Liputan6.com, Jakarta Federal Reserve atau The Fed kembali menaikkan suku bunga pinjaman pada Rabu (22/3), karena berusaha mencapai keseimbangan antara membatasi inflasi yang tinggi dan mencegah pergolakan lebih lanjut di sektor perbankan Amerika Serikat.
Kenaikan ini terjadi meski negara itu masih dihadapi krisis di sejumlah bank, salah satunya Silicon Valley Bank dan Signature Bank.
Baca Juga
Mengutip Channel News Asia, Kamis (23/3/2023) The Fed menaikkan suku bunga seperempat poin, yang sejalan dengan ekspektasi, mengangkat kisaran target menjadi 4,75-5,00 persen pada akhir pertemuan kebijakan dua hari.
Advertisement
Dalam sebuah pernyataan, The Fed mengatakan perkembangan sektor perbankan baru-baru ini kemungkinan akan menghasilkan kondisi kredit yang lebih ketat untuk rumah tangga dan bisnis serta membebani aktivitas ekonomi, perekrutan dan inflasi.
Federal Open Market Committee (FOMC) yang menetapkan kebijakan menambahkan bahwa "beberapa penguatan kebijakan tambahan mungkin tepat" untuk mengambil sikap yang cukup membatasi untuk menurunkan inflasi.
Kenaikan kali ini juga masih sama dengan besaran suku bunga bank sentral sebelumnya pada bulan Februari, dan menandai kenaikan suku bunga kesembilan berturut-turut.
Sementara Fed telah menyatakan komitmennya untuk menurunkan inflasi, ada kekhawatiran bahwa suku bunga yang lebih tinggi dapat memperdalam gejolak sektor perbankan setelah runtuhnya Silicon Valley Bank.
SVB, untuk memenuhi kebutuhan likuiditas, harus menjual aset yang diperkirakan akan dimiliki hingga jatuh tempo dan bank itu telah kehilangan nilai pasar sementara tarif meningkat.
Jerome Powell : Dana Nasabah Aman dari Dampak Krisis Perbankan
Sementara itu, Ketua The Fed Jerome Powell mengatakan tabungan deposan dalam sistem perbankan sudah aman, menambahkan bahwa pihaknya "siap menggunakan semua upaya sesuai kebutuhan" untuk menjaga sistem tetap aman dan sehat.
Dia juga mengatakan The Fed perlu meningkatkan pengawasan dan regulasi bank, menambahkan bahwa manajemen SVB telah "gagal parah".
"Tetapi pemotongan suku bunga tidak termasuk pada kasus dasar kami", tambah Powell.
Di hari yang sama juga, The Fed memperbarui proyeksi ekonominya, sedikit menurunkan proyeksi pertumbuhan PDB AS di tahun 2023 menjadi 0,4 persen dari 0,5 persen pada Desember 2022.
Proyeksi median untuk suku bunga acuan The Fed pada akhir tahun ini tidak berubah, sementara ekspektasi inflasi naik tipis.
Pengumuman The Fed menyusul keputusan Bank Sentral Eropa pekan lalu untuk menaikkan suku bunga sebesar 0,5 poin persentase.
Advertisement
Menkeu AS Janet Yellen : Dana Nasabah SVB Dilindungi
Senada, Menteri Keuangan AS Janet Yellen sebelumnya telah mengatakan bahwa sektor perbankan AS telah stabil setelah pihak berwenang turun tangan untuk melindungi dana nasabah menyusul runtuhnya SVB dan Signature Bank.
Tetapi dia mengakui bahwa "tindakan serupa dapat dibenarkan jika institusi yang lebih kecil mengalami simpanan yang menimbulkan risiko penularan."
Komentar Yellen menggarisbawahi bantuan minggu ini di pasar saham, bersama dengan tindakan The Fed dan bank sentral utama lainnya untuk meningkatkan akses pemberi pinjaman ke likuiditas.
Harga Emas Makin Mahal Usai Kenaikan Suku Bunga The Fed
Sementara itu, harga emas melonjak pada Rabu karena para pedagang menyerap aset AS sebagai dampak lanjutan mengenai perkiraan keputusan suku bunga Federal Reserve.
Diktuip dari CNBC, Kamis (23/3/2023), harga emas naik 0,44 persen pada USD 1.949,6 per Oz.
Investor mencerna kenaikan suku bunga 25 basis poin oleh Federal Reserve, serta proyeksi Fed yang hanya menyerukan satu kenaikan lagi tahun ini.
"Komite akan memantau dengan cermat informasi yang masuk dan menilai implikasinya terhadap kebijakan moneter," kata pernyataan pasca-pertemuan FOMC.
Sementara itu, dolar AS lebih rendah, membuat emas lebih murah bagi pemegang mata uang asing.
Advertisement