengolah. Jadi pabriknya nanti inginnya di Indonesia," ungkapnya.

Dalam kerjasama ini, Luhut sebelumnya mengatakan, total nilai investasi keseluruhan diperkirakan mencapai USD 50 miliar, atau setara Rp 765 triliun (asumsi kurs Rp 15.300 per dolar AS). "Kita kan harus melihat, kita punya market berapa, keekonomiannya berapa. Kemenko Marves ngitungnya seperti itu," imbuh Dadan.

 

2 dari 4 halaman

Kolaborasi Industri Solar Panel

Untuk jangka pendek, ia menambahkan, kolaborasi industri solar panel kedua negara per sekarang yakni dengan membangun pabrik pembangkit listrik tenaga surya (PLTS). "Dari hulu ya, bukan nyambung-nyambung. Kita ingin punya industri yang hulunya," sebutnya.

Namun, Dadan mengaku belum mengetahui secara pasti skema business to business (B2B) dalam kerjasama itu, termasuk siapa badan usaha yang ditunjuk.

"Kita secara formal, government to government, memahami dengan MoU tersebut bahwa Indonesia demand-nya besar untuk EBT. Sumber dayanya juga besar, ada potensi juga untuk ekspor ke luar, termasuk ke Singapura. Sekarang kita dorong pabriknya juga ada di sini, pabrik panel," tuturnya.

 

 

3 dari 4 halaman

Punya 3 PLTS Baru, Kepulauan Selayar Terang Benderang Oktober Nanti

PT PLN (Persero) membangun tiga Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) dengan total kapasitas 3,2 megawatt peak (MWp), untuk menyalurkan listrik berbasis energi baru terbarukan (EBT) kepada masyarakat kepulauan di Kabupaten Selayar, Sulawesi Selatan.

Ditargetkan beroperasi pada Oktober 2023, ketiga proyek ini akan dibangun pada lokasi yang tersebar, yakni di Desa Pasimarannu dengan kapasitas 1.398 kilowatt peak (kWp), Desa Takabonerate dengan kapasitas 1.114 kWp, dan Desa Pasilambena dengan kapasitas 695 kWp.

General Manager PLN Unit Induk Distribusi Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara dan Sulawesi Barat, Moch Andy Adchaminoerdin, mengatakan kehadiran PLTS jadi wujud komitmen PLN dalam menghadirkan energi yang ramah lingkungan.

"Ini menjadi komitmen PLN dalam menghadirkan energi yang ramah lingkungan, khususnya di wilayah Sulselrabar. Semoga dengan adanya kontrak pembangunan tiga PLTS bisa selesai sesuai rencana, sehingga masyarakat yang berada di Kepulauan Selayar bisa segera menikmati listrik dan mampu meningkatkan taraf hidup dan perekonomian," ujar Andy, Senin (23/1/2023).

  Perbesar PLN bangun tiga Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) di Kabupaten Selayar, Sulawesi Utara, dengan berkapasitas 3,2 megawatt (MW). (Dok PLN)Di sisi lain, hadirnya tiga PLTS nantinya dapat memperkuat keandalan pasokan listrik serta perbaikan pelayanan pada pelanggan eksisting yang berada di sekitar lokasi tersebut.

Tiga PLTS ini akan menjadi pasokan tambahan dalam melayani 29.392 pelanggan. Sebelumnya, Kabupaten Selayar sudah memiliki satu PLTS dengan kapasitas 1,3 Mega Watt peak (MWp) di Desa Parak, Kecamatan Bontomanai.

Sebagai catatan, saat ini sistem kelistrikan Sulawesi bagian Selatan, khususnya di Sulselrabar telah disuplai oleh energi terbarukan, seperti PLTB Tolo (60MW), PLTB Sidrap (70MW), PLTA Bakaru (2x63MW), PLTA Poso (515 MW), PLTA Malea (90 MW), PLTA Bili-bili (19,5 MW).

Sehingga berhasil menambah bauran EBT di Sulawesi Bagian Selatan sebesar 45,8 persen, di atas target nasional 23 persen pada 2025.

4 dari 4 halaman

PLTS Atap jadi Andalan Kejar Bauran EBT 23 Persen di 2025

pemerintah gencar mendorong pemanfaatan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Atap untuk memenuhi kebutuhan energi listrik pada berbagai sektor.

Target capaian nol emisi karbon pada tahun 2060 serta tingkat bauran energi terbarukan sebesar 23 persen di tahun 2025 dapat diraih dengan pengembangan energi surya secara masif, khususnya pada sektor industri komersial. Sektor industri dipercaya menjadi sektor potensial untuk percepatan penetrasi energi baru terbarukan (EBT).

Sejalan dengan upaya pemerintah untuk meningkatkan angka bauran energi terbarukan, SUNterra giat bekerja sama dengan berbagai pihak untuk melakukan instalasi Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) guna mengurangi jejak karbon dari aktivitas operasional setiap perusahaan.

Berfokus pada sektor residensial, sosial, dan komersial skala menengah, SUNterra berhasil mencatat proyek PLTS lebih dari 2,5 MWp semenjak didirikan pada tahun 2020.

PT Modern Plastic Industry (MPI) merupakan salah satu portofolio komersial yang membanggakan bagi SUNterra. Perusahaan yang bergerak sebagai produsen kemasan plastik ini mulai menjalankan praktik bisnis yang berkelanjutan dengan instalasi PLTS Atap berkapasitas 151,25 kWp.