Liputan6.com, Jakarta Bank Indonesia (BI) segera meluncurkan Kartu Kredit Pemerintah dalam bentuk fisik demi menambah layanan keuangan. Rencananya, soft launching kartu kredit pemerintah ini berlangsung pada April 2023 dan grand launching pada Mei 2023.
Ini diungkapkan Gubernur BI Perry Warjiyo saat konferensi pers di Jakarta, Kamis (17/3/2023). "Sesuai instruksi arahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) kartu kredit segera kita keluarkan soft launching awal April ini dan grand launching bulan Mei," jelas dia.
Keberadaan kartu kredit nasional pada transaksi domestik bertujuan demi memperluas layanan perbankan termasuk transaksi keuangan pemerinah yang besar.
Advertisement
"Komitmen kami memberikan layanan pembayaran digital yang betul-betul cepat, mudah, murah dan aman," ujarnya.
Nantinya kartu kredit domestik didesain bisa memfasilitasi pembelian barang dan jasa pemerintah baik pusat maupun daerah dengan skema pembayaran kartu kredit pemerintah yang prosesnya dilakukan secara domestik.
Sementara itu Deputi Gubernur Bank Indonesia Doni P Joewono menjelaskan, kartu kredit pemerintah ini tidak menggunakan Mastercard dan Visa, melainkan menggunakan GPN. Ini juga menjadi arahan dari Presiden Jokowi.
Pada tahun lalu, KKP yang menggunakan QRIS sudah diluncurkan untuk transaksi domestik. Sementara itu, progres persiapan KKP dalam bentuk kartu fisik saat ini sudah mencapai 92 persen di mana BI meninjau dari berbagai aspek termasuk aspek bisnis, teknis dan operasional.
BI meluncurkan KKP Domestik sebagai bentuk implementasi Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 2 Tahun 2022 yang tahap awalnya dilakukan melalui interkoneksi Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS).
Inpres Nomor 2 Tahun 2022 sendiri adalah tentang Percepatan Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri dan Produk Usaha Mikro, Usaha Kecil, dan Koperasi Dalam Rangka Menyukseskan Gerakan Nasional Bangga Buatan Indonesia pada Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.
Bos BI: Nilai Tukar Rupiah Lebih Gagah dari India-Malaysia
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengungkap nilai tukar mata uang rupiah lebih perkasa dibanding dengan negara tetangga. Diantaranya Malaysia, Thailand, hingga India.
Dia mencatat nilai tukar rupiah terdepresiasi 0,75 persen secara point-to-point di akhir Februari 2023. Namun, jika dilihat secara year-to-date (ytd), nilai tukar rupiah per 15 Maret 2023 menguat 1,32 persen dari level akhir Desember 2022.
Angka ini yang disebut Perry Warjiyo lebih baik dari capaian daei Rupee India, Baht Thailand, dan Ringgit Malaysia.
"Apresiasi ini lebih baik dibandingkan dengan apresiasi Rupee India sebesar 0,16 persen serta depresiasi Baht Thailand dan Ringgit Malaysia masing-masing sebesar -0,04 persen dan -1,8 persen," urainya.
Kedepannya BI memperkirakan kalau nilai tukar rupiah akan terjaga di level stabil. Mengingat ada sejumlah peningkatan ekonomi nasional yang berdampak positif.
"Kedepan BI mem stabilitas nilai tukar rupiah akan tetap terjaga sejalan dengan prospek pertumbuhan ekonomi Indonesia yang tinggi, inflasi rendah, surplus transaksi berjalan, serta imbal hasil aset keuangan domestik yang menarik," katanya.
"BI akan terus memperkuat kebijakan stabilisasi nilai tukar rupiah sebagai bagian untuk mengendalikan inflasi. Khususnya inflasi barang impor dan memitigasi dampak rambatan ketidakpastian pasar keuangan global terhadpa nilai tukar rupiah," sambung Perry Warjiyo.
Â
Advertisement
Tumbuh 5,3 persen
Bank Indonesia (BI) memprediksi ekonomi Indonesia mampu tumbuh positif di tahun 2023 ini. Angkanya berkisar antara 4,5-5,3 persen sepanjang tahun ini.
Optimisme ini diungkap Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo usai menggelar Rapat Dewan Gubernur Bulanan (RDGB) Maret 2023. Perry melihat ada sejumlah hal positif yang dicacatkan sektor ekonomi nasional.
"Dengan berbagai perkembangan positif tersebut pertumbuhan ekonomi pada 2023 diperkirakaan akan bias ke atas dalam kisaran 4,5-5,3 persen," ujarnya dalam Konferensi Pers, Kamis (16/3/2023).
Perry menjelaskan kalau pertumbuhan ekonomi domestik dikuatkan oleh peningkatan permintaan domestik dan ekspor. Di dalam negeri sendiri konsumsi rumah tangga diperkirakan terus menguat sejalan dengan meningkatnya mobilitas masyarakat di seluruh wilayah. Kemudian, membaiknya penjualan eceran dan bergerak positifnya keyakinan konsumen.
"Investasi juga tumbuh kuat ditopang penyelesaian proyek strategis nasional dan peningkatan aliran masuk penanamana modal asing (PMA)," urainya.
Â
Ekspor Lebih Tinggi
Menurutnya, prospek permintaan domestik yang meningkat juga dipengaruhi oleh dampak positif lanjutan dari peningkatan ekspor.
Ekspor barang jasa diperkirakan lebih tinggi dari proyeksi sebelumnya seiring dengan perbaikan prospek ekonomi global khususnya pembukaan kembali ekonomi di China.
"Perkembangan hingga di februari 2023 menunjukkan ekspor nonmigas Indoneisa tumbuh tinggi termasuk darinoenibgkatan ekspor batubara, bijih logam dan CPO ke Tiongkok," ungkapnya.
Â
Advertisement