Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Perdagangan (Kemendag) menggelar ASEAN Economic Ministers (AEM) Retreat di Magelang pada 20-22 Maret 2023. Itu jadi bagian dari pilar ekonomi dalam keketuaan Indonesia di ASEAN 2023.
Salah satu pembahasan dalam AEM Retreat ini ialah upgrading ASEAN-China Free Trade Area (ACFTA), atau perdagangan bebas antara ASEAN dan China. Indonesia ingin mendongkrak sejumlah perjanjian, termasuk tarif atau pungutan ekspor bagi komponen kendaraan listrik dari Tanah Air ke Negeri Tiongkok.
Baca Juga
Direktur Perundingan ASEAN Kemendag Dina Kurniasari mengatakan, AEM Retreat saat ini masuk dalam permulaan perundingan untuk upgrading perjanjian. Salah satu yang jadi fokus untuk dibahas yakni terkait produk electronic vehicle (EV).
Advertisement
"Ini kita mau memperjuangkan, karena dalam EV kita kan dalam kerangka ASEAN-China tarifnya masih tinggi, masih masuk dalam yang di eksisting ASEAN-China sekarang. Kita berharap dalam proses upgrading tarifnya bisa diturunkan lah," ujarnya di Plataran Heritage Borobudur, Magelang, Jawa Tengah, Senin (20/3/2023).
Namun demikian, Dian belum mau membicarakan lebih jauh apa permintaan Indonesia terhadap beban tarif komponen kendaraan listrik tersebut.
"Sekarang (pengenaan tarif) 40-50 persen, (diturunkan) sampai serendah-rendahnya. Kita kan lagi dalam proses perundingan, enggak mungkin kan saya bilang sampai dinolkan," ungkapnya.
Lebih lanjut, Dian menyampaikan, tujuan dari pembahasan perdagangan bebas ASEAN-China ini untuk peningkatan akses pasar. Sehingga produk-produk yang belum diliberalisasikan dalam ACFTA bisa masuk di dalamnya.
"Juga ada beberapa elemen baru yang tadinya tidak diatur di ASEAN-China. Misalnya, trade and environment, terus terkait dengan supply chain connectivity tadi. Jadi lebih di-upgrade lah komitmennya," tuturnya.
Luhut: 2 Tahun Lagi Indonesia Juara Baterai Mobil Listrik
Menteri Koordinator bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan menunjukkan keseriusannya dalam mengembangkan ekosistem kendaraan listrik. Termasuk baterai lithium sebagai salah satu komponen yang paling penting.
Menko Luhut berujar, dalam waktu dekat Indonesia akan berada lebih maju diantara negara tetangga mengenai pengembangan ekosistem baterai mobil listrik. Diketahui, dia adalah satu sosok yang paling bersikukuh investasi mobil listrik di Indonesia harus menyeluruh dari hulu ke hilir.
"Saya percaya diri 2 tahun lagi, kita bisa lakukan ini, atau diawal 2025 mendatang. Ekosistem sekarang lagi berjalan kita kembangkan ekosistem," kata dia dalam Indonesia Leading Economic Forum 2023, Selasa (14/3/2023).
Mengenai keseriusan menggarap ekosistem kendaraan listrik ini, Menko Luhut mengaku kerap mendapat pujian dari negara tetangga. Salah satunya Indonesia disebut jauh lebih maju.
Kendati begitu, Menko Luhut tidak merinci darimana pujian itu diddapatkannya.
"Setiap orang negara tetangga bilang ke saya, 'Indoneisa berada jauh di depan negara kita', soal ekosistem dari baterai lithium," ujarnya.
Sebuah ekosistem juga menurutnya jadi bagian dari hilirisasi bahan tambang yang dimiliki Indonesia. Misalnya nikel yang jadi satu bahan baku untuk menuju ke baterai lithium.
"Kalau kamu lihat hilirisasi akan berkontribusi pada iron steel industri, ini yang akan terjadi," tegas Luhut.
Advertisement
Pertamina Garap Baterai
Diberitakan sebelumnya, PT Pertamina (Persero) berkomitmen untuk terus berperan secara signifikan mengembangkan ekosistem baterai kendaraan listrik (EV Battery) di Indonesia. Pertamina akan mengoptimalkan sumber daya di dalam negeri, termasuk nikel.
"Kami yakin dengan cadangan nikel di Indonesia, kami bisa memproduksi baterai dan meningkatkan penetrasi kendaraan listrik," kata Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati dalam keterangan tertulis, Minggu (22/1/2023).
Selain itu, Nicke juga menyoroti perlunya pembiayaan, terutama dari negara maju, mengingat transisi energi ke energi terbarukan membutuhkan investasi modal yang sangat besar.
"Sehingga diperlukan dukungan investasi dari negara maju," ujar dia.
Sudah Dimulai
Senada, Menteri Investasi//Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Republik Indonesia Bahlil Lahadalia menyatakan, pengembangan ekosistem EV di Indonesia sudah dimulai dengan melibatkan perusahaan asing dan BUMN, termasuk Pertamina.
Setidaknya ada empat perusahaan yang memiliki rencana investasi di Indonesia untuk mendukung pengembangan EV, antara lain LG, CATL, Foxconn, dan BritishVolt.
"Pemerintah menyambut baik investor yang serius datang ke Indonesia dengan memberikan kemudahan fasilitas perizinan dan insentif pajak," sebut Bahlil.
Khusus untuk penetrasi dalam pengembangan ekosistem EV battery, Nicke melanjutkan, Pertamina memiliki infrastruktur yang bisa dioptimalkan serta memiliki data segmentasi karakteristik, mobilitas, dan kemampuan membeli.
Advertisement