Liputan6.com, Jakarta Goldman Sachs pada Rabu (15/3) menurunkan perkiraan untuk pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) Amerika Serikat di kuartal keempat 2022, karena krisis perbankan di negara itu salah satunya Silicon Valley Bank (SVB).
Melansir US News, Jumat (17/3/2023) analis di Goldman Sachs sekarang memperkirakan pertumbuhan ekonomi AS di kuartal terakhir 2022 hanya akan mencapai 1,2 persen.
Baca Juga
Angka tersebut menandai penurunan 0,3 poin persentase dari perkiraan Goldman Sachs sebelumnya.
Advertisement
Seperti diketahui, bank-bank regional di AS tengah berada dalam gelombang kekhawatiran sejak SVB Financial Group ditutup oleh regulator menyusul keruntuhannya pekan lalu.
Goldman Sachs juga mengakui tekanan di beberapa bank tetap ada meskipun agen federal telah bertindak agresif untuk mendukung sistem keuangan.
Prospek Sistem Perbankan AS
Sebelumnya, lembaga pemeringkat Moody's juga merevisi prospek sistem perbankan AS menjadi "negatif" dari "stabil".
Selain itu, Gedung Putih juga memantau perkembangan bank-bank kecil di AS, untuk memastikan keamanan dana simpanan para nasabah imbas bangkrutnya Silicon Valley Bank.
"Kami mendedikasikan banyak waktu untuk memastikan bahwa kami melewati ini dengan baik," kata seorang pejabat Gedung Putih, dikutip dari Channel News Asia.
Pejabat itu menambahkan, Gedung Putih terus berkomunikasi dengan Departemen Keuangan AS dan Federal Deposit Insurance Corporation (FDIC) tentang potensi masalah di bank lain, yang kasusnya hampir sama dengan SVB.
Bos Baru Silicon Valley Bank Rayu Masyarakat Mau Balik Jadi Nasabahnya Lagi
CEO baru Silicon Valley Bank, Tim Mayopoulos kini mengajak para nasabahnya untuk kembali menggunakan layanan SVB, setelah bank tersebut resmi diambil alih regulator Amerika Serikat untuk mengamankan simpanan dana nasabah.
"Hal nomor satu yang dapat Anda lakukan untuk mendukung masa depan lembaga ini adalah membantu kami membangun kembali basis simpanan kami," kata Tim Mayopoulos dalam sebuah pernyataan, dikutip dari Channel News Asia, Rabu (15/3/2023).
"Baik dengan meninggalkan simpanan di Silicon Valley Bank maupun mentransfer kembali simpanan yang tersisa selama beberapa hari terakhir," sambungnya.
Seperti diketahui, Silicon Valley Bank, pemberi pinjaman utama untuk start-up di seluruh AS sejak 1980-an kolaps dalam 48 jam setelah mengalami krisis modal.
Federal Deposit Insurance Corporation (FDIC) ditunjuk sebagai pengendali Silicon Valley Bank, melikuidasi aset bank dan membayar kembali pelanggannya.
"Kami melakukan semua yang kami bisa untuk membangun kembali, memenangkan kembali kepercayaan Anda dan terus mendukung ekonomi inovasi," lanjut Mayopoulos.
"Kami membuat pinjaman baru dan menghormati sepenuhnya fasilitas kredit yang ada," tambah dia.
Sebelumnya, Mayopoulos telah menyatakan bahwa Silicon Valley Bank masih membuka bisnis dan layanannya seperti biasa.
Melalui sebuah pesan surat kepada klien, Mayopoulos mengatakan pihaknya akan terus memberikan informasi menyusul kebangkrutannya.
"Saya berharap dapat mengenal klien Silicon Valley Bank...Saya juga datang ke peran ini dengan pengalaman dalam situasi seperti ini. Saya adalah bagian dari tim kepemimpinan baru yang bergabung dengan Fannie Mae setelah krisis keuangan. pada 2008-2009, dan saya menjabat sebagai CEO Fannie Mae dari 2012-2018," terangnya, mengutip US News.
Advertisement
Di Balik Kebangkrutan Silicon Valley Bank, JPMorgan Hingga Citigroup Kebanjiran Klien Baru
Kebangkrutan Silicon Valley Bank (SVB) telah mendorong perpindahan nasabah ke sejumlah bank ternama di Amerika Serikat.
Melansir US News, Rabu (15/3/2023) sejumlah pelanggan dilaporkan telah mengajukan permohonan untuk mengalihkan rekening mereka ke bank besar AS seperti JPMorgan Chase & Co dan Citigroup dari pemberi pinjaman yang lebih kecil setelah keruntuhan Silicon Valley Bank.
Laporan itu datang dari surat kabar bisnis asal Inggris, Financial Times pada Selasa (14/3), mengutip beberapa sumber yang mengetahui kabar tersebut.
Bank-bank pemberi pinjaman ini, termasuk Bank of America Corp, mencoba untuk mengakomodasi permintaan transfer tersebut dengan mengambil langkah ekstra untuk mempercepat proses pendaftaran normal, menurut laporan Financial Times.
Disebutkan, langkah darurat pemerintah AS untuk menghentikan krisis lebih lanjut pada bank tidak menghentikan para deposan untuk berupaya memindahkan rekening mereka ke bank yang lebih besar atau beralih ke dana pasar uang.
Sementara itu, Citigroup enggan mengomentari laporan Financial Times, juga JPMorgan dan Bank of America tidak menanggapi permintaan komentar.
Mantan Ketua FDIC: Silicon Valley Bank Bangkrut, The Fed Perlu Pangkas Suku Bunga
Mantan ketua Federal Deposit Insurance Corporation (FDIC), Sheila Bair mengatakan bahwa keruntuhan Silicon Valley Bank menjadi salah satu dorongan untuk Federal Reserve atau The Fed menurunkan suku bunga.
"The Fed perlu menghentikan sementara dan menilai dampak penuh dari tindakannya sejauh ini sebelum menaikkan suku bunga lebih lanjut," kata Bair, dikutip dari CNN Business, Selasa (14/3/2023).
"Jika mereka berhenti menaikkan, itu akan memiliki efek penyelesaian di pasar," ujar mantan ketua FDIC yang memimpin saat krisis keuangan tahun 2008.
Silicon Valley Bank menjadi kasus kedua setelah Washington Mutual mengalami keruntuhan bank terbesar dalam sejarah AS.
Sebelumnya, investor telah mengantisipasi kenaikan suku bunga sebesar setengah poin persentase pada pertemuan The Fed pada 21-22 Maret mendatang. Tetapi Bair mengatakan kenaikan itu tidak "disarankan" mengingat keruntuhan Silicon Valley Bank.
"Ketika uang semakin ketat, aset keuangan kehilangan nilainya. Itu harus dikelola dengan hati-hati," dia mengingatkan.
Advertisement